Ada banyak sekali tokoh Tionghoa berpengaruh di Indonesia yang memiliki peran besar bagi pembangunan bangsa. Salah satunya adalah sosok Kwik Kian Gie. Seorang ekonom, pengusaha sekaligus tokoh politik tanah air. Dilansir dari viva.co.id, ia bahkan pernah menjabat Menteri Koordinator Ekonomi di era Reformasi.
Tak hanya itu, pria kelahiran Pati, Jawa Tengah, 11 Januari 1935 itu juga dikenal sebagai sosok yang cerdas dan berwawasan luas. Demi kecintaannya pada Indonesia, Kwik banyak mengabdikan dirinya di pendidikan, bisnis, dan politik. Seperti apa perjalanan karirnya dalam membangun Indonesia? Simak ulasan berikut.
Jiwa nasionalisme yang dimiliki oleh Kwik Kian Gie sejak usia sekolah menengah, banyak dituangkan ke dalam kerja nyata di tengah-tengah masyarakat. Dilansir dari viva.co.id, ia telah mendedikasikan hidupnya dengan cara membantu orang lain. Salah satunya adalah berkiprah di bidang pendidikan dengan mendirikan SMA Erlangga di Surabaya, Jawa Timur.
Tak hanya nasionalisme semata, semangat Kwik juga ditunjang dengan kecerdasan otaknya saat masih menimba ilmu di perguruan tinggi. Sumber dari viva.co.id menuliskan, ia merupakan lulusan Fakultas Ekonomi, Unversitas Indonesia, Jakarta. Tak lama, Kwik juga melanjutkan pendidikannya Nederlandsche Economiche Hogeschool Rotterdam yang kini bernama Erasmus Universiteit Rotterdam, Belanda. Di universitas ini pula, tokoh Indonesia, seperti Moh.Hatta, Sumitro Djojohadikusumo, Radius Prawiro, dan Arifin Siregar pernah menimba ilmu.
Sekembalinya dari Indonesia, Kwik yang sempat menganggur selama setahun akhirnya mencoba membuka sebuah bisnis. Dengan menggandeng rekan-rekannya seperti Ferry Sonneville, Dr. Indra Hattari, Kwik mendirikan sebuah perusahaan keuangan yang bernama PT Indonesian Financing & Investment Company. Dilansir dari viva.co.id, sejumlah usaha lainnya pun terus bermunculan, seperti PT Altron Panorama Electronic, PT Jasa Dharma Utama, PT Cengkih Zanzibar, dan PT ABN AmroFinance. Di bidang pendidikan, Kwik juga membuka ekolah MBA pertama di Indonesia, yang bernama Institut Manajemen Prasetiya Mulya, Jakarta.
Namanya mulai akrab di telinga masyarakat setelah Kwik mencoba terjun ke dunia politik. Sumber dari viva.co,id menyebutkan, ia aktif menulis di berbagai media massa, pembicara di seminar-seminar, dan menjadi tamu acara talkshow televisi. Tentu saja, hal tersebut sesuai dengan kapasitasnya sebagai seorang ahli sekaligus sebagai pengamat ekonomi. ID era Gus Dur, karirnya semakin menanjak setelah ia diangkat menjadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia pada tahun 1999.
Setelah era Gus Dur berakhir, Kwik tetap dipercaya sebagai pejabat tinggi di pemerintahan Presiden Megawati. Dilansir dari viva.co.id, ia ditempatkan sebagai Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional atau Ketua Bappenas periode 2001-2004. Sosoknya yang tegas dan tajam, menjadikan dirinya sebagai rujukan politikus-politikus muda yang kritis akan kebijakan pemerintah. Saat undur dari dunia politik praktis, Kwik kini berkonsentrasi mengembangkan lembaga pendidikannya serta menjadi pengamat ekonomi .
BACA JUGA: Sofjan Wanandi, Pengusaha Tionghoa Sukses yang Disegani Presiden Indonesia
Sat ini, Kwik Kian GIe lebih dikenal sebagai pengamat politik dan ekonomi di tanah air. Sederet pengalaman dan kinerjanya di masa lalu, banyak memberikan warna tersendiri pada perjalanan sejarah Republik Indonesia. Mulai dari era Orde Lama, Orde Baru, hingga Reformasi.
Jakarta banjir, sudah menjadi “acara” tahunan yang membuat banyak warga menjadi lebih “santuy” saat menghadapinya.…
Siapa sangka sebuah pijatan yang bisa merelaksasi dan menyembuhkan penyakit pada orang dewasa, bisa berujung…
Nama selebgram Chandrika Chika terseret pada kasus penyalahgunaan narkoba yang baru-baru ini terungkap. Tidak sendirian,…
Mendapat tunjangan hari raya (THR) dari perusahaan atau tempat kita bekerja, memang sudah biasa. THR…
Kabar duka datang dari keluarga besar Stand Up Comedy Indonesia. Priya Prayoga Pratama atau lebih…
Kecelakaan maut terjadi di Tol Jakarta-Cikampek, Karawang, Jawa Barat, tepatnya pada Km 58, pada hari…