Kisah di bawah ini adalah sebuah kisah mengharukan tentang persahabatan sejati untuk mengingatkan kita semua tentang begitu indahnya ukhuwah atau persahabatan di jalan Allah. Tentang indahnya saling mencintai karenaNya, dan begitu berharganya sebuah ukhuwah titipannya ini.
Meminta maaf dan memaafkan memang tidak mudah ketika hati kita sudah tersakiti dan dikecewakan. Namun, sesungguhnya ukhuwah ini terlalu berharga jika dikotori oleh keegoisan-keegoisan dan kekanak-kanakan kita. Apalagi saling mengingatkan dalam kebaikan. Kadang kita lupa untuk melakukan itu kepada saudara kita. Di sinilah konsep memahami dan memahamkan mulai kita jalankan. Bagaimana kita memahami saudara kita, berusaha memahamkan diri kita sendiri, dan memahamkan saudara kita untuk mau memahami.
1. Umar bin Khattab
Kisah ini merupakan sebuah kisah yang pernah terjadi dari tokoh yang bernama Umar bin Khathab ra. Umar pernah mengatakan, “Orang yang kusukai di antara kalian adalah dia yang memberitahuku atas kesalahan-kesalahanku.”. Di antara keistimewaan Umar adalah mau mengakui kesalahannya sendiri tanpa merasa rendah diri. Dia pun tidak sungkan menyesali kesalahannya walau di hadapan orang banyak.
Ibaratnya sebuah batu yang akhirnya bisa hancur juga terkena tetesan-tetesan air. Begitu pun dengan keegoisan kita, yang pasti bisa hancur dan luluh juga dengan cinta. Jika memang keegoisan kita tetap kokoh walau dihujani seribu cinta, maka tanyakanlah pada diri kita sendiri, apakah hati dan jiwa kita masih hidup dengan baik atau tidak.
2. Umar bin Khattab dan Abu Bakar
Diriwayatkan oleh Abu Umamah. Pernah suatu ketika Abu Bakar melakukan kesalahan terhadap Umar, Umar pun marah dan hendak pergi. Namun Abu Bakar menarik ujung bajunya dan meminta maaf, “maafkanlah kesalahanku, Umar….maafkanlah aku…dan semoga Allah mengampuni dosa-dosamu.” Umar masuk rumahnya dan menutup pintu, sedangkan Abu Bakar dibiarkan di luar dan tidak diajak bicara. Selang beberapa waktu, sampailah berita ini ke telinga Rasulullah. Beliau tidak terima Abu Bakar diperlakukan seperti itu.
Rasulullah menanggapi Umar, “Apakah engkau mengatakan sesuatu kepada Abu Bakar hingga kemudian Abu Bakar meminta maaf tapi engkau tidak menggubrisnya?” Setelah berkata demikian, Rasulullah berdiri dan menghadap sahabat-sahabatnya yang lain, “Ketahuilah oleh kalian semua, ketika pertama kali aku diutus Alloh kepada kalian, kalian mengatakan, ‘Engkau pembohong’ tapi sahabatku ini (Abu Bakar maksudnya) mengatakan ‘Engkau benar’. Apakah kalian akan meninggalkan dan membiarkan sahabatku ini?”
Umar pun berdiri sambil berkata, “Wahai Rasulullah, aku rela Allah sebagai Tuhanku, aku rela Islam sebagai agamaku, dan aku rela Muhammad sebagai utusan Allah.”. Abu Bakar pun berdiri dan mengatakan , “Saya yang salah wahai Rasulullah, saya lah yang memulai masalah tersebut”. Umar mendekati Abu Bakar dan meminta maaf, “maafkanlah aku…semoga Allah mengampuni dosamu.” Abu Bakar menjawab, “Semoga Allah mengampunimu.”
3. Hikmah Ukhuwah Sejati Dari Rasulullah dan Para Sahabat
Demikianlah, rasa kecewa yang sedih dirasakan oleh Rasulullah ketika dua sahabat yang dicintainya saling berseteru. Dan begitu pun kedua sahabat Rasulullah, sangat menyesal telah melukai dan menyakiti hati Rasulullah. Sekarang, apakah kita akan menyakiti hati Rasulullah lagi, membuat beliau sedih dan kecewa, bahkan marah karena keegoisan kita hingga menyebabkan ukhuwah yang indah ini harus rapuh? Ukhuwah ini adalah titipan dari Allah kepada kita, agar kita menjaganya, merawatnya, dan mempertanggungjawabkannya kelak di akhirat.
Saudaraku, masihkah kita akan menodai ukhuwah yang suci ini dengan tangan-tangan kotor kita? Dengan prasangka-prasangka buruk kita? Dengan kata-kata menyakitkan kita? Marilah kita bermuhasabah diri, segala sesuatu itu akan kembali kepadanya. Pertemuan yang indah karenaNya, semoga berakhir dengan perpisahan yang indah pula karenanya. Semoga kita bisa dipertemukan kembali di surganya yang abadi. Aamiin. Yuk saling memaafkan dan saling mengingatkan, persembahkan ukhuwah yg kokoh dan suci untuk Sang Maha Cinta, Alloh SWT.
Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik ra, pembantu Rasululloh SAW, bahwa Nabi SAW bersabda, “Tidak beriman salah seorang di antara kamu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” (HR.Bukhari Muslim). (Sof)