Berniat ingin menimba ilmu di kota orang, tapi justru nasib nahas menimpa seorang santri di pondok pesantren (ponpes) Kediri. Santri asal Banyuwangi ini meninggal dunia saat berada di ponpes.
Ketika jenazahnya diantarkan ke rumahnya, keluarganya begitu terkejut karena mengetahui fakta lain. Mereka melihat jasad santri tersebut begitu mengenaskan, hingga akhirnya kasus meninggalnya sang santri dilaporkan ke kepolisian oleh keluarganya. Berikut ulasan selengkapnya.
Ialah Bintang Balqis Maulana, seorang santri asal Afdelin Kampunganyar, Dusun Kendenglembu, Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi, Jawa Timur, yang meninggal dunia dengan tragis. Bocah berusia 14 tahun ini dilaporkan meninggal dunia setelah terjatuh di kamar mandi di ponpes pada Jumat (23/2).
Sebelumnya, santri yang menimba ilmu di Pondok Pesantren PPTQ Al Hanifiyah, Mojo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur ini, sempat berkirim pesan dengan ibunya, Suyanti. Melalui aplikasi WhatsApp (WA), Bintang meminta untuk dijemput dan mengaku begitu ketakutan. Saat ditanya oleh sang ibu alasan mengapa dirinya minta dijemput, Bintang tak memberitahukan alasannya.
Namun, siapa sangka jika Bintang pulang dengan keadaan sudah tak bernyawa dan terdapat luka di sekujur tubuhnya. Jasa Bintang sempat dibawa ke RSUD Blambangan Banyuwangi untuk dilakukan visum. Bukan saja lebam, tapi ada sundutan rokok di tubuh Bintang. Ada luka di leher seperti jeratan, bahkan hidungnya pun patah.
Para senior Bintang itu menganiaya Bintang secara berulang-ulang hingga meninggal dunia diduga karena kesalahpahaman yang terjadi antara mereka. Namun, polisi masih melakukan penyidikan lebih lanjut. Empat tersangka terancam Pasal 80 Ayat 3 tentang perlindungan anak, Pasal 170 dan Pasal 351 tentang penganiayaan berulang yang menyebabkan luka berat atau mati. Mereka terancam hukuman penjara maksimal 15 tahun.
BACA JUGA: Kasus Perundungan di Binus School Serpong, Seret Anak Vincent Rompies
Hanya karena salah paham, penganiayaan dilakukan beberapa kali bahkan hingga menyebabkan nyawa melayang. Hal ini tentu menjadi pembelajaran bagi para orang tua dan orang dewasa, dalam lingkungan anak-anak muda, begitu rentan penganiayaan, di mana seharusnya orang dewasa bisa semakin sadar untuk merangkul mereka yang membutuhkan pertolongan.
Hakim akhirnya bersikukuh menolak permohonan praperadilan dari Direktur Eksekutif Lokataru Foundation, Delpedro Marhaen Rismansyah. Dengan…
Di tengah kehidupan yang menjengahkan, ternyata kita harus percaya bahwa kebaikan itu akan selalu ada.…
Apa manfaat main hujan-hujanan buat anak-anak? Biasanya, sih, biar kena cubit ibunya karena nanti katanya…
Whoosh merupakan salah satu proyek mercusuar di era pemerintahan mantan Presiden RI Joko Widodo. Lebih…
Seminggu terakhir jagad dunia maya, baik media sosial maupun media online diramaikan oleh satu nama,…
Hati-hati bikin seseorang jadi guyonan. Apalagi kalau yang dibikin meme adalah sosok sekelas menteri, seperti…