Saat ini, bisa dibilang Somalia merupakan negara yang menjadi surga bagi para bandit. Julukan tersebut hadir karena wilayah lautan negara ini memiliki jumlah bajak laut yang begitu banyak dan sulit diberantas. Oleh karena itu, pelaut juga harus berpikir dua kali jika ingin melintasi perairan Somalia. Bukan karena ombaknya kencang atau badai yang sewaktu-waktu bisa datang, melainkan keganasan para bajak laut yang garang.
Hanya membahas soal bajak laut yang menjarah kapal saja sudah meremangkan bulu kuduk. Namun, rupanya bajak laut Somalia memiliki perbedaan dengan bandit lautan yang lainnya. Mereka garang, tapi juga memiliki sisi lain yang tak banyak diketahui. Lalu seperti apa? Simak ulasan menariknya berikut ini.
Pada awalnya, Somalia merupakan negara yang mampu memberi lapangan pekerjaan pada warganya. Namun, pada tahun 1970, negara ini mulai didera kekeringan yang lumayan parah. Tak hanya itu, krisis dan perang saudara juga membuat para warganya pontang-panting. Bencana kemiskinan dan kerasnya kehidupan saat itu membuat nelayan mulai banting stir menjadi bajak laut.
Somalia bisa dikatakan negara yang kenyang dengan kekerasan dan konflik antar sodara. Kehidupan keras tersebut menuntut setiap warganya untuk selalu berpikir cerdas demi bertahan hidup, termasuk para bajak lautnya yang nyaris tak pernah gagal saat beroperasi. Salah satu trik cerdas yang mereka terapkan adalah menggunakan kapal korban sebagai kapal induk.
Banyaknya uang yang didapat dari profesi bajak laut juga telah merubah cara pandang masyarakat soal aksi kriminal. Di tengah kemiskinan dan kejamnya kehidupan di Somalia, mendapatkan banyak uang adalah hal utama agar dapat bertahan hidup.
Bajak laut di wilayah Somalia bisa disebut paling licin dan sulit dilacak. Bagaimana tidak, untuk menyerahkan uang tebusan saja mereka menolak untuk bertemu langsung. Mereka biasanya meminta uang tebusan diantar dengan cara dijatuhkan dengan parasut, atau dilempar ke tengah laut.
Hingga saat ini, keberadaan bajak laut di perairan Somalia memang sulit diberantas. Namun, maraknya penjarahan di wilayah tersebut rupanya memberikan berkah tersendiri bagi perusahaan asuransi. Rasa takut perusahaan kapal kargo pada bajak laut membuat mereka selalu ikut program asuransi. Setidaknya ada 30.000 kapal yang melintas di perairan Somalia yang rata-rata membeli asuransi.
Itulah lima fakta tak terduga tentang bajak laut di Somalia. Penjarahan yang mereka lakukan mungkin bisa dibilang aksi kriminal. Namun, jika dilihat dari sisi lain ternyata banyak hikmah yang bisa diambil. Bagaimana menurut kalian? Perlu dibasmi atau didukung saja gerakan bajak laut di Somalia ini?
Pati bergolak! Kebijakan kenaikan tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) sampai 250%…
Kabar duka mengguncang dunia hiburan Indonesia. Salah satu wajah populer yang selalu mengundang gelak tawa,…
Indonesia kehilangan salah satu putra terbaiknya, Kwik Kian Gie, yang tutup usia di hari Senin…
Misteri kematian seorang diplomat muda yang bekerja di Kementerian Luar Negeri (Kemlu) masih meninggalkan tanda…
Jepang kembali diterpa tsunami. Kali ini terjadi gara-gara pusat gempa yang jauhnya ribuan kilometer dari…
Sedang ramai dibicarakan oleh masyarakat Negeri Tirai Bambu, China, seorang pria yang ditangkap gara-gara menyamar…