Categories: Trending

Menyoal Empati di Tengah Duka Bencana

Media sosial di internet memberi kita ruang lebih luas untuk berpendapat. Kita bisa mengomentari apapun dari mulai postingan teman hingga kejadian bencana. Doa-doa yang tuluspun banyak mengalir di sosial media dan sempat menjadi trending topic, pasca hilangnya pesawat Air Asia yang lepas landas dari Surabaya menuju Singapura. Hingga kini, keluarga korban masih menunggu kepastian nasib kerabat mereka.

Namun di tengah duka itu, tampaknya masih ada orang yang sulit menunjukkan empati. Tidak hanya berhenti di situ, mereka malah memposting sesuatu yang bisa jadi menyakiti hati keluarga korban. Sebuah akun di instagram menyatakan bahwa dia bersyukur, bahwa dengan jatuhnya Air Asia, maka pesawat-pesawat “murahan” akan habis dan penerbangan di Indonesia akan lebih aman.

Akun Path Fadilah

Pernyataan itu segera menuai kemarahan dan protes banyak orang di Instagram. Banyak yang merasa pernyataan Fadhilah tersebut adalah pernyataan sombong dan akan sangat menyakiti hati keluarga korban.

Tidak lama berselang, satu akun path lagi ramai dibicarakan karena postingan yang kira-kira bernada sama dengan Fadhilah. Akun tersebut bernama S. Angga dan berikut curhatan Angga di Path-nya

Akun path s angga

“wkwkwkwkwkw air Asia hilang? Ahahahah paling isi nya orang2 narsis yang pingin ngeGaya taun baruan di Singapore.”
Sama seperti yang terjadi pada Fadhilah, akun ini segera dibanjiri dengan protes-protes dan cacian dari Netizen lainnya.

Permintaan Maaf dari Fadilah

Menyoal Empati

Di sosial media, tidak ada batasan untuk berpendapat. Setiap orang bebas untuk mengomentari apapun yang dia inginkan. Namun, ketika komentar itu mendapat banyak respon kemarahan dari netizen lainnya, siapapun harus siap mempertanggung jawabkan komentarnya. Kebebasan berpendapat tidak serta merta membuat kita kebal akan sanksi sosial di sekitar kita. Jika menunjukkan empati dirasa sulit, setidaknya kita harus bisa menahan diri untuk tidak mencaci.

Peraturan yang sama juga berlaku untuk kita. Jika kedua orang di atas sudah “terlanjur” menghina dan terlanjur mendapat banyak cacian, tidak ada gunanya beramai-ramai mencaci dan membully orang tersebut. Meski pada akhirnya kedua akun tersebut meminta maaf secara publik, cacian dan makian untuk mereka terus membanjir. Tidak sedikit sumpah serapah dan makian dengan kata-kata yang sangat kasar yang mereka terima.

Ya, mungkin empati mereka sudah hilang karena memposting hal yang tidak pantas. Selanjutnya, mari kita pertanyakan diri kita sendiri, apakah kita sudah cukup baik untuk memaki dan mencaci orang seperti itu? Bukankah itu sama saja dengan aksi memadamkan api dengan api? (HLH)

Share
Published by
Centralismo

Recent Posts

Lagi Ramai, Penipuan Modus ‘Cari iPhone Hilang,’ Waspadai Ciri-Cirinya

Namanya juga penipu. Akan selalu ada cara untuk membuat korbannya tidak berkutik demi merampas harta…

4 days ago

Rombongan Klub Motor Sunmori VS Warga Pengguna Matic Berujung Emosi

Sunmori atau Sunday Morning Ride adalah salah satu hobi masyarakat Indonesia. Para pemilik kendaraan roda…

5 days ago

Kasus Keracunan MBG di MAN 1 Cianjur, Korban Terus Bertambah

Makan Bergizi Gratis (MBG) nampaknya harus secepatnya melakukan penyempurnaan. Pasalnya, masih banyak ditemui beragam kasus…

1 week ago

Wafatnya Tinggalkan Duka, Inilah Pesan dan Kesan Indah Paus Fransiskus Bagi Indonesia

Paus Fransiskus tutup usia pada hari Senin 21 April 2025. Berita yang cukup mengagetkan mengingat…

1 week ago

Katanya Krisis Ekonomi Kok Malah Borong Emas, Ada Apa?

Sudah bukan rahasianya Donald Trump saja, seluruh dunia juga tahu kalau umat manusia sedang terancam…

2 weeks ago

Beruntun, Terungkapnya 3 Kasus Pelecehan Pasien oleh Dokter yang Bikin Miris

Kasus pelecehan pasien yang melibatkan dokter saat ini marak menjadi buah bibir masyarakat. Kejadiannya nyaris…

2 weeks ago