Berbicara tentang hal-hal yang berkaitan dengan klenik, Indonesia adalah negara yang tak pernah kehabisan bahan bahasan. Selalu ada saja hal aneh dan unik yang kemudian dihubungkan dengan sesuatu berbau mistis.
Saat ini, ada banyak sekali cara untuk mendapatkan informasi seputar hal klenik yang ada di tanah air. Misalnya, melalui kanal Youtube, Instagram, atau mungkin website. Nah, yang akan Boombastis.com bahas kali ini adalah sebuah website—yang sudah tahunan menjadi situs legendaris yang membahas segala hal mistis.
Jimmy Harijanto dan ceritanya tentang situs primbon
Jimmy Harijanto merupakan sarjana lulusan Teknik Kimia yang tertarik kepada segala sesuatu yang berbau klenik. Diawali dari dirinya yang menjadi penjaga lab komputer, Jimmy membuat Primbon.com pada tahun 1999.
Cerita Jimmy yang tertarik dengan hal klenik
Tak bisa dipungkiri, bahwa Jimmy adalah satu dari sekian banyak orang berdarah Tionghoa yang percaya dengan hal-hal berbau mistis. Kebiasaan itu dikarenakan ayahnya yang merupakan juragan tembakau.
Pembahasan yang ada di dalam situs Primbon
Zaman sekarang masih percaya primbon? Ya, pertanyaan ini mungkin yang muncul di benak Sobat Boombastis semua. Meskipun primbon sudah tak setenar dulu lagi, masih ada sebagian orang yang percaya dengan kekuatan hitung-hitungan tanggal lahir, loh.
Masih ramai pengunjung hingga sekarang
Konten juga merupakan kiriman dari pembaca
Jimmy menjadikan bisnis situs ini sebagai pekerjaan sampingannya. Namun meski demikian, tetap ada penghasilan yang masuk dalam satu bulan, setidaknya sekitar belasan juta hingga Rp20 juta. Cerita-cerita yang diunggah di website itu juga diambil dari berbagai sumber.
BACA JUGA: Mengulik 5 Hal Menakjubkan dari Primbon, Kitab Ramal Jawa yang Melegenda
Hingga saat ini, website Primbon masih terus eksis dan dikunjungi. Website ini disebut sebagai salah satu situs yang legendaris karena sudah terkenal dari tahun 2000-an dan masih bertahan hingga saat ini. Tidak kalah dengan bisnis website lain yang semakin di depan. Hanya saja, memang penghasilannya tidak sebanyak dulu, karena menjamurnya bisnis dengan bahasan yang sama.