Ketika hati kecil tak terima dengan keadaan sedangkan suara tak mampu untuk menyampaikan kekesalan, jangan pernah berkecil hati. Karena di luar sana pasti ada seseorang yang mengalami nasib serupa. Kini, tinggal bagaimana kita menyatukan suara-suara senada ini dan membuat perubahan. Caranya? Ya, benar sekali, dengan membuat petisi.
Kebebasan berpendapat dan juga mudahnya menyebarkan informasi, membuat petisi saat ini punya kekuatan besar. Yang perlu kita lakukan hanya dengan membeberkan deskripsi serta bukti, maka tanda tangan dukungan akan berdatangan dan hal ini bisa jadi modal untuk melakukan aksi yang lebih besar. Sepanjang tahun ini sudah banyak petisi yang masuk di kotak masuk email kita. Hampir semuanya menyuarakan ketidakadilan dan ingin mengembalikan kebenaran. Namun, sayang tak semua petisi ini viral dan mendapatkan realisasi yang bagus.
Namun demikian, tercatat ada beberapa petisi yang sangat sukses. Ini jadi bukti jika masyarakat Indonesia masih peduli dan kekuatan suaranya tetap berpengaruh. Berikut deretan petisi paling sukses sepanjang tahun 2015.
Setahun lalu pernah muncul gembar-gembor masalah pilkada langsung yang rencananya akan dihapuskan. Sebagai gantinya, dewan terhormat lah yang punya otoritas untuk memilih siapa-siapa saja calon kepala daerah yang bakal memimpin. Kejadian ini membuat rakyat tak terima. Yang merasakan kepemimpinan ya rakyat kok, maka memilih pemimpin harus dikembalikan seperti biasanya, di tangan rakyat.
Petisi ini dibuat oleh Gilang Mahardika yang merasa kecewa betul dengan kebijakan pemerintah soal pengambilan dana pensiun. Pria tersebut mengaku tidak bisa mengambil uang pensiun yang memang haknya, gara-gara regulasi pemerintah terbaru yang kesannya diberlakukan secara tiba-tiba. Tak terima, Gilang pun angkat bicara lewat sebuah petisi.
Yongki merupakan nama seekor gajah jinak milik petugas penjaga Taman Nasional Bukit Barisan yang ada di Lampung. Peranan Yongki begitu sentral, karena ia adalah partner patroli petugas selama ini. Malangnya, pada suatu pagi Yongki ditemukan tewas dengan kaki dijerat rantai serta gadingnya diambil. Mengetahui ini, pihak setempat pun kecewa luar biasa dan akhirnya tercetuslah sebuah petisi.
Seperti yang kita tahu, tarif penggunaan jasa provider seluler dibeda-bedakan berdasarkan wilayahnya. Atas pertimbangan tertentu, wilayah timur Indonesia selalu mendapatkan tarif paling mahal dibandingkan yang lainnya. Bahkan biayanya berkali-kali lipat. Ketidakadilan provider ini pun menggugah seorang pemuda Maluku bernama Djali Gaffur untuk membuat petisi.
Petisi sukses yang tak boleh dilewatkan adalah soal polemik Papa minta saham yang mencatut nama mantan ketua DPR Setya Novanto. Novanto ditengarai melanggar kode etik, termasuk perihal pencatutan nama presiden. Berminggu-minggu seperti tak menemui kejelasan, akhirnya dibuatlah petisi yang intinya menginginkan kasus ini segera selesai dan Novanto dipecat sebagai ketua DPR.
Kekuatan suara massa memang tak bisa diremehkan. Deretan petisi sukses inilah buktinya. Membuat petisi adalah cara yang cerdas untuk menarik kesadaran banyak orang. Maka dari itu, tak usah ragu lagi jika ingin menyuarakan keadilan. Cukup paparkan kejadiannya lalu berikan bukti-buktinya, jika benar-benar sesuai realita, maka tak perlu kita memohon pastilah banyak orang yang akan mendukung. Semoga makin banyak orang-orang yang berani meneriakkan suaranya sehingga perubahan bisa segera dilakukan.
Namanya juga penipu. Akan selalu ada cara untuk membuat korbannya tidak berkutik demi merampas harta…
Sunmori atau Sunday Morning Ride adalah salah satu hobi masyarakat Indonesia. Para pemilik kendaraan roda…
Makan Bergizi Gratis (MBG) nampaknya harus secepatnya melakukan penyempurnaan. Pasalnya, masih banyak ditemui beragam kasus…
Paus Fransiskus tutup usia pada hari Senin 21 April 2025. Berita yang cukup mengagetkan mengingat…
Sudah bukan rahasianya Donald Trump saja, seluruh dunia juga tahu kalau umat manusia sedang terancam…
Kasus pelecehan pasien yang melibatkan dokter saat ini marak menjadi buah bibir masyarakat. Kejadiannya nyaris…