in

Belajar dari Kasus Via Vallen, Reaksi Netizen Ini Bisa Bikin Korban Pelecehan dalam Bahaya

Via Vallen [sumber gambar]

Akhir-akhir ini, pemberitaan selebritis dikejutkan dengan Via Vallen yang mengalami sebuah pelecehan di instagramnya. Wanita berparas cantik tersebut langsung mengungkapkan kejadian yang dialami olehnya di insta story. Melihat kasus yang menimpa penyanyi dangdut asal Sidoarjo ini, banyak netizen yang memberikan dukungan kepadanya.

Namun, di sisi lain, ada saja dunia hitam alias warganet yang nyinyir. Mereka mengungkapkan kalau Via Vallen seharusnya tidak mempublikasikan pelecehan yang dialaminya. Menurut mereka hal tersebut sangat berlebihan lantaran itu hanyalah sebuah pesan yang tidak penting untuk diperhatikan. Padahal, komentar semacam itu sebenarnya tidak pantas untuk diposting. Contohnya adalah seperti di bawah ini.

https://www.instagram.com/p/BjozUqLgdud/?tagged=mellybradley

Netizen menganggap Via Vallen berlebihan [Sumber Gambar]
Netizen menyuruh Via Vallen untuk tidak mengumbar [Sumber Gambar]

Korban lagi speak up kok dibercandain, disalahin, dianggap nyari panggung

Nah, komentar-komentar netizen di atas itu bisa disebut dengan victim blaming. Fenomena ini tidak hanya dialami oleh Via Vallen, tapi juga beberapa korban kekerasan dari perbuatan tak senonoh. Tahu sendiri lah bagaimana warganet di negara kita kalau sudah berkomentar. Terkadang tidak dipikir secara matang terlebih dahulu.

Via dibully karena speak up di medsos [Sumber Gambar]
Hal seperti ini bukan menjadi bahan candaan lho, apalagi kalau disalahin dan dianggap mencari panggung. Itu bukan perilaku yang pantas. Kalian mah enak cuma bisa berkomentar, sedangkan Via Vallen? Ia harus menghadapi peristiwa tak senonoh tersebut secara langsung dan bisa dibilang ini adalah kejadian pertama kali yang dialaminya. Jadi, kelakuan netizen seperti di atas, jangan pernah untuk ditiru.

Dampak victim blaming akan berpengaruh pada kondisi korban

Komentar-komentar yang ada di atas bisa membuat para korban kekerasan menjadi tidak berani untuk berbicara lho. Mereka hanya akan memilih diam daripada harus menerima hujatan yang lebih menyakitkan. Kalau yang mengalami hal ini adalah orang yang bermental kuat sih tidak masalah untuk tak mengungkapkan ke depan umum. Tapi, jika yang mendapat perlakuan semacam ini mentalnya lemah, atau mungkin masih berusia di bawah umur, hal ini bisa mempengaruhi psikis dan mengalami traumatis berkepanjangan.

Membuat para korban pelecehan tidak berani untuk berbicara [Sumber Gambar]
Selain itu, kalian yang melakukan victim blaming akan membuat para pelaku menjadi bebas berkeliaran. Serem banget kan kalau mereka berkeliaran di luar sana mencari korban? Jadi, jangan pernah menghakimi orang yang mengalami pelecehan deh. Jangan membuat mereka terpojok dengan perilaku kalian yang seperti itu.

Kebebasan di dunia maya yang membuat banyak netizen bersikap kurang pantas

Melihat dari kejadian yang dialami Via Vallen ini, kita bisa menyimpulkan sesuatu. Kalau dunia maya memang tidak pernah dibatasi oleh ruang dan waktu. Sehingga semua orang pun bisa mengaksesnya dengan mudah. Hanya dengan mengetik dan tekan enter, tulisan sudah bisa diposting dan dilihat oleh semua kalangan.

Masih banya orang yang tidak dapat mengendalikan komentar di dunia maya [Sumber Gambar]
Oleh karena itu, banyak sekali warganet yang tidak berpikir dulu sebelum berbicara atau berpendapat. Ada hal yang menurut mereka tidak pantas, langsung saja dikomentari. Bahkan, komentarnya pun lebih pedas daripada ocehan ibu tiri. Jadi bisa disimpulkan kalau masih banyak orang yang kurang peka dan belum dapat mengendalikan untuk mengomentari tentang suatu hal. Khususnya dalam fenomena yang sangat sensitif seperti ini.

Kasus seperti di atas memang sungguh ironis. Bukannya menyemangati Via Vallen, malah membuat penyanyi dangdut berkulit putih tersebut merasa terpojok. Padahal, jika menghadapi situasi seperti ini, yang harus kita lakukan adalah mendengarkan, berpihak kepada korban, tidak menyalahkan, dan percaya kepada ceritanya. Ayolah, jadi netizen yang peka terhadap suatu kasus. Jangan asal berkomentar dan membuat si korban menjadi seperti peribahasa sudah jatuh tertimpa tangga. Ini juga berlaku untuk semua fenomena ya, bukan satu kasus ini saja.

Written by Firdha

Firdha Rahma, dilahirkan di Kota Malang tanggal 5 Agustus 1994. Ia tergabung di Boombastis.com sejak bulan Desember 2017. Perempuan bermata sipit ini suka sekali warna merah dan hewan yang bernama kucing. Dia mempunyai hobi menonton film segala genre, menulis dan baca-baca artikel tentang teknologi ponsel yang terbaru.
Punya hobi menulis sejak SMK, tapi belum begitu aktif di dunia blog. Nah, karena kuliah ada sedikit waktu senggang jadi kegiatan menulis bisa diterapkan kembali ke dalam blog. Blognya berisi tentang travelling, kuliner dan review film.

Leave a Reply

Di Balik Kelakuan Nakalnya, Marko Simic Tetaplah Predator Buas di Lapangan Hijau

Shalat di Gereja Jadi Perdebatan Netizen, Apa yang Sebenarnya Terjadi?