Masker pelindung wajah dan hand sanitizer menjadi benda yang paling dicari selama wabah virus corona. Saking tingginya permintaan, harga yang ditawarkan melambung tinggi di pasaran. Khusus hand sanitizer untuk Beberapa bahkan mengakali dengan mencoba untuk membuatnya secara mandiri. Namun, apakah keamanannya terjamin?
Pertanyaan tersebut mungkin muncul seiring banyaknya video yang menyajikan cara-cara membuat hand sanitizer sendiri. Terlebih jika penggunaannya melibatkan alkohol yang memiliki kadar tinggi hingga 99 persen. Selain wabah virus corona, kita juga bisa lebih mewaspadai efek yang ditimbulkan dari hand sanitizer buatan sendiri. Apa saja?
Waspadai bahan-bahan yang justru dapat merugikan diri sendiri
Penggunaan bahan-bahan pembuat hand sanitizer seperti alkohol memang banyak digunakan. Namun jangan salah, benda tersebut justru bisa berbalik membahayakan diri jika dipakai tanpa perhitungan. Seperti alkohol 96 persen dan H202 tiga persen, keduanya memang telah direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Prof Dr dr H Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MMB FINASIM FACP, mengatakan, kedua benda tersebut ternyata mudah terbakar. “Itu barang berbahaya. Alkohol 96 persen itu mudah terbakar. Sulut saja dengan rokok, meledak itu,” ucapnya yang dikutip dari Liputan6.com (23/03/2020).
Adanya resiko mulai dari iritasi hingga bisa menyebabkan keracunan
Seperti yang dijelaskan di atas, penggunaan alkohol yang sembarangan dapat mengakibatkan dampak serius pada kulit saat dipakai sebagai hand sanitizer. Karena mudah terbakar, otomatis cairan tersebut akan terasa panas dikulit dan dapat menyebabkan iritasi.
Tak hanya iritasi, hand sanitizer yang digunakan tidak sesuai rekomendasi juga berpotensi menimbulkan risiko keracunan. Dilansir dari cdc.gov, pembersih tangan berbasis etil alkohol (etanol) aman bila digunakan sesuai petunjuk. Tetapi bahan tersebut dapat menyebabkan keracunan alkohol jika tak sengaja tertelan. Terutama saat digunakan oleh anak-anak.
Membuat hand sanitizer secara mandiri hanya ditujukan pada tenaga medis profesional
Lembaga kesehatan dunia seperti WHO dan Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), memang telah mengeluarkan panduan untuk membuat hand sanitizer secara mandiri. Namun, petunjuk yang diberikan hanya untuk mereka yang bergelut sebagai tenaga profesional di dunia medis. Bukan untuk masyarakat awam. Hal inilah yang banyak dipahami secara salah kaprah.
Dilansir dari Cnet.com (24/03/2020), bahan-bahan kimia yang diinstruksikan oleh WHO seperti alkohol terdenaturasi atau isopropil alkohol, gliserol (juga dikenal sebagai gliserin), hidrogen peroksida, dan air steril, harus melalui takaran yang tepat. Saat diaplikasikan menjadi hand sanitizer, konsentrasi alkohol harus diukur menggunakan alkoholometer untuk memastikan apakah efektif membunuh kuman dan aman digunakan.
Alasan agar masyarakat tidak membuat hand sanitizer sendiri
Selain dapat menimbulkan bahaya seperti iritasi hingga keracunan, membuat hand sanitizer secara mandiri juga dianggap mengganggu kinerja tenaga kesehatan profesional di lapangan seperti dokter dan perawat. Karena tertarik ingin membuat hand sanitizer sendiri, secara otomatis bahan-bahan seperti alkohol pasti ludes diserbu pembeli.
Hal ini nantinya bakal menyulitkan kinerja para tenaga medis tersebut karena sama-sama membutuhkan. “Dokter yang bekerja di rumah sakit saat ini sudah kehabisan hand sanitizer. Panic buying seperti ini harus dihindari oleh masyarakat,” ucap Prof Dr dr H Ari Fahrial yang dikutip dari Liputan6.com (23/03/2020).
BACA JUGA: Corona Masuk Indonesia, 3 Produk Ini Diincar Sampai Ludes di Pasaran dan Netizen Gregetan!
Menurut Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) yang dilansir dari Cnet.com (24/03/2020), para ahli mengingatkan bahwa membuat pembersih tangan buatan sendiri lebih sulit daripada kelihatannya. Terlebih jika takaran dan konsentrasi bahan yang digunakan tidak tepat, dikhawatirkan berubah menjadi zat keras yang justru berbahaya bagi kulit manusia.