Gelar Sultan biasanya identik dengan gelimang harta benda duniawi dan segala bentuk kemewahannya. Namun, apa jadinya jika sosok tersebut justru hidup dalam kemiskinan dan bahkan lilitan utang. Aneh tapi nyata, hal inilah yang melekat pada sosok Jamalul Kiram III.
Menyandang gelar bangsawan sebagai sultan dari Kesultanan Sulu, Filipina, kehidupannya justru jauh dari kemewahan. Ia bahkan memerintah rakyatnya dari sebuah rumah sederhana berlantai dua yang terletak di desa. Meski demikian, ia menjadi sorotan di Asia karena punya ambisi yang dinilai kontroversial.
Masa kejayaan Kesultanan Sulu telah lama berlalu. Jamalul Kiram III sebagai salah satu pewaris gelas sultan hanya menyandang titel dari kerajaan namun tidak dengan kekayaannya. Bisa dibilang, dirinya mewarisi gelar kebangsawanan tanpa diikuti dengan harta benda yang melimpah dari para pendahulunya. Alhasil, ia pun tampil sebagai sosok sultan yang apa adanya.
Jamalul Kiram III menjalankan tugasnya sebagai seorang sultan dari sebuah rumah sederhana dua lantai yang terletak pinggiran Manila. Rumah yang disebut sebagai ‘istana kerajaan’ itu ditandai dengan plakat resmi yang bertuliskan “Kesultanan Sulu dan Kalimantan Utara” beserta peta wilayah yang pernah diperintah oleh kesultanan. “Saya sultan termiskin di dunia,” ucap Kiram yang dikutip dari The Sidney Morning Herald (25/10/2013).
Masalah yang dihadapi Kiram memang cukup pelik. Selain dianggap sebagai sultan termiskin di dunia, ia juga harus menanggung sejumlah utang yang menumpuk. Hasil dari biaya yang ia keluarkan saat kampanye sebagai senator pada 2007 silam. Meski didukung Presiden Gloria Macapagal Arroyo, Kiram gagal terpilih hingga menyisakan utang yang luar biasa.
Sebagai sultan dari kerajaan Sulu, Kiram mengklaim Sabah sebagai bagian dari wilayahnya karena berpegang pada sejarah masa lalu. Sabah sendiri merupakan hadiah dari Sultan Brunei kepada kerajaan Sulu, hingga kemudian disewakan ke para pemodal Inggris oleh salah satu bangsawan Filipina. Namun tanpa persetujuan ulang, Inggris secara sepihak menganeksasi wilayah tersebut pada 1963 dan mendirikan Federasi Malaya.
Sabah pun dimasukkan ke dalam Malaysia dan menjadi wilayahnya atas restu Inggris. Kiram yang tidak terima mencoba melakukan invasi singkat dengan mengutus sang adik, Agbimuddin Kiram, untuk memimpin beberapa ratus pejuang dalam serangan bersenjata ke Kalimantan. Lebih dari 60 orang tewas dalam pertempuran tersebut dan menyebabkan krisis keamanan paling serius di Malaysia.
BACA JUGA: Ingin Rebut Sabah dari Negeri Jiran, Begini Perbandingan Militer Filipina dan Malaysia
Hingga Jamalul Kiram meninggal dunia pada 20 Oktober 2013 pada usia 75 tahun, sengketa dengan Malaysia soal wilayah Sabah belum sepenuhnya usai. Hubungan kedua negara juga telah lama rusak selama satu dekade akibat peristiwa tersebut. Bahkan hingga masuk di era Presiden Rodrigo Duterte, klaim wilayah Sabah masih terus dilanjutkan namun dengan cara membuka dialog antar negara secara damai.
Jakarta banjir, sudah menjadi “acara” tahunan yang membuat banyak warga menjadi lebih “santuy” saat menghadapinya.…
Siapa sangka sebuah pijatan yang bisa merelaksasi dan menyembuhkan penyakit pada orang dewasa, bisa berujung…
Nama selebgram Chandrika Chika terseret pada kasus penyalahgunaan narkoba yang baru-baru ini terungkap. Tidak sendirian,…
Mendapat tunjangan hari raya (THR) dari perusahaan atau tempat kita bekerja, memang sudah biasa. THR…
Kabar duka datang dari keluarga besar Stand Up Comedy Indonesia. Priya Prayoga Pratama atau lebih…
Kecelakaan maut terjadi di Tol Jakarta-Cikampek, Karawang, Jawa Barat, tepatnya pada Km 58, pada hari…