Seperti halnya bola salju kasus meninggalnya suporter Persija Jakarta Haringga Sirila terus saja menggelinding menjadi besar. Bahkan banyak kalangan kini dilibatkan untuk penyelesaian masalah tersebut. Dan puncaknya adalah munculnya wacana dan desakan dari berbagai kalangan mengenai pembubaran kompetisi. Sebuah kebijakan yang apabila benar terjadi memiliki dampak besar untuk sepak bola Indonesia.
Kendati jalan tersebut adalah hal yang bisa membuat suporter kerap berlaku arogan jera, namun tetaplah perlu dipikir kembali. Apalagi jika kita lihat banyak orang tanah air yang bergantung hidupnya untuk olahraga satu ini. Dan berikut dampak pembubaran liga untuk banyak insan sepak bola Indonesia.
Bukan rahasia lagi jika biaya operasional mengarungi kompetisi sepak bola Indonesia itu tidaklah murah. Menurut Presiden Persebaya Surabaya yakni Azrul Ananda diperlukan uang 30 miliar untuk memenuhi kebutuhan tim. Berkaca dari dinamisnya olahraga ini biaya tersebut bisa dibilang hanya jumlah minimum saja. Pasalnya, dalam perjalanan mengarungi kompetisi biaya tak terduka kerap bermunculan.
Merefleksi kondisi ini, pastinya kita seperti dejavu ketika sepak bola Indonesia mati suri lantaran dibanned dan diberhentikan gaungnya oleh Bopi. Layaknya bencana Tsunami, kejadian tidak bergulirnya kompetisi membuat banyak pesepakbola harus menganggur. Sebagai orang yang menggantungkan pemasukan pada olahraga ini mereka pun harus rela pucat lantaran dapur tak ngebul.
Setali tiga uang dengan insan sepak bola tanah air, pemain asing juga terkena imbas dari permasalahan tersebut. Seperti yang sudah-sudah laga tarkam pun terpaksa ditempuh agar terus mendapatkan pemasukan. Kendati kontrak mereka mahal, namun apabila tanpa match tentunya juga tidak ada uang yang didapat. Kalau sudah begini kompetisi bola lain akan jadi pilihan.
Selain beberapa insan bola tadi, wacana pembubaran kompetisi dan kini liga diberhentikan bisa dibilang memiliki dampak terhadap Timnas. Tim Merah Putih akan terganggu rangkaian agendanya untuk meyambut beberapa kompetisi luar negeri. Terdekat adalah kompetisi AFF 2018 yang akan digelar pada bulan November nanti.
Berbicara mengenai pesepakbola muda, tentunya Indonesia tidak pernah kehilangan sumber daya. Hampir setiap tahun bermunculan bibit baru sepak bola tanah air. Bahkan lewat pemain muda lah kita bisa merasakan gelar yang sulit diraih Timnas senior. Sebagai bakat muda sepak bola, wadah menempa diri bernama kompetisi amatlah diperlukan untuk mereka.
Perilaku arogan suporter yang menjadikan suporter layaknya binatang memanglah hal yang biadap. Namun sangat tidak etis jika harus membubarkan sepak bola. Disana tidak hanya berisi orang jahat saja banyak orang baik yang menggantungkan hidupnya di olahraga ini. Ingat membunuh ulat di pohon tidak harus membakar semua bagian tumbuhannya.
Pati bergolak! Kebijakan kenaikan tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) sampai 250%…
Kabar duka mengguncang dunia hiburan Indonesia. Salah satu wajah populer yang selalu mengundang gelak tawa,…
Indonesia kehilangan salah satu putra terbaiknya, Kwik Kian Gie, yang tutup usia di hari Senin…
Misteri kematian seorang diplomat muda yang bekerja di Kementerian Luar Negeri (Kemlu) masih meninggalkan tanda…
Jepang kembali diterpa tsunami. Kali ini terjadi gara-gara pusat gempa yang jauhnya ribuan kilometer dari…
Sedang ramai dibicarakan oleh masyarakat Negeri Tirai Bambu, China, seorang pria yang ditangkap gara-gara menyamar…