in

Petugas Hotel yang Minta ‘Ena-ena’ ke Bule Ini Buktikan Indonesia Masih Darurat Pelecehan Seksual

Beberapa pekan lalu, kabar tentang seorang pasien di National Hospital, Surabaya yang dilecehkan oleh perawatnya sedang dibicarakan di mana-mana. Semua orang di negeri ini mengutuk perbuatan biadab sang perawat yang meraba-raba payudara pasien ketika sedang dibius. Tak berhenti di situ saja rupanya, baru-baru ini tindakan pelecehan seksual tersebut kembali terjadi.

Kali ini korban bukan merupakan seorang pasien, melainkan wisatawan asal Australia yang berkunjung ke Bali. Ia menceritakan kronologi bagaimana seorang petugas hotel di Bali mengajaknya melakukan ena-ena pada akun facebook pribadinya. Simak kisah lengkap dari bule Australia tersebut serta seberapa darurat pelecehan seksual di Indonesia dalam ulasan berikut.

Sang bule kaget bukan kepalang mendengar permintaan petugas hotel, untung sempat direkam

Pada 3 Februari 2018, Aneta Baker, seorang bule asal Australia berniat untuk mengakhiri kunjungannya di Bali. Ia telah menginap selama beberapa hari di salah satu hotel ternama Pulau Dewata. Namun, ketika akan check out, ia mendapat masalah yang membuat dirinya harus membayar uang cukup besar kepada pihak hotel.

https://www.youtube.com/watch?v=3avY9FmUv6g

Seorang petugas berinisial A pada hotel tersebut pun menawarkan solusi atas masalah Aneta. Ia menawarkan Aneta untuk melakukan ena-ena dengannya, sehingga turis asal Australia itu tak perlu membayar tagihan tersebut kepada pihak hotel. Setelah menyadari ada yang tidak beres, Aneta pun segera mengeluarkan ponser dan merekam percakapannya dengan A.

Meski berkata sudah menikah, sang petugas hotel masih bersikeras menawarkan hal tersebut

Tidak ada wanita yang tak terkejut ketika ditawari seorang lelaki untuk melakukan blowjob, sekalipun itu bule yang diasosiasikan dengan kehidupan bebas dan pakaian-pakaian mini oleh orang Indonesia. Penawaran tersebut sama saja dengan pelecehan seksual, atau dengan kata lain melihat perempuan sebagai kaum rendahan.

Aneta Baker dan Pelaku [image source]
Aneta Baker pun begitu, ia mengaku terkejut atas perlakuan sang petugas hotel yang kekeuh memintanya melakukan ena-ena dengan iming-iming tak usah membayar denda hotel, sekalipun Aneta berkata ia sudah menikah. Dalam video berdurasi 8 menit itu, Aneta berkali-kali mengungkapkan bahwa ia ingin menonjok A atas sikapnya yang tak sopan itu. Namun, ia berusaha menahan diri dan hanya meminta untuk bertemu dengan manajer hotel untuk melaporkan kasus tersebut.

Pro-kontra pernyataan Aneta dan sudut pandang lain seorang pengamat

Melihat gerak-gerik A, sang petugas hotel, yang sangat berhati-hati dalam urusan tawar-menawar kegiatan ena-ena kepada tamu, dengan dalih terbebas dari denda hotel ini membuat Aneta menyimpulkan sesuatu. Ia bukanlah korban pertama dari pikiran bejat sang petugas hotel yang tak bisa menahan hawa nafsunya. Bisa saja, seorang wisatawan dengan uang saku pas-pasan teriming-iming dengan pernyataan A, yaitu “mungkin mau menerima tawaran saya, kan lumayan uang dendanya bisa dipakai untuk transport atau belanja.”

Komentar Ditta Triwidianti [image source]
Di sisi lain, pemilik akun facebook bernama Ditta Triwidianti menuliskan rasa geregetannya terhadap fenomena pelecehan seksual yang menyangkut nama A sebagai petugas hotel, serta Aneta Baker sebagai tamu yang mengklaim dirinya sebagai korban. Ia menyatakan bahwa dalam video tersebut terjadi miskomunikasi antar petugas hotel dan tamunya karena kendala bahasa. Dalam kesimpulannya setelah mendengar video yang direkam oleh Aneta, ia tak mendengar kata blowjob melainkan voucher, menurut Ditta petugas hotel tersebut menawarkan voucher sebagai cara agar Aneta tak usah membayar denda kepada hotel.

