in

Kisah Berlin Silalahi, Pria Aceh yang Minta Disuntik Mati Karena Tak Tahan dengan Hidupnya

Berlin SIlalahi [image source]

Semua orang pasti tidak ada yang ingin cepat-cepat meninggalkan dunia ini. Karena pasti kita semua sudah merasakan betapa serunya kehidupan dengan segala cerita dan juga orang-orang sekitar yang selalu menemani. Itulah mengapa banyak orang yang akan berusaha sekuat tenaga untuk tetap bertahan hidup, khususnya untuk mereka yang mengidap penyakit tertentu. Separah apapun penyakitnya pasti kita akan berusaha mencari penyembuhnya.

Namun hal yang berbeda dirasakan oleh seorang pria bernama Berlin Silalahi. Laki-laki yang menjadi salah satu korban tsunami di Aceh itu malah ingin dibantu mengakhiri hidupnya dengan cara meminta disuntik mati. Keputusan tersebut sebenarnya bukanlah hal yang dia inginkan, karena diapun beranggapan bahwa mana ada manusia yang ingin meninggal. Tapi keadaanlah yang sudah membuat Berlin ingin pergi dari dunia ini.

Berlin mengidap radang tulang

Berbicara mengenai kehidupan memang sulit mencari yang sempurna. Karena pasti ada yang namanya naik turun atau perputaran roda dalam keseharian kita. Dan dari situlah sebenarnya kita bisa lebih belajar memaknai hidup. Namun sepertinya lelaki ini benar-benar merasa lelah dan tak tahu lagi harus berbuat apa. Sudah empat tahun pria ini merasa tubuhnya kaku dan juga lumpuh karena divonis menderita radang tulang. Dulunya pria ini masih bisa duduk dalam waktu lama namun sekarang yang dapat dia lakukan hanyalah terbaring lemah.

Berlin Silalahi [image source]
Dulunya ayah dari dua anak ini adalah seorang mekanik di sebuah bengkel sebelum tsunami menerjang serambi Makkah. Namun saat musibah menimpa, dia dan keluarga dipindahkan menuju sebuah barak pengungsian bersama korban lainnya. Namun selama kurang lebih 12 tahun tinggal di barak, mereka belum juga mendapat tempat tinggal baru. Dan akhirnya saat barak dibongkar oleh pihak berwajib, Berlin dan belasan keluarga lain ditampung di kantor Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA). Kantor yang sangat kecil untuk menampung 16 pria dan 16 wanita beserta 48 anak-anak, yang membuat penghuninya harus tidur di tempat seadanya. Sejak pindah itulah kemudian Berlin meminta untuk disuntik mati karena tak tahan dengan penyakit yang dialami dengan segala keterbatasan.

Berlin makan dari belas kasihan orang lain

Bagi orang yang mampu mungkin mereka bisa dengan rutin melakukan proses penyembuhan secara medis agar penyakit semacam radang tulang ini bisa sembuh. Namun untuk Berlin hal tersebut dirasa sangat berat. Istrinya selama ini hanyalah seorang ibu rumah tangga, jadi dalam keadaan sekarang keluarga Berlin tidak memiliki pendapatan. Semua upaya medis sampai pengobatan tradisional sudah mereka lakukan sampai kondisi di mana saat ini mereka tak lagi punya uang untuk bolak-balik periksa ke rumah sakit.

Kondisi penampungan [image source]
Anak pertama mereka pun sudah dititipkan pada sang kakak agar dapat terus bersekolah, dan Berlin sendiri sedikit putus asa bila harus memikirkan masa depan anak keduanya dengan kondisi sang ayah seperti ini. Biasanya untuk bertahan hidup setiap hari Berlin menerima uluran tangan dari sesama pengungsi, terutama dalam hal makan. Tapi lama kelamaan terbersit rasa malu dan tidak enak hati karena harus mengandalkan orang lain untuk hidup. Inilah juga penyebab dirinya ingin mati secara legal hanya agar tak lagi menjadi beban bagi orang lain.

Istri Berlin sudah ikhlas

Bila Berlin berpikiran bahwa mana ada orang yang mau mati di dunia ini, maka Ratnawati selaku istri Berlin juga berpikir bahwa tidak ada istri yang rela ditinggalkan suami apalagi saat anak-anak masih kecil. Tapi apa daya kini sang istri mengaku sudah bisa menerima keputusan sang suami. Awalnya Ratnawati sempat mengatakan pada Berlin untuk tidak mengambil jalan pendek tersebut. Namun sang suami ternyata memang benar-benar sudah tidak sanggup menahan beban hidup serta penyakit yang dideritanya.

Ratnawati [image source]
Itulah yang kemudian membuat sosok Ratnawati pasrah dan mencoba ikhlas. Ratnawati juga bercerita bahwa suaminya nampaknya sudah putus asa, apalagi setelah insiden pembongkaran barak secara paksa. Beban yang ada di pundak Berlin tak bisa dibilang ringan. Pertama dia harus bisa mencari tahu cara sembuh dari penyakitnya namun tak memiliki sepeserpun dana, dan kedua kondisi keluarga yang sampai saat ini tidak memiliki rumah tinggal. Jadi bukan salah bila sang istri mencoba ikhlas dengan keputusan Berlin. Walau mungkin pedih, tapi kondisi saat ini sudah sangat membuat keluarga kecilnya bersedih.

Indonesia sebenarnya tak mengenal suntik mati

Berbicara mengenai suntik mati, mungkin hal ini jadi sesuatu yang baru untuk banyak orang ya. Karena memang hal yang satu ini memang tidak pernah diberlakukan di Indonesia. Meskipun di beberapa negara di barat telah memasukkannya dalam undang-undang. Itulah kenapa saat pengajuan permintaan suntik mati ini dilayangkan pada Pengadilan Negeri Banda Aceh, banyak yang menyangsikannya. Menurut salah satu pakar hukum pidana, hukuman mati dengan cara disengaja bisa digolongkan sebagai pembunuhan. Meskipun itu adalah kehendak dan pilihan seseorang.

Kuasa hukum [image source]
Dan bila ada dokter yang melaksanakannya maka hal semacam itu bisa dikategorikan sebagai pembunuhan. Maka dari itu di Indonesia hal semacam itu memang tidak diperbolehkan kecuali bila sang dokter bersedia menjalani hukuman sebagai pembunuh. Lagipula hal yang demikian juga tidak dibenarkan dalam etika medis maupun agama. Dan lagi, bila sekali saja kita mengabulkan permintaan itu, dikhawatirkan lain kali akan semakin banyak orang minta disuntik mati hanya karena masalah yang ecek-ecek.

Kasus Berlin memang bagaikan buah simalakama. Di satu sisi bila permintaan suntik mati tak dikabulkan maka kita akan terus membuat pria ini merasa kesakitan, sensara, dan lebih putus asa. Namun di sisi lain jika permintaannya dikabulkan, itu tentu saja sudah melanggar kode etik dalam segi hukum, medis, maupun agama. Banyak yang berpendapat bahwa alangkah lebih baiknya bila Berlin bisa lebih berikhtiar agar diberi kemudahan untuk menjalani hidupnya serta keluar dari permasalahan yang membelitnya. Karena seperti janji Tuhan, bahwa manusia tidak akan diberi masalah yang tidak ada penyelesaiannya.

Written by Faradina

Leave a Reply

15 Meme Kuota Internet Ini Bakal Ingatkan Kamu Gimana Ngenesnya Nggak Punya Paket Data

5 Jurus Ampuh Buat Memberangkatkan Orang Tua ke Tanah Suci Meskipun Gaji Hanya 2 Jutaan