Categories: Trending

5 Fakta Jalan Daendels dari Anyer-Penarukan yang Dibangun Pada Masa Penjajahan Belanda

Pada masa pembangunannya, Jalan Daendels yang membentang dari ujung Timur pulau Jawa hingga hingga ujung Barat telah memakan begitu banyak korban. Meski begitu, jalan sepanjang seribu kilometer ini menjadi infrastruktur terpenting pada masa itu dan hingga kini.

Kebanyakan orang sudah tahu tentang siapa pemrakarsa pembangunan jalan ini dan bagaimana penduduk pribumi diharuskan untuk melakukan kerja paksa. Tapi, ada beberapa hal lain yang tidak banyak diketahui dalam proses pembangunannya. Berikut ini beberapa diantaranya.

1. Jalan yang Dibangun Untuk Kepentingan Ekonomi dan Militer

Pembangunan jalan raya yang begitu panjang ini memiliki dua kepentingan, yaitu ekonomi dan militer. Dengan adanya jalan raya yang memadai maka pengiriman komoditas juga bisa lebih cepat.

Jalan Anyer-Panarukan [Image Source]
Daendels juga ingin mengamankan jalur perhubungan antara Bogor dan Batavia sebagai pelabuhan produk ekspor. Selain itu, jika tentara Inggris menyerang pulau Jawa, maka pemerintah kolonial bisa bertahan dengan mengirimkan pasukan dari Batavia.

2. Ada Upah Untuk Membayar Para Pekerja

Pembangunan jalan dimulai dengan membuat jalur Bogor-Cirebon yang menembus gunung pun dmulai dengan mengerahkan hingga 1.100 tenaga kerja. Untuk pembangunannya, pihak Belana menyediakan dana untuk upah pekerja dan mandor, peralatan, serta ransum. Selain upah, pekerja juga diberi beras dan garam.

Pekerja zaman penjajahan [Image Source]
Sistem pembayarannya adalah melalui residen yang diberikan kepada bupati. Dari para bupati ini, barulah dibayarkan kepada para pekerja. Meski ada catatan tentang pembayaran dari residen kepada para bupati tersebut, namun catatan pembayaran dari bupati kepada para pekerja belum ditemukan. Karena itulah, proyek ini bisa dibilang bukan murni kerja paksa.

3. Proyek yang Dijalankan di Bawah Pimpinan Militer

Awalnya proyek pembangunan jalan dari Bogor ke Cirebon ini menjadi tanggung jawab Komisaris Urusan Pribumi. Tapi karena medan yang berbahaya, sulit, dan peralatan yang tidak memadai, maka proyek ini dialihkan kepada urusan militer.

Willem Daendels [Image Source]
Dengan berada di bawah pimpinan militer, maka proyek ini bisa menggunakan peralatan dan persenjataan berat seperti meriam untuk meruntuhkan bebatuan padas. Selain itu, para pekerja juga tidak lagi terancam dengan serangan binatang buas.

4. Dimulainya Sistem Kerja Wajib Karena Dana yang Telah Habis

Ketika pembangunan mencapai Karangsembung, ternyata muncul beberapa masalah seperti dana yang telah habis dan lahan yang akan digunakan ternyata masih milik Sultan Cirebon. Daendels kemudian menekan Sultan Cirebon agar menyerahkan tanahnya.

Titik 0 km di Anyer [Image Source]
Sementara itu, untuk masalah dana yang telah habis, Daendels mengumpulkan para penguasa pribumi dan meminta mereka untuk menyediakan tenaga kerja. Sistem yang digunakan selanjtunya adalah kerja wajib untuk raja dengan anggapan bahwa rakyat menempati tanah milik raja sehingga harus menyerahkan upeti berupa kewajiban bekerja.

5. Ribuan Korban Berjatuhan Selama Pembangunan Jalan Daendels

Pembangunan jalan raya sepanjang seribu kilometer ini telah mengorbankan banyak nyawa. Proyek ini setidaknya memakan 12 ribu nyawa pekerja hanya dalam waktu beberapa tahun dan bahkan disebut sebagai salah satu genosida dalam sejarah kolonialisme di Indonesia.

Transportasi yang memakan waktu lama [Image Source]
Jalan raya ini memang memakan korban yang tidak sedikit, tapi dampaknya bagi perekonomian di pulau Jawa juga sangat besar. Pegiriman Batavia-Surabaya yang sebelumnya memakan waktu hingga 14 hari di musim kemarau dan 3 minggu lebih di musim hujan, kini bisa dilewati hanya dalam 5 hari. Yang paling penting lagi, jalan raya ini juga melahirkan pergerakan penduduk yang berpengaruh ke berbagai kota lainnya.

Pembangunan jalan Anyer-Panarukan ini masih menimbulkan reaksi keras hingga saat ini. Bagaimana tidak, ribuan nyawa penduduk menjadi korban demi selesainya proyek tersebut dengan cepat. Namun di sisi lain, jalan tersebut kini sejak dulu hingga saat ini telah menjadi jalur utama mobilisasi barang dan penumpang di pulau Jawa.

Share
Published by
Tetalogi

Recent Posts

Kronologi Kasus Kiano Alvaro, Hilang 8 Bulan Ditemukan Tak Bernyawa

Delapan bulan lamanya keluarga Alvaro Kiano Nugroho (6) mencari anak sekaligus cucu tanpa kepastian jelas.…

4 days ago

Kasus Ira Puspadewi, Pulang dari LN untuk Negara Ternyata Dituding Korupsi

Sedang ramai di Indonesia mengenai kasus korupsi yang menyeret nama Ira Puspadewi. Ia adalah mantan…

5 days ago

Profil Zohran Mamdani, Walikota Muslim Pertama di Amerika Serikat

Di tengah gejolak politik terus menerus yang dipicu oleh presidennya, Amerika Serikat memberi kejutan baru…

2 weeks ago

Kasus Ledakan SMAN 72 dan Potret Ekstrim Dampak Perundungan di Kalangan Remaja

Baru di Indonesia, ketika teror mengguncang sebuah institusi pendidikan. Di tengah-tengah pelaksanaan salat Jumat (7/11/2025)…

2 weeks ago

Ramai Beli Emas saat Harga Naik, Bagaimana Seharusnya?

Ada yang terbang sampai lupa pulang. Seperti itulah harga emas akhir-akhir ini. Terus melambung tinggi…

3 weeks ago

Arab Bikin Proyek Kereta Cepat, Kenapa Biayanya Bisa Lebih Murah dari Whoosh Indonesia?

Kabar gembira untuk warga Arab Saudi, atau mungkin Warga Negara Indonesia yang bermukim di sana.…

3 weeks ago