Sudah bukan menjadi rahasia lagi kalau negeri yang berada di ujung timur Indonesia ini disorot sebagai negeri tertinggal, dari fasiltas pendidikan hingga kesehatan yang belum mumpuni. Belum lagi akses yang sulit membuat Papua jauh dari jangkauan pemerintah. Tidak hanya itu ternyata, para perempuan juga harus berusaha ekstra untuk bisa bertahan hidup.
Mereka harus bekerja keras di ladang dan banyak yang tidak mengenyam bangku sekolah, padahal jika difikir ulang, kekayaan alam Papua yang melimpah bisa saja membuat mereka hanya perlu fokus mengurus rumah dan anak. Mirisnya, beginilah potret menyedihkan para kaum perempuan di bumi Papua.
Anak-anak di Papua memang masih belum tersentuh pendidikan menyeluruh, angka putus sekolah juga lebih besar dibanding dengan daerah di pulau lain. Menurut data yang didapat dari Indonesia Government Index tahun 2013, perempuan lebih rentan 1,5 tahun putus sekolah dibanding laki-laki. Masalah lain adalah butuh usaha yang super keras untuk bisa mencapai sekolah, karena anak-anak Papua harus menempuh perjalanan panjang dahulu untuk bisa sampai di sekolah.
Di Papua seks bebas dan kekerasan terhadap perempuan masih sering dijumpai. Perempuan malah mengalami diskriminasi yang berlapis, baik dari segi kultural maupun KDRT. Kepala suku berhak memilih perempuan manapun untuk ia singgahi sebagai korban penyaluran hasratnya, hal tersebut tentu dipicu karena pemberlakuan adat istiadat yang masih kental.
Pekerjaan seharusnya adalah tanggungjawab laki-laki sebagai kepala rumah tangga. Berbeda dengan yang terjadi di bumi Papua, pembagian pekerjaan yang jelas antara laki-laki dan perempuan tampaknya sudah ada sejak zaman dahulu kala. Pembagian yang sudah ada sejak lama ini menugaskan perempuan untuk mengurus rumah tangga dan ladang, sedangkan laki-laki berburu dan menyelesaikan perang dengan suku lain.
Masyarakat Papua masih menganut budaya patriarki, dimana perempuan ditempatkan selalu berada di bawah bayang-bayang lelaki. Kebebasan kaum perempuan juga tergantung dengan laki-laki, jika didapati perempuan memiliki kepandaian yang prestasi yang bisa mengungguli laki-laki maka hal tersebut akan di halangi oleh para kaum adam.
Ya, begitulah kenyataannya, di balik kekayaan indah alam Papua ada perempuan yang masih berjuang dengan segala keterbatasan. Mereka tak hanya menjadi korban diskriminasi gender saja, tapi juga harus berperan ganda sebagai kepala rumah tangga. Besyukurlah para perempuan yang diperlakukan selayaknya perempuan.
Kekuatan rakyat dunia maya memang sangat luar biasa. Seperti angin yang berhembus di celah-celah sempit,…
Ada yang baru dari masyarakat untuk bangsa Indonesia. Setelah sekian lama cuma bisa menggerutu, kini…
Senin, (29/9/2025) menjadi hari yang memilukan bagi keluarga besar Pondok Pesantren Al Khoziny, Desa Buduran,…
Sedang ramai di media sosial dan media massa tentang aksi nekat Biro Pers, Media, dan…
Sudah sembilan bulan berjalan, program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi mega proyek yang penuh tanda…
Nama Glory Lamria kini menjadi sorotan warganet. Paras cantik diaspora yang tinggal di Amerika Serikat…