Indonesia masih darurat pelecehan seksual

Beberapa waktu lalu Boombastis.com pernah mengulas perbedaan wanita Indonesia dan India dalam usuan pelecehan seksual. Data yang dihimpun dari detik.com menyatakan bahwa Indonesia memiliki 6.499 kasus pemerkosaan di tahun 2015. Jangankan pemerkosaan, pelecehan seksual yang dilakukan secara verbal maupun hanya meraba anggota tubuh tertentu terus meningkat setiap tahunnya. Seperti halnya kasus seorang pasien di National Hospital, Surabaya, beberapa waktu lalu.

Pelecehan Seksual di National Hospital [image source]
Secara terang-terangan perawat di sana meraba anggota tubuh vital dari seorang pasien wanita yang terbaring lemas pasca operasi. Belum lagi kasus-kasus yang terjadi di KRL maupun Transjakarta, ketika para pekerja kantoran ataupun pelajar sedang berdesak-desakan di dalamnya. Meski gerbong KRL serta unit Transjakarta juga sudah dibedakan berdasarkan gender, nyatanya pelecehan seksual juga masih kerap terjadi.

Kondisi sosio-psikologi pelaku pelecehan seksual di Indonesia

Setelah terjadi pelecehan seksual, biasanya para perempuan selalu disalahkan atas dalih selalu berpakaian mini yang merangsang nafsu lelaki. Padahal, seorang wanita cantik yang berhijab serta berpenampilan tertutup dari atas sampai bawah pun sering mengalaminya, seperti yang dirangkum oleh tirto.id.

Pelecehan Seksual di KRL [image source]
Menurut Madhumita Pandey, seorang peneliti pelecehan seksual dunia, menyatakan bahwa di Asia posisi laki-laki cenderung lebih superior dibandingkan perempuan. Sama halnya dengan yang terjadi di Indonesia, kita selalu melihat kondisi di mana permintaan laki-laki harus dituruti, padahal penyerataan gender pun sudah digalakkan sejak jaman Kartini masih ada.

Indonesia harus mulai bergerak melawan pelecehan seksual

Data yang dibagikan oleh Komnas Perempuan menyebutkan 38% pelecehan seksual terjadi pada anak-anak. Bisakah kalian bayangkan bagaimana trauma hinggap pada mereka yang masih memiliki jalan yang panjang untuk meraih cita-cita? Perbuatan laknat tersebut akhirnya membuat korban yang masih di bawah umur menutup diri dan tidak percaya pada lingkungannya. Hal ini merupakan salah besar, dimana seharusnya anak-anak berperan aktif dalam pembangunan Indonesia sekarang hingga puluhan tahun berikutnya.

No Sexual Harrasment Campaign [image source]
Pekan lalu, para artis Hollywood beramai-ramai mempromosikan kampanye anti pelecehan seksual dengan menyematkan mawar putih pada busana mereka ketika menghadiri Grammy Awards. Selain itu, para artis wanitanya pun kerap mengenakan setelan jas untuk menunjukkan kesetaraan gender dan menolak pelecehan seksual. Nah, kampanye-kampanye kecil seperti itu bisa banget mendatangkan dampak yang besar, tinggal bagaimana Pemerintah Indonesia mengeksekusinya.

Berdasarkan ulasan di atas, ada beberapa hal yang harus sahabat boom garis bawahi; 1) pendidikan seks itu penting, 2) pelecehan seksual bukanlah masalah biasa, 3) jika kalian menganggap siul-siul “cewek” itu sebagai bercandaan, maka kalian bisa digolongkan sebagai pelaku pelecehan seksual. Semoga segera ada pencerahan bagi kasus pelecehan seksual di Indonesia.

Written by Harsadakara

English Literature Graduate. A part time writer and full time cancerian dreamer who love to read. Joining Boombastis.com in August 2017. I cook words of socio-culture, people, and entertainment world for making a delicious writing, not only serving but worth reading. Mind to share your thoughts with a cup of asian dolce latte?

Leave a Reply

Pakai Rok Mini Sampai Adu Goyang, 4 Kelakuan Nenek Zaman Now Ini Bikin Tepok Jidat

Inilah Fakta Tumpukan ‘Batu Misterius’ di Sungai Cibojong yang Sempat Dikira Benda Mistis