Hidup di usia senja dengan tubuh yang telah ringkih termakan usia, tentu bukanlah perkara yang udah untuk dilalui. Selain kemampuan secara fisik yang telah menurun seiring bertambahnya umur, kondisi kesehatan pun harus dijaga agar tidak mudah terkena penyakit mematikan. Disini, peran keluarga sangat besar untuk membantu mewujudkan semua hal tersebut.
Sayangnya, hal semcama itu nampaknya tak bisa dinikmati dengan bebas oleh sosok nenek renta yang satu ini. Di penghujung usianya yang semakin redup, ia harus berjuang sendirian terombang-ambing kerasnya kehidupan. Yang miris, dirinya yang didera kemiskinan dan hidup sebatang kara, terpaksa memakan dedaunan karena lapar. Seperti apa kisah haru dan perjuangan nenek tersebut, simak ulasan lengkapnya.
Sosok nenek yang bernama Julaeha tersebut, merupakan seorang wanita yang berasal dari Desa Sumber Suko, Kecamatan Curahdami, Kabupaten Bondowoso Jawa Timur. Kemiskinan yang melilitnya di daerah asalnya, membuat nenek Julaeha memilih mengadu nasib ke tanah rantau demi memperbaiki kehidupannya di masa yang akan datang.
Hidup sendiri tanpa ditemani oleh sanak saudara, membuat sosok nenek Julaeha harus menanggung beban hidup dengan hati yang tegar. Tubuhnya yang telah renta dimakan usia, harus pasrah terbaring dan meringkuk di dalam gubuk deritanya yang telah reyot. Belum lagi penyakit yang datang silih berganti menggerogoti tubuhnya, membuat penderitaan dalam kehidupan seolah tak bertepi.
Di umurnya yang telah menginjak 90 tahun, nenek Julaeha harus bekerja keras banting tulang seorang diri demi kelangsungan hidupnya. Usianya yang tak lagi muda, tak menyutuan langkahnya untuk bergerak demi sesuap nasi. Pekerjaan halal apapun dilakukan olehnya agar perutnya tak terlilit oleh rasa lapar.
Hidup terlunta-lunta seorang diri, membuat banyak orang merasa iba terhadap kondisi nenek Julaeha. Tak jarang, ada orang yang memberinya pekerjaan mengupas ubi dengan upah hanya Rp 5.000. Biasanya, nenek Julaeha langsung membeli beras setelah menerima upah tersebut.
Setelah sekian lama menanggung beban penderitaan dalam kesunyian hidupnya, nenek Julaeha kini bisa tersenyum dengan tenang. Pasalnya, Aparat Polres Buton dan segenap komunitas sosial masyarakat, memberikan bantuan yang selama ini tak terpikiran oleh dirinya. Gubuk yang ditinggalinya, kini telah disulap menjadi rumah semi permanen yang nyaman untuk ditinggali.
Kisah nenek Julaeha yang sebatang kara dan makan dedaunan, tak pelak sangat menggores hati nurani kita sebagai manusia. Meski masih ada banyak kisah seperti yang dialami oleh nenek Julaeha, kejadian ini semacam ini menyadarkan kita, betapa mereka yang telah berada di penghujung umurnya, seharusnya mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang layak. Jika kita sejenak memikirkan kedua orang tua kita yang juga telah berusia lanjut, apakah kita sudah membahagiakan mereka hari ini?
Delapan bulan lamanya keluarga Alvaro Kiano Nugroho (6) mencari anak sekaligus cucu tanpa kepastian jelas.…
Sedang ramai di Indonesia mengenai kasus korupsi yang menyeret nama Ira Puspadewi. Ia adalah mantan…
Di tengah gejolak politik terus menerus yang dipicu oleh presidennya, Amerika Serikat memberi kejutan baru…
Baru di Indonesia, ketika teror mengguncang sebuah institusi pendidikan. Di tengah-tengah pelaksanaan salat Jumat (7/11/2025)…
Ada yang terbang sampai lupa pulang. Seperti itulah harga emas akhir-akhir ini. Terus melambung tinggi…
Kabar gembira untuk warga Arab Saudi, atau mungkin Warga Negara Indonesia yang bermukim di sana.…