Israel sempat jadi sorotan setelah negara tersebut menawarkan bantuan pada Lebanon yang tengah diguncang ledakan dahsyat di Beirut, beberapa waktu lalu. Padahal, kedua negara tersebut merupakan musuh bebuyutan satu sama lainnya. Akar konflik tersebut bisa dilihat pada peristiwa pertempuran besar di tahun 2006 silam.
Pada saat itu, milisi Hizbullah Lebanon dan militer Israel saling unjuk kekuatan militer satu sama lain dan terlibat pertempuran terus-menerus hingga memakan korban jiwa dari kedua belah pihak. Bisa dibilang, konflik tersebut menjadi salah satu peperangan paling berdarah bagi Israel lantaran ratusan prajuritnya menjadi korban.
Konflik yang terjadi antara Hizbullah dan Israel berawal saat kelompok milisi tersebut mengklaim telah menahan dua orang pasukan IDF di dekat perbatasan Lebanon-Israel. Kepala Direktorat Operasi IDF, yang kala itu dijabat oleh Mayjen Gadi Eizenkot mengatakan, anggota milisi tersebut menembakkan roket hingga 150 buah ke wilayah negaranya. Hal tersebut membuat tensi konflik semakin memanas.
Milisi Hizbullah diketahui menggunakan jenis roket Katyusha buatan Uni Soviet yang ditembakkan secara salvo ke arah Israel. Menurut data dari data dari Kementerian Luar Negeri Israel yang dikutip dari Tirto (30/07/2017) menyebutkan, sebanyak 44 warga sipil terbunuh dan 4.262 lainnya terluka. Dari pihak militer Israel, 121 orang meninggal dunia (termasuk dua tawanan yang diculik Hizbullah) dan melukai 628 prajurit lainnya.
Tak tinggal diam, IDF pun menggelar operasi udara guna menghentikan serangan roket Hizbullah yang banyak menghantam wilayah Israel di bagian utara. Hingga pada Minggu, 30 Juli 2006, AU Israel mengebom kawasan Qana di Lebanon selatan dan wilayah sekitarnya selama 48 jam hingga rata dengan tanah. Dilansir dari Eubsorver (31/07/2006), 50 warga sipil menjadi korban dengan 30 orang di antaranya adalah anak.
Data lain yang diturunkan oleh Human Right Watch pada 1 Agustus 2006 menyebutkan, serangan udara Israel tersebut telah memakan korban sebanyak 28 warga sipil. Jumlah tersebut masih belum terhitung lantaran pemerintah Lebanon juga disibukkan untuk mengevakuasi warga di desa Qana. Sementara korban meninggal dunia di pihak Hizbullah juga simpang siur (klaim Hizbullah 250), versi pejabat Lebanon dan PBB kurang lebih 500 0rang, dan menurut IDF 600 hingga 800 orang.
Peristiwa pengeboman di desa Qana, Lebanon Selatan hingga tembakan roket yang bertubi-tubi ke wilayah Israel, merupakan salah satu rangkaian dari perang mematikan antara milisi Hizbullah dengan pasukan militer Israel atau IDF. Israel pun dikecam oleh organisasi kemanusiaan internasional lantaran tak bisa membedakan antara pejuang Hizbullah dan warga sipil tak bersenjata. Peristiwa tersebut meninggalkan catatan hitam bagi Israel maupun milisi Hizbullah.
BACA JUGA: Perang 6 Hari, Kisah Israel yang Menang Pertempuran Meski Dikeroyok Negara-negara Arab
Konflik panjang antara Israel dan Lebanon memang belum benar-benar berakhir. Aroma permusuhan tersebut bahkan terasa hingga saat ini. Di mata Israel, Hizbullah dianggap mumpuni untuk menahan serangan negaranya dibanding kelompok bersenjata lainnya yang ada di Timur Tengah. Meski demikian, negeri Zionis tersebut menunjukkan empatinya dengan mencoba menawarkan bantuan saat Lebanon diguncang ledakan beberapa waktu lalu.
Jakarta banjir, sudah menjadi “acara” tahunan yang membuat banyak warga menjadi lebih “santuy” saat menghadapinya.…
Siapa sangka sebuah pijatan yang bisa merelaksasi dan menyembuhkan penyakit pada orang dewasa, bisa berujung…
Nama selebgram Chandrika Chika terseret pada kasus penyalahgunaan narkoba yang baru-baru ini terungkap. Tidak sendirian,…
Mendapat tunjangan hari raya (THR) dari perusahaan atau tempat kita bekerja, memang sudah biasa. THR…
Kabar duka datang dari keluarga besar Stand Up Comedy Indonesia. Priya Prayoga Pratama atau lebih…
Kecelakaan maut terjadi di Tol Jakarta-Cikampek, Karawang, Jawa Barat, tepatnya pada Km 58, pada hari…