Sebagai negeri yang dipimpin oleh seorang diktator, maka lucu sekali kalau kita membicarakan soal keadilan dan hukum di Korea Utara. Ya, di negeri itu, keadilan hanyalah hal yang tertulis saja dan tak benar-benar pernah dipraktikkan. Keadilan sejati di Korut terletak di tangan seorang Kim Jong Un, di mana ketika ia memutuskan suatu hukuman, maka itulah yang akan terjadi. Tak peduli apakah hukuman itu bijaksana atau tidak, seperti ketika ia mengeksekusi seorang tokoh senior hanya karena mengantuk dalam rapat.
Pemerintahan Kim Jong Un memang dikenal sangat kejam dalam memberikan hukuman. Apalagi untuk kesalahan-kesalahan politis macam memberikan kritik kepada pemerintah atau melakukan aksi-aksi yang tak sejalan dengan visi negara. Untuk kesalahan yang seperti ini, Kim biasanya akan menjatuhi vonis hukuman tiga generasi. Hukuman ini mungkin tidak menghilangkan nyawa, tapi tak jauh lebih baik.
Sekilas hukuman ini seperti biasa-biasa saja ya. Padahal kenyataannya sangatlah mengerikan. Lalu, seperti apa sejatinya hukuman tiga generasi ini? Ketahui jawabannya lewat ulasan berikut.
Hukuman tiga generasi sama sekali bukan kiasan alias benar-benar menunjukkan mekanisme hukuman yang sebenarnya. Jadi, ketika seseorang dianggap bersalah, maka kemudian yang menjalani hukumannya bukan hanya si terdakwa tapi juga sekaligus anak keturunannya. Ilustrasinya adalah jika seorang kakek dihukum, maka anak dan cucunya pun bakal ikut merasakannya.
Ketika hukuman tiga generasi dijatuhkan, maka saat itu pula akan ada keluarga baru di kamp-kamp konsentrasi. Tapi, mereka kemudian akan terbagi menjadi grup-grup tersendiri. Wanita, pria, dan anak-anak dibedakan tempatnya. Masing-masing akan mendapatkan jatah kerja paksa sendiri-sendiri.
Korea Utara memiliki beberapa kamp konsentrasi di penjuru negeri dan masing-masing setidaknya sudah diisi oleh ribuan orang. Khusus di Kaechon atau Camp 14, di sini sudah dipenuhi oleh hampir 15 ribu orang. Membicarakan soal kehidupan para tahanan kamp, tentu mereka mengalami nasib yang tak karu-karuan. Terutama tentang makanan, sungguh sangat buruk apa yang mereka dapatkan.
Shin Dong-hyuk, pria satu ini adalah saksi hidup dari kekejaman hukuman tiga generasi tersebut. Shin, menurut ceritanya lahir dan besar di sana. Dan sama seperti tahanan lainnya, ia juga harus merasakan ngerinya jadi pekerja paksa. Selama hidup di kamp, Shin juga sering menyaksikan banyak kejadian mengerikan, termasuk banyak sekali eksekusi-eksekusi.
Hukuman tiga generasi tersebut awalnya hanya terlihat seperti propaganda barat untuk makin menjatuhkan Korut. Tapi, ada banyak saksi mata yang mengatakan jika hukuman ini benar-benar nyata. Tidak bisa dibayangkan ya kalau sekeluarga tinggal dalam sebuah kamp dan harus melakukan banyak hal mengerikan. Tak disangka di era yang sudah bebas seperti sekarang, masih banyak orang yang harus merasakan kekejaman seperti ini.
Namanya juga penipu. Akan selalu ada cara untuk membuat korbannya tidak berkutik demi merampas harta…
Sunmori atau Sunday Morning Ride adalah salah satu hobi masyarakat Indonesia. Para pemilik kendaraan roda…
Makan Bergizi Gratis (MBG) nampaknya harus secepatnya melakukan penyempurnaan. Pasalnya, masih banyak ditemui beragam kasus…
Paus Fransiskus tutup usia pada hari Senin 21 April 2025. Berita yang cukup mengagetkan mengingat…
Sudah bukan rahasianya Donald Trump saja, seluruh dunia juga tahu kalau umat manusia sedang terancam…
Kasus pelecehan pasien yang melibatkan dokter saat ini marak menjadi buah bibir masyarakat. Kejadiannya nyaris…