komik
Sebelum manga Jepang dan serial Superhero dari Barat mendominasi pasar komik di Indonesia, komik hasil karya anak bangsa pernah menjadi raja di negeri sendiri. Kelahiran serial komik berjudul Put On karangan Kho Wan Gie di tahun 1931 menjadi cikal bakal dari perkembangan jagad komik Indonesia yang kemudian menanjak pada masa jayanya, khususnya di era 60 hingga 80-an.
Tidak hanya dari segi kualitas gambar, kepiawaian para komikus Indonesia dalam mengolah warna-warni cerita – mulai dari genre kolosal hingga romantika – juga menjadi keunggulan yang membuat karya mereka tak lekang oleh zaman dan tetap mendapat tempat di hati penggemarnya. Jika anda ingin lebih mengenal dunia komik lokal secara mendalam, anda patut mengenal nama-nama komikus berikut ini. Selain menjadi legenda, hasil karya mereka juga menjadi tonggak yang membentuk ciri khas dan jati diri komik Indonesia modern.
Sosok yang dikenal sebagai “Bapak Komik Indonesia” ini lahir di kota Bogor pada tahun 1919. Latar belakangnya yang berdarah ningrat membuat Kosasih mendapat kesempatan untuk mengenyam pendidikan di Holland Indische School. Semasa sekolah, Kosasih gemar membaca literatur fiksi, dan yang menjadi favoritnya adalah kisah tentang Tarzan. Hal inilah yang mengawali kegemarannya pada dunia ilustrasi dan kemudian mengarahkan jalannya sebagai seorang komikus.
Jika Kosasih dikenal sebagai pelopor komik wayang, Ganes TH. justru dikenal sebagai komikus cersil (cerita silat) pertama di Indonesia dengan karya fenomenalnya yang berjudul Si Buta dari Gua Hantu. Popularitasnya bahkan membuat komik ini diadaptasi ke layar lebar pada tahun 1970. Dengan setting Nusantara yang menonjolkan kecintaan Ganes akan tanah airnya, kisah Si Buta menjadi motor penggerak komik silat lain yang mengangkat tema serupa. Karya-karya lainnya yang juga terkenal antara lain adalah Kalijodo, Serial Reo Manusia Serigala dan Djampang Jago Betawi.
Bisa dibilang, Jan Mintaraga adalah komikus yang cukup berani menampilkan gaya cerita dan goresan gambar yang berbau kebarat-baratan, dimana kala itu westernisasi masih belum menjadi tren di kalangan muda-mudi periode Orde Baru. Ciri itu dapat terlihat di semua hasil karyanya yang bervariasi, mulai dari genre cerita silat hingga seri-seri cerita roman Jakarta yang berpusat pada kisah-kisah cinta ala novel harlequin buatan Amerika. Penyandang nama asli Suwalbiyanto yang berasal dari Yogyakarta ini memulai debut karyanya di tahun 1965 dengan Cinde Laras (Arya Guna) dan masuk ke dalam jajaran komikus dengan bayaran termahal pada masa tersebut.
Komikus yang aktif berkarya di tahun 1966-1971 ini telah menghasilkan lebih dari 60 judul komik yang ceritanya berpusat pada kisah-kisah cinta remaja di ibu kota. Karya-karyanya memiliki warna yang sama dengan karya Jan Mintaraga, yaitu unsur Americanism yang kental dan tertuang jelas dari penamaan dan penggambaran karakter yang rupawan, juga suasana setting dalam tiap-tiap ceritanya.
Bagi penggemar seri trilogi komik Sandhora (1969), pasti tidak asing dengan sosok Teguh Santosa. Komikus asal kota Malang yang hanya lulusan SMA ini mewarisi bakat seni dari kedua orang tuanya dan aktif dalam kelompok menggambar bernama Palet Hijau semasa sekolah. Saat bekerja di koran Gelora, Teguh diminta untuk menggambar komik berlatar sejarah yang menjadi momen penanda karirnya di dunia komik. Garis goresan gambarnya yang didominasi warna gelap membuatnya mendapat julukan King of Darkness (Raja Kegelapan).
Komikus yang melahirkan karya momentum yang berjudul Pandji Tengkorak di tahun 1968 sebagai tandingan komik Si Buta dari Gua Hantu karya Ganes TH. ini berasal dari kota Kebumen di Jawa Tengah. Kepiawaiannya dalam merangkai cerita merupakan hasil dari pengetahuannya yang luas berkat kegemarannya membaca. Untuk referensi adegan silat dan laga pun, karena pernah mempelajari kungfu dan judo semasa muda, Hans tidak memiliki kesulitan berarti saat menuangkannya dalam cerita komiknya.
Itulah keenam komikus Indonesia yang tidak hanya menghasilkan karya berkualitas, tapi juga mencetak sejarah dan turut andil dalam jejak perkembangan dunia komik lokal. Ditengah serbuan komik impor yang semakin marak dewasa ini, sangatlah penting bagi para pencinta komik di Indonesia untuk tetap senantiasa mengapresiasi dan mendukung hasil karya dalam negeri supaya kisah-kisah mereka tetap abadi dan tidak hilang ditelan zaman di kemudian hari.
Namanya juga penipu. Akan selalu ada cara untuk membuat korbannya tidak berkutik demi merampas harta…
Sunmori atau Sunday Morning Ride adalah salah satu hobi masyarakat Indonesia. Para pemilik kendaraan roda…
Makan Bergizi Gratis (MBG) nampaknya harus secepatnya melakukan penyempurnaan. Pasalnya, masih banyak ditemui beragam kasus…
Paus Fransiskus tutup usia pada hari Senin 21 April 2025. Berita yang cukup mengagetkan mengingat…
Sudah bukan rahasianya Donald Trump saja, seluruh dunia juga tahu kalau umat manusia sedang terancam…
Kasus pelecehan pasien yang melibatkan dokter saat ini marak menjadi buah bibir masyarakat. Kejadiannya nyaris…