in

Mengenal Sharo, Tradisi Suku Fulani di Mana Mesti Tahan Pukul Agar Dianggap Dewasa

Ajang unjuk gigi [sumber gambar]

Menjadi seorang yang dewasa di lingkungan masyarakat sejatinya bukanlah hal yang sepele. Pasalnya, akan mulai ada tanggung jawab yang menanti serta akan ada posisi di masyarakat yang akan kita isi. Lantaran bukan hal yang sepele, beberapa komunitas masyarakat pun akhirnya melakukan ritual atau ujian khusus bagi para anak muda yang mau beranjak dewasa.

Seperti yang ada di suku Fulani di Afrika ini. Pasalnya para pemuda yang sudah cukup umur untuk menikah, maka mereka harus menjalani ritual kedewasaan yang cukup menyakitkan. Lalu sebenarnya ritual apakah yang harus mereka jalani itu? Biar gak penasaran simak ulasan berikut ini.

Tradisi kedewasaan yang sangat tak biasa

Memang setiap suku di dunia mempunyai tradisi kedewasaannya sendiri. Ada yang melakukan kerik gigi, ada yang lompat batu, dan lain-lain. Pun demikian dengan suku Fulani di Afrika yang ternyata tradisinya bisa dibilang cukup ‘menyakitkan’. Dilansir dari laman Guardian, ada sebuah festival yang diselenggarakan setelah bulan Ramadan yang disebut Sharo.

Festival Sharo [sumber gambar]
Di sana para pria yang dirasa cukup umur akan mengikuti festival tersebut. Mereka akan saling pukul satu sama lain untuk pembuktian kedewasaannya. Tak jarang banyak yang mengalami bekas luka dan darah setelah peristiwa itu, namun tak apa, karena hal itu bukti keberanian serta kedewasaannya.

Bukan hanya tradisi kedewasaan namun juga pencarian jodoh

Saat Sharo dimulai sejatinya ada rangkaian acara lain yang eksis sebelumnya. Misalnya saja, ada para pemusik tradisional yang datang mengiringi. Nah, kemudian ada juga para gadis muda yang datang dan mengelilingi para lelaki yang mengikuti festival itu.

Bukti kedewasaan [sumber gambar]
Para pemuda ini sedang menarik simpati para gadis yang ada di sana. Dengan mengikuti Sharo dan menunjukkan kalau mereka dapat menahan sakit dari pukulan di sana, maka akan tambah besar kesempatan untuk mempersunting wanita idaman. Oleh sebab itu, Sharo bukan hanya festival yang bikin untung pihak laki-laki namun juga perempuan untuk menentukan pasangan di masa depan.

Banyak orang tua yang bangga sekaligus khawatir

Dengan ikutnya seorang anak dalam festival ini sejatinya bikin orang tua jadi sangat was-was. Bukan karena apa, namun memang mereka menganggap festival ini bisa jadi pedang bermata dua. Jika anaknya berhasil melewati Sharo meskipun banyak luka, maka kehormatan sang keluarga akan sangat terangkat di lingkungan masyarakat.

Jadi sebuah kebanggaan [sumber gambar]
Sebaliknya, kalau sang anak gagal maka hanya malu yang akan dirasakan oleh para anggota keluarga yang lainnya. Oleh sebab itu, sebelum Sharo digelar para orang tua sudah melakukan beberapa pelafalan mantra agar menjaga si anak supaya bisa melewati tradisi menyakitkan ini dan bisa dianggap sebagai lelaki dewasa.

Ada kelebihan khusus bagi mereka yang sukses

Bukan hanya tanda kalau sudah dewasa, para peserta festival Sharo ini juga punya kesempatan khusus. Ya mereka boleh mempersunting calon pasangan yang sudah diinginkan dari dulu. Tak sampai di situ, bahkan lelaki ini juga sudah punya hak jika memang mau melakukan poligami. Bisa dibilang festival ini jadi izin khusus kalau mau poligami.

Ajang unjuk gigi [sumber gambar]
Namun, sang lelaki harus benar-benar bertanggung jawab jika memang mau melakukannya. Pun demikian dengan jumlah istri yang dipoligami, karena penduduk Fulani lekat dengan Islam, maka hanya empat orang saja batasannya.

BACA JUGA: Malam Bainai, Momen Pelepasan Masa Lajang Pengantin Minang yang Kerap Berurai Air Mata

Tradisi suku Fulani ini memang dibilang cukup unik ya. Tanda kedewasaan mereka ditunjukkan dengan keberanian dan ketahanan mereka menghadapi rasa sakit. Kalau dipikir hal itu memang identik dengan dengan tanda seorang pria sejati. Diharap ke depannya mereka bisa jadi orang yang bertanggung jawab untuk calon istrinya kelak.

Written by Arief

Seng penting yakin.....

Leave a Reply

Lagi Viral, Inilah 4 Fakta Rumah Penjagalan Kucing Curian di Medan yang Bikin Geram

Kisah Miris Korban Banjir yang Lahirkan Anak di Perahu, Bayinya Dinamai Siti Nur Banjiriah