in

Munding Seuri, Ritual Pesugihan Asal Jawa yang Masih Dipercaya

Menjadi kaya adalah impian setiap orang, tapi pastinya butuh usaha yang tak sederhana. Banyak orang melakukan hal keji lagi kotor untuk mendapatkan harta melimpah, sebut saja para koruptor yang rela menukar harga dirinya dengan mengambil hak orang lain. Tidak sampai di pikirannya bahwa hal itu malah menyusahkan diri sendiri nantinya.

Tak sampai di sana, beberapa orang bahkan ada yang menggunakan jalan pintas untuk memperoleh kekayaan. Pesugihan adalah salah satu jalan paling cepat dan mudah untuk mendapatkan kehidupan yang kita ingini. Salah satu pesugihan yang begitu akrab di telinga masyarakat Jawa adalah Munding Seuri. Lantas, seperti apa sebenarnya pesugihan tersebut?

Letak Meminta Pesugihan

Untuk meminta pesugihan, seseorang biasanya akan mendatangi lokasi yang dipercaya mempunyai kekuatan mistis. Munding Seuri sendiri disebut terletak di kawasan Gunung Gede, Cibodas. Sebelah Tenggara gunung tersebut, konon merupakan tempat bersemayamnya Raden Surya Kencana.

gubuk gunung gede [image source]
Raden Surya merupakan putra dari Raden Aria Wiranatudatar, sang pendiri kota Cianjur yang katanya memiliki istri makhluk halus. Di kawasan itu pula, ada semacam gubuk yang menyembunyikan sebuah gundukan mirip makam. Tempat yang disebut padepokan tersebut diyakaini sebagian orang merupakan lokasi untuk mencari pesugihan.

Perjalanan yang Tidak Mudah

Karena padepokan tersebut terletak di pegunungan, untuk mencapai lokasi pun membutuhkan usaha yang tak mudah. Para pelaku harus rela berjalan kaki selama seharian penuh. Mereka akan dihadapkan dengan jalan setapak yang menanjak.

Jalanan terjal [image source]
Belum lagi jika musim hujan telah tiba, maka mereka pun harus sangat berhati-hati karena medan yang licin. Meski demikian, jalanan curam tersebut hanya dianggap tantangan bagi sebagian orang yang menginginkan kekayaan instan.

Ritual yang Dilakukan

Ritual mencari pesugihan baru bisa dilakukan setelah matahari terbenam. Saat itu, para pelaku akan menaburkan kembang setaman dan juga kemenyan di sekitar padepokan. Setelahnya, mereka akan bertelanjang bulat, lalu berendam di sebuah kubangan lumpur.

Gunung Gede [image source]
Usai terbit fajar, barulah pelaku boleh menghentikan ritual berendam dan membersihkan diri dengan menggulingkan tubuh di rerumputan. Setelah itu, mereka akan kembali ke dalam padepokan. Konon, ritual tersebut hanya bisa dilakukan saat bulan purnama. Jika tidak, usaha yang dilakukan akan sia-sia.

Kompensasi dan Syarat Pesugihan

Mitosnya, di dalam padepokan tersebut pelaku akan melihat wajah anaknya akan cacat. Hal tersebut merupakan kompensasi dari pesugihan yang diterima si peminta kekayaan. Namun, pelaku konon akan diberi kesempatan untuk memilih wajah anaknya yang kelak. Dan dipercaya jika pelaku kebanyakan pelaku memilih anaknya memiliki bibir sumbing.

Calon Anak [image source]
Syarat lainnya adalah, para pelaku harus memelihara beberapa ekor lembu. Lembu tersebut ada yang harus dipelihara di rumah, ada pula yang harus dilepas di padepokan. Dan tiap malam bulan purnama, peminta pusugihan haruslah menyiapkan seikat rumput di bawah tempat tidur.

Barangkali pesugihan merupakan salah satu alternatif untuk meraih impian menjadi kaya. Namun, tak terhitung berapa kerugian yang akan diterima si peminta tersebut. Bagaimanapun juga, kekayaan dari pesugihan hanyalah sesuatu yang semu, yang kelak hanya menyisakan penyesalan. Bukankah kekayaan yang sejati hanya bisa kita peroleh ketika bekerja keras dan kenikmatan hidup terjadi ketika kita bersyukur?

Written by Nikmatus Solikha

Leave a Reply

5 Makam yang Paling Disucikan oleh Umat Islam

Stroberi Arnaud, Buah Paling Mahal Sejagat yang Harganya Setara Rumah Mewah