in

Mengenal Gas Air Mata: Efek Bahaya dan Cara Mengatasinya Agar Tidak ‘Melukai’ Tubuh

Ilustrasi peluru gas air mata [sumber gambar]

Dalam demonstrasi yang terjadi belakangan ini, aparat keamanan kerap menggunakan gas air mata sebagai salah satu senjata untuk menghalau kericuhan yang terjadi. Selain praktis, efek yang ditimbulkan pun dinilai bakal membuat jera para pendemo yang kerap berbuat anarkis. Tak heran jika benda satu ini mulai ditembakkan, mereka kerap berlarian agar terhindar dari asap gas air mata yang dikenal sangat kejam bagi pernafasan dan mata.

Dilansir dari Kompas, sensasi terbakar akan dirasakan oleh mereka yang terpapar gas air mata. Jelas, hal ini sangat berbahaya bagi tubuh karena sifatnya yang langsung mengiritasi bagian tubuh yang terkena. Umumnya, gas air mata atau juga disebut lacrimator, adalah salah satu dari kelompok zat yang mengiritasi selaput lendir mata, menciptakan efek menyengat dan lainnya. Lantas, seperti apa bentuk benda tersebut dan bagaimana cara mencegahnya?

Jenis pelontar gas air mata yang kerap digunakan oleh aparat berwenang Indonesia

Dalam menangani situasi ricuh seperti demonstrasi, jelas tidak mungkin aparat keamanan menggunakan peluru tajam. Sebagai gantinya, mereka menggunakan pelontar gas air mata yang lebih aman. Dari sekian jenis yang ada, produk buatan Verney Carron asal Perancis jadi favorit bagi anggota Polri. Selain praktis, senjata tersebut juga sangat ampuh untuk mengendalikan kerumunan massa saat terjadi kericuhan.

Pelontar gas air mata lansiran Verney Carron Perancis yang kerap digunakan Polri [sumber gambar]
Dilansir dari National Geographic, ada dua jenis gas air mata lansiran Verney Carron itu yang jadi favorit anggota Polri. Pertama, ada Flash Ball Maxi (FBM) yang merupakan senjata seperti shotgun raksasa tanpa popor, dengan laras ganda berdampingan. Kedua, ada varian Flash Ball Super Pro (FBSP) yang bentuknya seperti revolver raksasa dengan dua laras bertumpuk.

Bahayanya bagi bagian tubuh jika terpapar asap dari gas air mata

Gas air mata menjadi sangat berbahaya karena memiliki kandungan kimia yang tersebar lewat asapnya. Setidaknya, ada tiga tipe pelontar yang sering digunakan, yakni CS (chlorobenzylidenemalononitrile), CN (chloroacetophenone), dan semprotan merica. Dalam satu selongson peluru, terdapat senyawa seperti arang, potasium nitrat, silikon, sukrosa, potasium klorat, magnesium karbonat, dan O-Chlorobenzalmalononitrile.

Selongsong peluru gas air mata yang memiliki banyak kandungan kimia [sumber gambar]
Kombinasi senyawa yang ada, menimbulkan banyak efek jika terkena bagian tubuh. Saat terpapar, benda tersebut akan memicu peradangan pada selaput lendir mata, hidung, mulut, dan paru-paru. Biasanya, efek yang dirasakan sekitar 30 detik setelah terkena asap dari gas air mata. Hal ini kemudian menyebabkan sensasi panas terbakar di mata, produksi air mata berlebihan, penglihatan kabur, kesulitan bernapas, dan nyeri dada. Tak jarang, mereka yang terpapar akan merasa seperti tercekik, kebingungan dan disorientasi yang memicu kepanikan.

Cara mencegah agar terhindar dari dampak yang ditimbulka gas air mata

Meski demikian, ada beberapa cara ampuh untuk mengatasi ganasnya efek gas air mata. Dikutip dari akun Twitter @Muthia911, ia menulis cara pencegahan dengan beragam cara. Mulai dari menggunakan pasta gigi di bawah mata, menyiram air pada bagian yang terkena, tidak menyentuh bagian sensitif seperti mata dan kulit, hingga anjuran agar mengenakan topeng gas.

Menggunakan pasta gigi di bawah mata dan masker gas [sumber gambar]
Khusus untuk iritasi pada mata, perlakuan memang tidak bisa sembarangan. Langkah pertama yang dilakukan adalah, mencucinya dengan larutan garam atau gunakan air hingga sensasi sengatan mereda. Selain itu, pencegahan juga bisa dilakukan dengan mencari udara segar agar melonggarkan pernafasan dada yang sesak karena asap dari gas air mata.

BACA JUGA: Jadi Andalan Bubarkan Demo, Inilah Alat Milik Polri yang Bikin Mahasiswa Lari Kocar-kacir

Tercatat, gas air mata pertama kali ditembakkan oleh tentara Perancis terhadap pasukan Jerman dalam “Battle of the Frontiers” di kancah Perang Dunia I. Kini penggunaannya telah meluas dan diadopsi oleh aparat berwenang di berbagai negara, termasuk Indonesia. Kalau sudah meluncur, mending jangan dekat-dekat deh.

Written by Dany

Menyukai dunia teknologi dan fenomena kultur digital pada masyarakat modern. Seorang SEO enthusiast, mendalami dunia blogging dan digital marketing. Hobi di bidang desain grafis dan membaca buku.

Leave a Reply

Hashtag #GeyajanMemanggil, Ini Sejarah Tempat yang Dijadikan Lokasi Aksi Damai Itu

Luput dari Perhatian, Ini Aksi Menyejukkan dari Pasukan TNI ketika terjadi Demo Mahasiswa