in

4 Kisah Sedih di Balik Pilkada, Mulai Guru yang Dipecat hingga Meninggal Usai Nyoblos

Ditetapkan sebagai hari libur nasional, Pilkada Serentak yang diselenggarakan pada Rabu 27 Juni 2018 lalu diumumkan berjalan lancar dan damai. Masyarakat berbondong-bondong menggunakan haknya untuk memilih pemimpin yang nantinya akan bertugas lima tahun ke depan. Tak hanya puas memilih, sebagian besar masyarakat juga antusias memantau hasil quick count yang ditayangkan di beberapa stasiun televisi.

Tapi di balik kesibukan Pilkada 2018 ini ternyata ada banyak kisah sedih yang harus dialami beberapa orang. Mulai dari dipecat karena berbeda pilihan dengan pemimpin di tempat kerja hingga meregang nyawa paska menggunakan hak pilih, kisah-kisah ini cukup mengejutkan masyarakat. Nah, boombastis merangkum rangkaian peristiwa sedih yang mengiringi Pilkada 2018. Yuk simak berikut ini.

Mengaku dipecat karena tidak memilih sesuai arahan di tempat kerja

Seyogyanya, pemilihan pemimpin adalah urusan pribadi seseorang yang tak boleh dicampuri pihak manapun. Namun di Jawa Barat, seorang perempuan bernama Robiatul Adawiyah justru harus kehilangan pekerjaannya lantaran tidak memilih calon pemimpin sesuai arahan yang disepakati di sekolah tempatnya bekerja. Kisah itu lantas mencuat di permukaan sebab sang suami mengunggah screenshoot Whatsapps pemecatannya.

Rabiatul Adawiyah [sumber gambar]
Setelah tiba-tiba viral, pihak sekolah pun mendatangi Robia untuk menyampaikan permintaan maaf sekaligus memintanya kembali bekerja. Namun sayangnya, Robia tidak lagi bersedia bekerja di SDIT Darul Maza Bekasi. Pemecatan ini diduga kuat karena Robia memilih pasangan Ridwan Kamil-UU Ruzhanul Ulum dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat. Sementara itu, Kang Emil sapaan akrab Ridwan Kamil sudah bertemu dengan Robia dan berjanji membantu mengupayakan untuk mencari pekerjaan baru untuk perempuan ini.

Meninggal Usai Mencoblos

Kisah sedih lain dialami oleh keluarga besar Anih, warga Dusun Tamelang Timur, Desa Margasari, Kecamatan Karawang Timur. Perempuan 54 tahun itu meninggal dunia di TPS tempatnya mencoblos. Eli Laili Komala selaku Camat Karawag Timur mengatakan jika Anih meninggal sesaat setelah memberikan hak suaranya di TPS 10 Desa Margasari. Dilansir kompas.com, Anih datang ke TPS bersama sang anak. Tepat setelah mencoblos dan belum sempat melipat surat suara, tubuh Anih langsung tersungkur.

Rumah duka almarhumah Anih [sumber gambar]
Warga pun bergegas melarikan Anih yang tak sadarkan diri ke Klinik Maka Medika. Di tempat tersebut, pihak klinik menyatakan jika Anih meninggal dunia. Padahal saat hendak mencoblos, perempuan yang memang menderita diabetes ini terlihat dalam keadaan yang sehat. Bahkan untuk pergi ke TPS 10 yang letaknya 100 meter dari rumahnya almarhumah Anih bisa berjalan.

Kotak Suara di TPS Hilang

Di saat masyarakat di TPS lain sedang bersemangat menentukan pilihan, kotak suara di TPS 5 Distrik Wamena, Jayawijaya, Papua justru hilang. Yang lebih menyedihkan, si pembawa kabur kotak suara justru adalah Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) daerah itu sendiri.

Suasana Pilkada di Papua [sumber gambar]
“Lalu aparat mencarinya, ternyata ada di rumah Ketua KPPS sedang dicoblos-coblosi surat suaranya,“ tutur Muhammad Iqbal Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri kepada liputan6.com. Ketua KPPS yang diketahui bernama Amalus Wetapo itu pun digiring ke kantor kepolisian. Sedang penyelenggara pemilu setempat kini tengah berunding untuk melakukan pemungutan suara ulang Pilkada 2018 karena kasus pencurian ini.

Pemilih Dijemput Perahu ke TPS

Kisah pilu lain yang terjadi di Pilkada 2018 adalah hujan deras mengguyur Kota Kendari yang menyebabkan sejumlah wilayah terkena banjir. Akibatnya para pemilih pun kesulitan untuk pergi ke TPS dan harus menyelamatkan beberapa benda berharga yang terkena banjir. Melihat hal ini Polda Sulawesi Tenggara menurunkan anggotanya untuk menjemput sejumlah warga yang masuk kategori wajib pilih dengan perahu karet.

Pengiriman logistik Pilkada [sumber gambar]
Di wilayah Kali Wanggu Kelurahan Lepolepo Kecamatan Baruga, terhitung sebanyak 158 warga diangkut bergantian sejak pukul 8.00-11.00 WITA. Tak hanya di wilayah Kali Wanggu, sejumlah daerah di Kota Kendari pun terdampak banjir. Beruntung dengan 100 personel kepolisian yang diturunkan, hampir sebagian besar warga yang masuk wajib pilih bisa menunaikan haknya.

Itu dia keempat peristiwa sedih dibalik kehebohan Pilkada 2018. Ada yang harus kehilangan pekerjaan, kehilangan kotak suara, bahkan kehilangan nyawa. Semoga apa yang terjadi di pilkada ini bisa menjadi pembelajaran untuk pemilu-pemilu yang akan datang. Sehingga panitia bisa lebih mewaspadai kondisi-kondisi yang mungkin tak terprediksi.

Written by Aini Boom

Leave a Reply

Hubungan Asmara Sang Bunda Makin Mantap, Begini Tanggapan Al, El, dan Dul

Bukan Hanya Buahnya, Daun Mangga Ternyata Bisa Dikonsumsi dan Banyak Khasiatnya