Rivalitas kuat antara sepak bola Indonesia dengan Malaysia memang tidak diragukan. Sering sekali gesekan berakhir dengan tangis pemain timnas kedua negara. Pada setiap pertandingan yang mempertemukan keduanya tensi panas selalu menyelimuti. Karena tidak hanya kemenangan yang dipertaruhkan, tapi harga diri antara negara tetangga juga ada di laga mempertemukan mereka.
Menginjak melinium baru sepak bola berkembang begitu cepat. Dulunya Indonesia bisa dikatakan superrior dengan dianggap sebagai macan Asia, sekarang mulai kendor dengan sering kalah atas negara tetangga tersebut. Final AFF 2010 dan Semifinal SEA Games 2017 adalah bukti bagaimana kita dikalahkan oleh Malaysia. Meskipun selalu pulang dengan kepala tertunduk akhir-akhir ini, namun tidak semua berakhir tragis. Seperti beberapa ulasan ini.
Persaingan ketat pada suatu tournamaent akan memuaskan apabila dapat juara dihadapan pendukung lawan. Selain sangat mengharukan, juga dapat menunjukan jati diri kita kepada haters. Pada tahun 1969 dengan pelatih legend Endang Witarsa Indonesia melakukan hal tersebut.
Kedikdayaan Thailand terhadap sepak bola memang tidak bisa disangkal lagi. Bahkan mereka selalu konsisten menyulitkan timnas negara kita saat bertemu. Namun, cerita itu berbeda pada tahun 1987 pada ajang SEA Games di Jakarta mereka tidak mampu menghentikan Indonesia. Sebaliknya Malaysia tetangga kita mampu bermain pada parti Final.
Rekor apik kembali ditorehkan Indonesia pada ajang olahraga Asia Tenggara ini. Pada tahun 1991 Widodo cs mampu merengkuh gelar juara. Tampil bagus dengan dengan arahan pelatih Rusia, Anatoli Polosin timnas mampu mengalahkan lawan-lawanya. Bahkan Malaysia menjadi tumbal dari kehebatan negara kita yang tampil dengan generasi emasnya.
Pada pagelaran bertajuk Piala Taiger ini, Indonesia tampil cemerlang dengan tidak terkalahkan pada fase group. Dengan mampu menorehkan 17 goal tanpa kebobolan. Hal tersebut menjadikan mereka tampil di semifinal menghadapi Malaysia. Pertemuan ini memiliki tensi yang tinggi, karena Indonesia kalah pada pertemuan pertama di GBK membuat pemain harus diamuk supporter.
Pertandingan ketat selalu tersaji antara Indonesia melawan Malaysia. Hal tersebut menjadikan jumlah goal dalam laga mempertemukan keduanya bisa dikatakan selalu minim. Rivalitas besar antara kedua negara bertetangga itu adalah alasannya. Menjadikan setiap timnya berjuang gigih agar tidak kemasukan goal atau kalah.
Adanya persaingan tentu bukan untuk menjadikan kedua negara saling sikut atau perang. Lebih dari itu dapat dijadikan pelecut untuk terus berprestasi. Karena dengan adanya persaingan kita dapat mempompa semangat untuk lebih baik lagi. Namun, meskipun kita saling menjatuhkan pada olahraga ini kita harus tetap menjunjung tinggi sportifitas dan respect terhadap lawan.
Delapan bulan lamanya keluarga Alvaro Kiano Nugroho (6) mencari anak sekaligus cucu tanpa kepastian jelas.…
Sedang ramai di Indonesia mengenai kasus korupsi yang menyeret nama Ira Puspadewi. Ia adalah mantan…
Di tengah gejolak politik terus menerus yang dipicu oleh presidennya, Amerika Serikat memberi kejutan baru…
Baru di Indonesia, ketika teror mengguncang sebuah institusi pendidikan. Di tengah-tengah pelaksanaan salat Jumat (7/11/2025)…
Ada yang terbang sampai lupa pulang. Seperti itulah harga emas akhir-akhir ini. Terus melambung tinggi…
Kabar gembira untuk warga Arab Saudi, atau mungkin Warga Negara Indonesia yang bermukim di sana.…