Pada umumnya, ilmuwan Indonesia seringkali tak dihargai di negeri sendiri. Seperti yang kita tahu, sebagian besar dari mereka malah menjual penemuannya ke luar negeri dan meneruskan cita-cita besarnya di sana. Di sisi lain, banyak sekali warga Indonesia yang tak tahu cerita aslinya, namun malah tidak terima dan menghujat para penemu itu karena tak mau berkarir di Indonesia saja.
Agar tak seperti itu, Boombastis.com akan mengajak boombers sekalian untuk mengenal salah satu ilmuwan senior yang sekarang sudah berkiprah di Negeri Sakura. Hal yang sama juga terjadi padanya ketika akan mengajukan penelitian di Indonesia. Untuk lebih lengkapnya, simak di ulasan berikut ini yuk.
Mungkin sebagian besar dari kita mengenal sosok Habibie sebagai seorang mantan Presiden. Padahal, jauh sebelum itu, dirinya merupakan seorang yang lihai dalam bidang akademik. Bahkan penelitiannya pun dicintai oleh negara Jerman. Ternyata, latar belakang keluarga Pak Josh—panggilan akrab Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, tak jauh berbeda dengan Habibie.
Meski seringkali mendengar kata radar dalam percakapan sehari-hari, belum tentu kita mengetahui arti harfiahnya. Radar merupakan alat yang digunakan untuk mendeteksi jarak, kecepatan, dan arah benda yang bergerak atau diam. Nah, biasanya radar ada dalam system penerbangan serta pelayaran.
Bukan tidak cinta Indonesia, sayangnya, pada tahun 1990an, belum ada kampus yang memiliki fokus bahasan radar seperti yang dikejar oleh Pak Josh. Alhasil, ia mengajukan beasiswa ke Jepang untuk menempuh pendidikan di Kanazawa University.
Rupanya, pria kelahiran 25 Juni 1970 ini tak main-main dengan bidang yang dicintainya. Buktinya, ketika berhasil menciptakan radar bawah tanah, ia melakukan banyak penelitian yang memukau mata dunia. Bahkan, dari situ ia mendapat banyak julukan seperti “Academy of Octopus” dan “The Smiling Professor.”
Setelah berhasil berkarya di negeri orang, pastilah ia tak melupakan kampung halamannya. Melihat masih banyak anak muda Indonesia yang tertarik dengan bidang teknologi radar tapi tidak memiliki tempat untuk menuntut ilmu, ia pun berinisiatif untuk membuat yayasan yang bernama Pandito Panji Foundation.
Meski banyak ilmuwan yang menyerah, ketika penelitiannya ditolak di negeri sendiri, namun sosok seperti Pak Josh ini juga nggak kalah banyak jumlahnya. Mereka yang memang berdedikasi tinggi terhadap pendidikan serta ingin mengangkat kualitas generasi muda Indonesia. Semoga saja, masih banyak Pak Josh-pak Josh lain di luar sana yang menyediakan kesempatan untuk kids zaman now menuntut ilmu setinggi-tingginya.
Seminggu terakhir jagad dunia maya, baik media sosial maupun media online diramaikan oleh satu nama,…
Hati-hati bikin seseorang jadi guyonan. Apalagi kalau yang dibikin meme adalah sosok sekelas menteri, seperti…
Makin ramai jalanan, makin besar potensi keributan. Itu pula yang dialami oleh Faisal, karyawan dan…
Kekuatan rakyat dunia maya memang sangat luar biasa. Seperti angin yang berhembus di celah-celah sempit,…
Ada yang baru dari masyarakat untuk bangsa Indonesia. Setelah sekian lama cuma bisa menggerutu, kini…
Senin, (29/9/2025) menjadi hari yang memilukan bagi keluarga besar Pondok Pesantren Al Khoziny, Desa Buduran,…