in

Kisah Para Pedagang Sederhana yang Berhasil Naik Haji Meski Hidup Pas-pasan

Bagi umat muslim, menunaikan ibadah haji merupakan sebuah keharusan untuk menyempurnakan rukum Islam. Terutama bagi mereka yang mampu. Namun, kendala biaya maupun fisik kerap menjadi kendala bagi mereka untuk menjalankan ibadah agung tersebut.

Terutama perkara biaya dan segala pernak-perniknya, hal ini ternyata bukan menjadi halangan bagi mereka yang ternyata sukses pergi ke tanah suci. Mereka yang datang dari kaum pedagang sederhana ini, justru sukses menunaikan ibadah haji maupun telah terdaftar sebagai calon jamaah haji. Padahal, mereka bukanlah kalangan orang-orang kaya yang berlimpah harta. Siapa sajakah mereka?

Pedagang sayur keliling naik haji

Tanggal 23 Juli 2019, mungkin menjadi momen yang tidak akan pernah dilupakan oleh Marliah. Dikutip dari regional.kompas.com, wanita asal Jombang, Jawa Timur itu terdaftar sebagai calon jamaah haji yang akan berangkat pada 23 Juli 2019, dari embarkasi Surabaya.

Harapan Marliah berangkat ke tanah suci tak lepas dari kegigihannya menyisihkan sebagian penghasilan dari berjualan sayur keliling yang ditekuninya selama 35 tahun. Dengan cara menyisihkan pendapatannya sebesar Rp 10.000 setiap hari, ia akhirnya bisa mengumpulkan uang sebagai biaya untuk naik haji.

Penjual es doger berhasil naik haji

Kegigihan pasangan suami-istri (pasutri) Hasyim Asyari dan Luluk Hudriyah asal Jember, Jawa Timur dalam bekerja dan berusaha akhirnya terbayar sudah. Pedagang es doger kaki lima itu sejak tahun 2002 itu, bakal berangkat ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji pada tahun 2019.

Dikutip dari memontum.com, keberangkatannya pergi haji tak lepas dari upaya keduanya menabung selama 13 tahun. Hal ini dilakoni oleh mereka sejak tahun 2006, dengan menabung setiap hari sebanyak Rp 20 ribu dan setiap bulan dari penghasilannya sebagai penjual es doger.

Nenek penjual bunga naik haji berkat ketekunannya

Rasa bahagia begitu dirasakan oleh Marsiyem setelah impiannya untuk pergi naik haji akan segera terwujud. Dikutip dari news.detik.com, penjual bunga kenanga berusia 90 tahun itu, bisa berangkat ke tanah suci setelah menabung Rp 1.000 setiap hari selama 20 tahun lebih. Hebatnya lagi, sang nenek ternyata masih kuat mengayuh sepeda selama beraktifitas.

Sebagai pedagang bunga kenanga, ia kerap berkeliling dari desa ke desa untuk mencari bunga tersebut. Padahal, jarak ketiga desa seperti Purwokerto, Karanggayam sampai Dusun Lempung Pakisrejo yang dikunjungi, memiliki jarak sekitar 20 km dari rumahnya. Hasil dari kerja kerasnya itulah, yang kemudian mengantar sang nenek menjadi tamu Allah di tanah suci.

Kakek penjual susu naik haji

Meski awalnya sempat pesimis, Muadji yang merupakan seorang penjual susu sapi segar akhirnya bisa mewujudkan mimpinya untuk berhaji. Rahasianya? Ia ternyata sedikit demi sedikit mengumpulkan uang selama 20 tahun yang rutin ditabungnya. Tak banyak jumlahnya, hanya berkisar Rp 10.000 hingga Rp 20.000 setiap hari.

Meski pendapatannya tak menentu, Muadji tak patah arang. Selain menabung, salah satu caranya adalah dengan cara ikut arisan dengan tetangganya. “Biasanya saya simpan Rp10 ribu setiap harinya. Sebagian lagi ikut arisan,” terangnya yang dikutip dari medcom.id. Tak hanya Muadji seorang, ia akan berangkat ke tanah suci ditemani sang istri kofifah.

BACA JUGA: 5 Perjuangan Naik Haji Ini Bikin Mata Sembab, Ada yang Menabung Selama 60 Tahun

Bekerja keras, menabung dan bersabar setelahnya, merupakan kunci dari para pedagang di atas untuk mengatasi biaya berangkat ibadah haji. Dengan niat kuat dan rajin menyisihkan pendapatan mereka, terbukti mereka bisa mewujudkan impian yang diinginkan. Bisa dibilang, tak ada yang tak mungkin, sepanjang kita mau berusaha meraih hal yang ingin dicapai. Termasuk niat mulai untuk menunaikan ibadah haji.

Written by Dany

Menyukai dunia teknologi dan fenomena kultur digital pada masyarakat modern. Seorang SEO enthusiast, mendalami dunia blogging dan digital marketing. Hobi di bidang desain grafis dan membaca buku.

Leave a Reply

Rumitnya Lalu Lintas di Vietnam, Berhenti di Tempat Teduh Bisa Denda 400 Ribu

Mengenal Sirkuit Bung Tomo, Lintasan Balap Internasional yang Dianggap Masih Berbahaya