in

Mengenang Kembali AFF 2010, Kala Tim Merah Putih Lagi-lagi Jadi Raja Tanpa Mahkota

Lagi-lagi berawal dari acara Televisi yakni Mata Najwa kebobrokan sepak bola Indonesia kembali terungkap. Kali di acara tersebut pada Rabu (20/12) indikasi pengaturan skor di final Piala AFF 2010 yang menjadi topik ramai diperbincangkan khalayak. Bahkan ketika berita ini dituliskan tagar AFF 2010 menjadi trending topic di Twitter. Beberapa media online juga dengan sigap menurunkan beritanya.

Kalau melihat kisahnya, sebetulnya tabiat-tabiat busuk tentang match fixing dan beberapa pemain telah dibeli badar untuk mengalah atas Malaysia di final ajang itu, sudah banyak yang mengendus. Namun, seperti yang sudah-sudah terlihat tidak ada kelanjutan pengusutan akan hal itu, dan sampai pada akhirnya menguap begitu saja.

Kembali ke ajang tersebut delapan tahun lalu, Timnas yang saat itu dinahkodai oleh pelatih asal Austria yakni Alfred Riedl, sebenarnya tampil hebat di tengah pesimis fans. Malahan bukan perkara sulit untuk bisa menembus partai puncak ajang tersebut. Tidak percaya? Buktikan sendiri lewat ulasan berikut ini.

Bungkam Thailand dan lolos fase grup dengan sempurna

Memulai langkah pada 1 Desember 2010, terlihat pertandingan pertama Timnas tidak begitu ramai disesaki penonton. Kapasitas Stadion Gelora Bung Karno mencapai sekitar 70 ribu penonton, menyisakan kursi-kursi kosong. Kendati berangkat di tengah pesimistis para pendukungnya, Firman Utina dan kawan-kawan tetap mampu tampil menggila.

Senyum Bambang Pamungkas [Sumber Gambar]
Malaysia yang menjadi lawannya dibabat habis dengan skor 5-1. Laga kedua menghadapi Laos hujan gol kembali tercipta, kesebelasan berjuluk Thim Xad itu gawangnya dibombardir 6 kali tanpa balas. Penampilan hebat di sempurnakan dengan kemenangan luar biasa atas Thailand dengan skor 2-1. Hasil yang membuat Indonesia mengoleksi poin sempurna sembilan dan lolos sebagai juara grup A.

Menjadi kesebelasan paling produktif membobol gawang lawan

Selain kesempurnaan tadi, dalam ajang tersebut Tim Merah putih juga tercatat sebagai salah satu kesebelasan paling produktif mengoyak gawang lawan. Dari babak penyisihan sampai partai pamungkas yakni Final Piala AFF pada 26 dan 29 Desember, selusin gol sudah mereka ciptakan. Bahkan gol-gol Cristian Gonzalez cs terhitung merata dengan beberapa lini mampu menorehkan skor.

Mulai lini belakang diwakili Mohammad Nasuha, tengah M Ridwan, Arif Suyono, Oktovianus Maniani, sampai pada penyerangan Cristian Gonzales dan Irfan Bachdim. Dan dari delapan laga yang dijalani Tim Merah Putih mampu menorehkan 17 gol atau rata-rata setiap laganya ada 2 gol. Sedangkan dalam kejuaraan itu Timnas hanya kemasukan 6 gol. Tidak berhenti disitu, Oktovianus Maniani cs juga hanya menelan satu kekalahan saja dan itu terjadi di Final lag pertama.

Hadirnya kombinasi naturalisasi dan pemain lokal

Statistik bagus tadi tidaklah bisa dilepaskan dari hadirnya skuad mumpuni pada diri Tim Garuda. Bahkan ada yang menyebut kalau kesebelasan saat itu adalah generasi emas dengan pemain-pemain di setiap lininya. Hal ini dapat dibuktikan dengan starting line up Timnas yang mempunyai komposisi bagus.

Aksi Gonzales [Sumber Gambar]
Mulai duet belakang Hamka Hamzah dengan Maman Abdurahman, lini tengah diisi oleh gelandang berbakat macam Bustomi dan Firman Utina, lalu pos peyerangan adalah Gonzales. Namun dari semua hal itu, kombinasi antara naturalisasi atau pemain keturunan dengan pesepakbola lokal menjadi barang hebat lain Timnas di AFF 2010.

Meski perkasa, Malaysia yang menjadi juaranya

Pepatah tidak ada gading yang tidak retak agaknya tempat menjadi penggambaran Timnas saat itu. Pasalnya, penampilan puncak mereka gagal membuahkan trofi AFF yang telah diimpikan selama bertahun-tahun. Timnas yang ketika itu menghadapi Malaysia di partai puncak menjadi pesakitan, lantaran kalah atas Tim Harimau Malaya.

Kekalahan atas Malaysia [Sumber Gambar]
Kisah pahit tersebut, dimulai dengan anak asuh Alfred Riedl dipencundangi Malaysia dengan skor 3-0. Lalu meski menang 2-1 saat menjamu mereka di rumah sendiri (Baca:SUGBK), karena kalah agregat dan produktivitas gol tandang negara tetangga kita lah yang akhirnya menjadi juaranya. Nahasnya, peranyaan gelar Tim Jiran dilaksanakan dihadapan para pendukung kita yang saat itu sedang sedih dan terluka.

BACA JUGA: Tak Pernah Juara, Inilah 5 Partai Final Timnas yang Berakhir dengan Sangat Mengharukan

Terlepas dari pemberitaan miring yang kini menghantui skuad Timnas di AFF 2010, bisa dikatakan kalau Garuda saat itu menunjukkan performa luar biasa ketika itu. Besar harapan kalau berita pemain menjual negara untuk kenikmatannya sendiri segera terungkap, agar siapa yang terlibat dapat dihukum dan sepak bola Indonesia bisa kembali melangkah lebih baik.

Written by Galih

Galih R Prasetyo,Lahir di Kediri, Anak pertama dari dua bersaudara. Bergabung dengan Boombastis.com pada tahun 2017,Merupakan salah satu Penulis Konten di sana. Lulusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Malang. Awalnya ingin menjadi pemain Sepak Bola tapi waktu dan ruang justru mengantarkan Ke Profesinya sekarang. Mencintai sepak
bola dan semua isinya. Tukang analisis Receh dari pergolakan masyarakat Indonesia.

Leave a Reply

4 Fakta Kasus Pemotongan Nisan Salib di Pemakaman Yogyakarta yang Hebohkan Masyarakat

Kenanga, Siklon Tropis yang Kini Sedang ‘Menghantui’ Indonesia