in

Ramai ‘Menu Tulis Tangan’, Begini Sejarah Garuda Hingga Jadi Maskapai Kebanggaan RI

Buntut dari peristiwa ‘menu tulis tangan’ yang melibatkan dua YouTuber bernama Rius Vernandes dan Elwiyana Monica, maskapai Garuda Airlines kini menjadi sorotan warganet di dunia maya. Dikutip dari megapolitan.kompas.com, keduanya dilaporkan ke polisi karena mengunggah foto kartu menu kelas bisnis yang hanya ditulis tangan di Instastory akun Instagram milik Rius.

Jika ditarik ke belakang, sejarah awal Garuda Indonesia hingga menjadi maskapai kebanggaan nasional memang penuh dengan warna. Berawal dari Koninklijke Nederlandsch Indische Luchtvaart Maatschappij (KNILM) yang berdiri pada November 1928 milik Belanda, perusahaan penerbangan ini terus bertransformasi hingga akhirnya menjadi Garuda Indonesia seperti yang kita kenal saat ini.

Sejarah panjang Garuda Indonesia yang ternyata sudah ada sejak zaman kolonial

Tanggal 24 Oktober 1928 menjadi hari yang bersejarah bagi Pemerintah kolonial Hindia Belanda yang berkedudukan di Batavia (Jakarta). Pada saa itu, mereka bekerjasama dengan maskapai penerbangan Amsterdam Nederlansch Indische Luchtvaart Maatshapij (NILM), yang kemudian melahirkan Koninklijke Nederlandsch-Indische Luchtvaart Maatschappij (KNILM).

Cikal bakal garuda berawal dari berdirinya KNILM [sumber gambar]
Dikutip dari tirto.id, peresmian dipimpin langsung oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu, A.C.D. de Graeff dengan rute komersial pertama KNILM Batavia-Bandung dan Batavia-Surabaya pulang-pergi. Sayang, maskapai penerbangan Hindia Belanda ini sempat bubar sejenak akibat kalah di PD Dunia II pada 1942, menyusul adanya pendudukan Jepang yang kala itu menjadi penguasa wilayah pasifik dan Indonesia.

Penggunaan nama Garuda yang datang dari sosok Sukarno

Belanda yang datang kembali ke Indonesia dengan membonceng pasukan Sekutu, mencoba menghidupkan KNILM berubah menjadi KLM Interinsulair Bedrijf (KLM-IIB). Bernaung di bawah KLM atau Koninklijke Luchtvaart Maatschappij, maskapai itu melayani penerbangan sipil ke beberapa wilayah Indonesia dan luar negeri seperti Singapura, Penang (Malaysia), dan Manila (Filipina).

Pesawat yang ide namanya diambil dari sajak gubahan Raden Mas Noto Soeroto [sumber gambar]
Setelah Belanda menyerahkan kedaulatan Indonesia pada 27 Desember 1949, pesawat KLM Interinsulair Bedrijf (KLM-IIB) kemudian dihibahkan pada pemerintah tanah air. Dikutip dari tirto.id, Sukarno yang saat itu merupakan sosok yang berpengaruh, mengutip sajak gubahan pujangga Raden Mas Noto Soeroto yang bunyinya “Akulah Garuda, burung milik Wisnu yang membentangkan sayapnya menjulang tinggi di atas kepulauanmu.” Dari momen tersebut, pesawat-pesawat KLM yang akan dihibahkan kemudian dicat ulang dengan tulisan Garuda Indonesia atas instruksi Dr. Konijnenburg

Semakin berkembang dan maju di era modern

Dirut Garuda yang pada masa itu dijabat oleh Wiweko Soepono, banyak melakukan perubahan secara manajemen, armada hingga teknis. Salah satunya adalah dengan melakukan kebijakan berupa menjual beberapa pesawat untuk menggarap pasar domestik yang potensial. Lewat rencananya yang bernama Buy now for tomorrow profit, Garuda membeli pesawat berbadan lebar dengan jarak jangkauan yang jauh dan penumpang yang banyak yaitu, Boeing B747-200 dan Douglas DC-10-30 pada 1982

Berubah menjadi Garuda Indonesia [sumber gambar]
Prestasinya yang paling kentara adalah, mampu membawa GIA menjadi maskapai terbesar ke 2 se Asia setelah Japan Airlines, serta menjadi maskapai terbesar dan berpengaruh di belahan bumi bagian selatan selama 16 tahun kepemimpinannya. Beranjak di tahun 1985, R.A.J Lumenta yang menggantikan Wiweko memilih untuk melakukan re-branding nama perusahaan. Jika dulu dikenal sebagai Garuda Indonesian Airways (GIA), nama tersebut berubah menjadi Garuda Indonesia hingga saat ini.

BACA JUGA: Dulu Pernah Berjaya dan Jadi Idola, 5 Maskapai Penerbangan Ini Sekarang Tinggal Kenangan

Meski Garuda kerap menghadapi masalah yang cukup pelik di tahun-tahun berikutnya, toh hal tersebut tak mengubah citra maskapai tersebut sebagai ikon penerbangan Indonesia. Terlepas dari peristiwa ‘menu tulis tangan’, semoga saja Garuda Indonesia bisa memberikan pelayanan yang lebih baik lagi di masa depan.

Written by Dany

Menyukai dunia teknologi dan fenomena kultur digital pada masyarakat modern. Seorang SEO enthusiast, mendalami dunia blogging dan digital marketing. Hobi di bidang desain grafis dan membaca buku.

Leave a Reply

Garuda Larang Penumpang Ambil Foto, Grab Hingga Kaesang Pun Bikin Aturan untuk Pelanggannya

Kasus Pelecehan Seksual di Pesantren Annahla Aceh, Sudah Menelan Banyak Sekali Korban