Grandprix Kadja [image source]
Kebijakan baru Menteri Pendidikan mengenai full day school alias sekolah sampai hari Jumat saja masih menjadi pro dan kontra di antara banyak kalangan. Pasalnya, siswa dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas diberikan tambahan jatah libur, sehingga ketika akan masuk sekolah di hari Senin, mereka menjadi malas-malasan. Jam pelajaran yang padat, tidak ada waktu bermain di sela-sela hari sekolah, dan liburan yang dimampatkan di akhir minggu akan membuat otak mereka panas dan tidak optimal.
Kalau kata orang sebuah nama adalah doa, sungguh mujarab doa pada nama Grandprix Thomryes Marth Kadja , mengantarkan dirinya hingga dapat menyelesaikan program doktor di usia 24 tahun. Pada masa Grandprix sekolah, pasti belum ada kebijakan full day school sehingga menuntut ilmu merupakan sebuah kesenangan dan bukan tekanan. Bagaimana sih cara Grandprix bisa menyelesaikan studinya dengan begitu singkat? Simak kisahnya dalam ulasan berikut ini.
Pada 6 September 2017, pria asal Kupang ini dinyatakan telah memiliki gelar Doktor di depan namanya. Segala pencapaiannya juga tidak diarunginya dengan mudah. Namun, sosok 24 tahun yang tidak mudah menyerah ini memang berdedikasi sekali terhadap pendidikan. Buktinya, ia rela menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengejar mimpi hingga bisa sampai di tahap dirinya sekarang.
Tidak banyak pelajar Indonesia yang hobi belajar. Kebanyakan dari mereka suka mengeluh “malas” jika banyak diberi pekerjaan rumah oleh guru. Berbeda dengan Grandprix Kadja ini. Dari tahap pertama menimba ilmu, ternyata ia sudah beberapa kali mengikuti program akselerasi di sekolahnya, sehingga ia bisa menyelesaikan program doktor pada usianya yang ke-24. Padahal, rata-rata usia saat seseorang menyelesaikan program doktor adalah 30an!
Grandprix memilih jurusan Kimia untuk pendidikan S1-nya. Ia memilih Universitas Indonesia untuk tempatnya menimba ilmu. Hanya 3 tahun bertahan menjadi anak jakun alias jaket kuning (julukan untuk para mahasiswa UI), Grandprix lulus di usia 19 tahun.
Grandprix mengaku bahwa perjalanan pendidikannya tidak semudah yang banyak orang kira. Meskipun begitu, kecintaannya terhadap bidang yang ia geluti membantunya dalam berproses. Dengan pencapaian briliannya, ia berharap bahwa akademisi Indonesia selanjutnya juga akan termotivasi untuk mengejar pendidikannya setinggi mungkin. Menurutnya, tidak ada yang tidak mungkin, apalagi bagi generasi muda.
Wah, nggak kebayang ya jadi Grandprix dengan rentang pendidikan yang padat, tapi mampu mencapai cita-citanya dan menjadi kebanggaan bagi Indonesia. Semoga kalian yang membaca juga akan termotivasi dan bisa menjadi Grandprix kedua alias pencapai rekor doktor termuda atau bahkan bisa melebihi Grandprix.
Namanya juga penipu. Akan selalu ada cara untuk membuat korbannya tidak berkutik demi merampas harta…
Sunmori atau Sunday Morning Ride adalah salah satu hobi masyarakat Indonesia. Para pemilik kendaraan roda…
Makan Bergizi Gratis (MBG) nampaknya harus secepatnya melakukan penyempurnaan. Pasalnya, masih banyak ditemui beragam kasus…
Paus Fransiskus tutup usia pada hari Senin 21 April 2025. Berita yang cukup mengagetkan mengingat…
Sudah bukan rahasianya Donald Trump saja, seluruh dunia juga tahu kalau umat manusia sedang terancam…
Kasus pelecehan pasien yang melibatkan dokter saat ini marak menjadi buah bibir masyarakat. Kejadiannya nyaris…