Menjadi seorang pemimpin bukanlah urusan yang gampang. Seorang pemimpin harus mampu memimpin dengan baik dan juga adil. Ia juga harus rela mengorbankan kepentingannya sendiri demi rakyatnya.
Memang susah menemukan pemimpin yang sempurna, karena pemimpin juga seorang manusia. Sebagai manusia tentunya masih bisa berbuat kekhilafan, bukan? Namun, kalau khilaf sudah berlebihan rasanya pemimpin tersebut nggak patut kita jadikan panutan.
Salah satu pemimpin yang mungkin kurang pantas kita jadikan panutan adalah Idi Amin Dada. Pernah dengar namanya? Yup, dia adalah salah satu diktator kejam dari Uganda.
Idi Amin lahir dari keluarga yang tak berada. Sejak kecil ia sudah mengalami kerasnya hidup dengan ibunya sebagai petani. Tanpa pendidikan yang memadai, Idi Amin masuk ke dalam koloni pasukan Inggris sebagai asisten koki. Dari sanalah karier kemiliteran Idi Amin dimulai.
Melihat kiprahnya di bidang militer yang menjanjikan, perdana menteri Milton Obote bekerja sama dengan Idi Amin untuk memperkuat militer Uganda. Mereka menyelundupkan gading dan emas dari Kenya yang ditukar dengan senjata. Pada tahun 1966, parlemen Uganda meminta penyelidikan atas kasus penyelundupan tersebut.
Sebagai komandan militer, Idi Amin mulai merekrut pasukan dari etnis Kakwa, Lugbara, Sudan Selatan, dan Nil Barat. Namun rupanya, perekrutan yang dilakukan Idi Amin tersebut malah membuat hubungannya dengan Obote renggang. Apalagi kelompok yang direkrut oleh Idi Amin tersebut telah melakukan pemberontakan dan mencoba membunuh Obote pada tahun 1969.
Obote mengambil alih militer Uganda pada tahun 1970 dan menurunkan jabatan Idi Amin. Tak terima dengan hal tersebut serta tahu bahwa ia akan dipenjarakan karena kasus dana militer, Idi Amin melancarkan kudeta pada 25 Januari 1971 saat Obote berada di Singapura. Idi Amin membongkar kebobrokan Presiden Obote. Kemudian pada tanggal 2 Februari 1971 ia mengangkat dirinya sebagai presiden Uganda ke-3.
Selama pemerintahan Idi Amin, pembunuhan karena etnis terus berlangsung. Korban jiwa atas kekejian ini diperkirakan mencapai jumlah puluhan hingga ratusan ribu di Uganda. The International Commision of Jurists memperkirakan pembunuhan mencapai angka 80 ribu, tapi Amnesty International mencatat angka pembunuhan 500 ribu.
Idi Amin juga melakukan perubahan di segi ekonomi. Ia mengusir sekitar 60 ribu jiwa orang Asia dari Uganda dengan maksud kemerdekaan sebenarnya bagi masyarakat Uganda, padahal saat itu 90% perdagangan di Uganda dikuasai oleh orang Asia. Akibatnya Uganda mengalami krisis ekonomi.
Selama Idi Amin memimpin, keadaan Uganda kacau balau, sehingga Komisi Hukum PBB menyebut Uganda adalah negeri tanpa hukum. Pada akhirnya banyak pihak yang tak lagi memihak pada Idi Amin.
Suatu negara yang memiliki pemimpin diktator tak akan pernah menjadi maju dan makmur. Sebaliknya, negara tersebut kacau dan akan sering muncul peperangan. Namun, selama masyarakat turut serta berperan aktif dalam mencegah terpilihnya pemimpin diktator, negara akan terhindar dari kerusakan.
Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, ada satu nama yang sangat populer di kalangan masyarakat, yaitu…
Nama Ferry Irwandi kini sedang mencuri perhatian publik. Tak hanya di dunia maya, wajahnya kini…
Indonesia akhirnya memiliki Menteri Keuangan yang baru. Setelah sekian tahun dijabat oleh Sri Mulyani, muncul…
Beberapa waktu terakhir platform media sosial X dibikin heboh dengan kebangkitan dan kepedulian anak muda…
Kabupaten Pati nyaris bergolak. Sebuah gerakan massa muncul setelah adanya pernyataan Bupati Pati, Sudewo yang…
Beberapa kota di Indonesia dilaporkan mengalami kekacauan sebagai buntut dari Demo Buruh yang berlanjut pada…