Badai matahari yang telah terjadi di tahun-tahun sebelumnya, dilaporkan bakal kembali terjadi dan diprediksi akan membawa dampak bagi bumi. Dikutip dari tekno.tempo.co via lama Express menuliskan, hal tersebut diperingatkan oleh lembaga layanan cuaca Inggris Met Office yang menjelaskan bahwa akan terjadi ledakan kosmik dari Matahari yang menuju Bumi.
Saat menghantam bumi, benda-benda elektronik seperti GPS, sinyal ponsel dan TV digital diperkirakan akan rusak. Badai ini juga diakibatkan dari ledakan di Matahari akibat terbukanya salah satu kumparan medan magnet pada permukaannya yang disebut solar flare. Seperti peristiwa di bawah ini, ada beberapa kejadian besar tentang badai matahari yang direkam oleh sejarah.
Dikutip dari laman space.com, sebuah badai Matahari terjadi pada 1 September 1859 yang bernama Carrington Event. Laman tekno.kompas.com menuliskan, penamaannya merujuk pada seorang astronom yakni Richard Carrington, di mana dirinya berhasil mengabadikan fenomena badai Matahari. Bisa dibilang, peristiwa alam tersebut merupakan fenomena pertama yang didokumentasikan. Efek dari badai Carrington sendiri adalah, terganggunya komunikasi telegraf global dan memicu kebakaran.
Pada 4 Agustus 1972, badai matahari kembali terjadi dan melesatkan suar panas yang besar. Dikutip dari tekno.tempo.co, fenomena itu menyebabkan gangguan komunikasi telepon di beberapa negara bagian AS, termasuk Illinois. Bahkan, lmuwan NASA mengatakan peristiwa tersebut menyebabkan perusahaan telekomunikasi AT & T mendesain ulang kabel trans-Atlantiknya. Bisa dibilang, peristiwa alam ini bisa merusak perangkat elektronik di muka bumi.
Berselang beberapa tahun kemudian, hal serupa kembali terjadi pada 13 Maret 1989. Saking kuatnya suar matahari yang meletus, enam juta orang terpaksa menjalani hidup tanpa listrik selama sembilan jam karena tiba-tiba padam secara mendadak. Laman tekno.tempo.co menuliskan, NASA bahkan menjelaskan bahwa peristiwa ini sempat melelehkan beberapa transformator daya di New Jersey. Saking kuatnya, badai matahari yang terjadi pada saat itu setara dengan fenomena Carrington pada 1859.
Letusan matahari kembali terdeteksi pada 14 Juli 2000. Dikutip dari laman tekno.tempo.co, skala ukuran matahari bisa diukur dari besarnya daya dan dampak yang ditimbulkan. Rumusannya adalah, kelas X untuk badai terkuat, Kelas M untuk tingkat menengah, dan kelas C paling lemah. Untuk yang peristiwa yang terjadi pada 14 Juli 2000, diketemukan bahwa badai matahari telah mencapai skala X5. Alhasil, beberapa sirkuit satelit memendek dan menyebabkan radio padam.
BACA JUGA: Bak Kiamat, 5 Fenomena Aneh yang Bakal Dialami Indonesia di Hari Tanpa Bayangan
Meski terlihat mengkhawatirkan, hal tersebut disinyalir tidak akan berdampak pada Indonesia. Seperti yang dinyatakan oleh Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN), peristiwa badai matahari belum menunjukan tanda-tanda yang signifikan di tanah air. Meski demikian, tak ada salahnya jika kita berjaga-jaga jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Gimana menurutmu Sahabat Boombastis?
Patah hati tampaknya tengah dialami para fans juara ketiga Indonesian Idol musim ke-8 sekaligus vokalis…
Beberapa waktu lalu, viral sebuah video yang memperlihatkan seorang pengemis karena aksinya yang dianggap meresahkan.…
Masyarakat Indonesia sedang berbahagia dan bangga terhadap Tim Nasional (Timnas) Indonesia yang baru saja menorehkan…
Media sosial kini menjadi tempat berbagi cerita dan mencari hiburan, tak heran banyak orang yang…
Jakarta banjir, sudah menjadi “acara” tahunan yang membuat banyak warga menjadi lebih “santuy” saat menghadapinya.…
Siapa sangka sebuah pijatan yang bisa merelaksasi dan menyembuhkan penyakit pada orang dewasa, bisa berujung…