Categories: Trending

5 Stereotipe Orang Jawa yang Selalu Digambarkan di Televisi

Sinetron, FTV atau acara sejenisnya rutin tayang di stasiun televisi Indonesia. Sifatnya juga banyak, mulai dari yang religi, kehidupan sehari-hari, sampai cinta-cintaan. Tapi plot atau jalan ceritanya memang lebih sering sama saja antara satu acara dengan acara lainnya.

Nggak cuma jalan ceritanya aja yang sama, penokohan atau karakter yang muncul juga mirip antara satu dengan yang lain. Seringnya lagi, karakter orang Jawa digambarkan dengan cara yang sama. Meski padahal orang Jawa itu juga nggak gitu-gitu amat.

1. Medhok

Di banyak film Indonesia, orang Jawa itu biasanya digambarkan dengan cara bicara yang medhok. Sebenarnya ini cuma karena terbiasa bicara bahasa Jawa yang pengucapannya memang seperti ada penekanan di beberapa bagian. Tapi sayangnya, logat medhok ini akhirnya malah dijadikan penokohan karakter yang norak, kuno, dan lugu. Mereka yang medhok dijadikan bahan bercandaan atau diolok-olok karena dianggap kampungan.

Pertunjukkan ketoprak [Image Source]
Dalam kesehariannya, mereka memang bicara dalam bahasa Jawa memang terdengar medok. Apalagi bagi mereka yang nggak bisa atau nggak tahu soal bahasa tradisional ini. Tapi juga nggak sedikit yang bisa bicara dalam bahasa Indonesia tanpa ada aksen medhok sama sekali. Jadi, medhok itu cuma aksen bicara, bukan berarti orang yang medhok itu kuno atau kampungan. Nggak ada hubungannya.

2. Pakaian Beratribut Jawa

Hal lain yang juga sering ditunjukkan dalam karakter orang Jawa adalah berpakaian tradisional. Bisa pakai sorjan atau blangkon. Sorjan adalah pakaian tradisional Jawa dengan motif garis, blangkon adalah penutup kepala laki-lakinya. Di TV, orang Jawa selalu digambarkan dengan kalau nggak pakai sorjan ya blangkon.

Sinetron pakai blangkon [Image Source]
Dalam kesehariannya, orang Jawa itu juga nggak gitu-gitu amat. Sebenarnya jarang yang setiap hari dan kemana-mana pakai sorjan atau blangkon. Kalau pakai pun biasanya cuma waktu ada acara khusus. Sehari-harinya, mereka ya memakai pakaian biasa seperti kebanyakan orang lainnya. Nggak beda.

3. Profesi Pembantu

Karena orang Jawa sering kali digambarkan sebagai sosok yang lugu, norak dan kampungan, maka profesi mereka juga jauh dari kesan mewah atau modern. Dalam film, pekerjaan tokoh orang Jawa ini biasanya nggak jauh-jauh dari pekerjaan kasar sebagai pembantu atau bawahan.

Ilustrasi pembantu dari Jawa dalam sinetron

Profesi menjadi seorang pembantu itu juga bukan hal yang buruk. Tapi jika terus diulang di berbagai film yang berbeda, akhirnya ini malah jadi stereotipe. Padahal nggak selamanya orang Jawa itu bawahan. Yang sukses sebagai seorang pengusaha sebenarnya juga nggak sedikit.

4. Orang Jawa = Jogja atau Solo

Setiap kali menampilkan film dengan tokoh karakter Jawa, asal-usulnya kebanyakan berasal dari Jogja. Padahal Jawa itu nggak cuma Jogja, ada Surabaya, Malang, Semarang, Kediri, Nganjuk, Blitar, Solo, dan masih banyak lagi.

Keluarga Jawa di sinetron 
Tapi sayang yang jadi referensi lebih sering Jogja sehingga stereotipe yang muncul adalah yang orang Jawa itu ya berasal dari Jogja. Padahal orang Jawa itu ada banyak banget dan karakter serta kebiasaan tiap daerah juga beda-beda.

5. Orang Jawa Itu Halus dan Lemah Lembut

Karena yang dijadikan tokoh adalah orang Jawa dari Jogja, maka karakter yang digambarkan adalah orang-orang lembah lembut dan halus. Bukan berarti orang Jawa lain tidak lemah lembut, tapi karakter setiap orang itu berbeda-beda.

Penari Jawa yang lembut [Image Source]
Nggak semua orang Jawa itu terlihat seperti yang selalu digambarkan dengan cara bicara yang halus dan lemah lembut. Ada juga yang lebih lugas, tegas, dan ceplas-ceplos. Itu semua tergantung dengan lingkungan mereka masing-masing.

Penggambaran orang Jawa yang selalu sama terkadang bisa jadi stereotipe. Jawa itu luas, dan masyarakat Jawa juga macam-macam, jadi nggak bisa kalau cuma diambil satu dan langsung direpresentasikan sebagai orang Jawa secara umum. Hal ini juga berlaku buat penokohan karakter dari daerah lainnya.

Share
Published by
Tetalogi

Recent Posts

Kronologi Kasus Kiano Alvaro, Hilang 8 Bulan Ditemukan Tak Bernyawa

Delapan bulan lamanya keluarga Alvaro Kiano Nugroho (6) mencari anak sekaligus cucu tanpa kepastian jelas.…

3 days ago

Kasus Ira Puspadewi, Pulang dari LN untuk Negara Ternyata Dituding Korupsi

Sedang ramai di Indonesia mengenai kasus korupsi yang menyeret nama Ira Puspadewi. Ia adalah mantan…

4 days ago

Profil Zohran Mamdani, Walikota Muslim Pertama di Amerika Serikat

Di tengah gejolak politik terus menerus yang dipicu oleh presidennya, Amerika Serikat memberi kejutan baru…

2 weeks ago

Kasus Ledakan SMAN 72 dan Potret Ekstrim Dampak Perundungan di Kalangan Remaja

Baru di Indonesia, ketika teror mengguncang sebuah institusi pendidikan. Di tengah-tengah pelaksanaan salat Jumat (7/11/2025)…

2 weeks ago

Ramai Beli Emas saat Harga Naik, Bagaimana Seharusnya?

Ada yang terbang sampai lupa pulang. Seperti itulah harga emas akhir-akhir ini. Terus melambung tinggi…

3 weeks ago

Arab Bikin Proyek Kereta Cepat, Kenapa Biayanya Bisa Lebih Murah dari Whoosh Indonesia?

Kabar gembira untuk warga Arab Saudi, atau mungkin Warga Negara Indonesia yang bermukim di sana.…

3 weeks ago