Keterikatan antara Nusantara dan Islam tak bisa dijauhkan dari peran Walisongo. Ya, sosok-sosok berjasa inilah yang membuat agama ini berkembang pesat di Indonesia hingga akhirnya jadi mayoritas. Dulu, para Walisongo tidak melakukan metode penyebaran agama Islam seperti kebanyakan Dai saat ini. Melainkan cara-cara yang bisa diterima masyarakat.
Ya, seperti yang kita tahu, Walisongo menyiasati dakwah merakyat ini dengan mencampurkan kebudayaan asli setempat yang disisipi hal-hal berbau Islam. Hasilnya ternyata sangat bagus. Mayoritas menerima dengan baik dan kemudian tak ragu mengucapkan dua kalimat syahadat dan masuk Islam. Bertahun-tahun setelah peninggalan para perintis Islam itu, ternyata beberapa kebiasaan yang dulu pun masih tetap dilestarikan hingga saat ini.
Nah, berikut adalah deretan peninggalan Walisongo yang masih sangat lekat di tengah-tengah masyarakat.
1. Tahlilan
Di masyarakat perkotaan mungkin kebiasaan ini sudah mulai menghilang, namun di desa dan beberapa tempat tertentu tahlilan masih sangat dilestarikan. Tahlilan biasanya dilakukan dengan cara membaca Surat Yasin terlebih dahulu lalu kemudian dilanjutkan dengan bacaan tahlil. Selepas itu biasanya diselingi dengan acara ramah tamah sambil makan atau minum.
2. Tahlilan 7 Hari, 40 Hari, dan Seterusnya
Ketika ada salah satu anggota keluarga meninggal, biasanya diadakan peringatan 7 hari, 40 hari hingga 100 hari. Tata cara pelaksanaannya biasanya dengan mengumpulkan orang-orang sekitar kemudian bersama-sama membaca tahlil dan juga surat Yasin. Kebiasaan ini ternyata juga diturunkan dari Walisongo.
![Kita mengenal selamatan 7 hari, 40 hari dan seterusnya, itu juga warisan Walisongo [Image Source]](http://cdn2.boombastis.com/wp-content/uploads/2015/11/tahlilan-uje.jpg)
Sama seperti tahlil, orang dulu memang melakukan perkumpulan pada hari-hari tertentu setelah kematian seseorang. Setelah Walisongo datang, kebiasaan ini dikemas secara Islami dan akhirnya bertahan hingga sekarang. Ada sebuah riwayat yang mengatakan jika pada hari-hari tertentu orang-orang yang meninggal akan mendatangi keluarganya. Untuk melihat apakah keluarganya tak lupa mendoakannya atau tidak. Hal ini mungkin juga jadi alasan para Walisongo untuk mengemas ritual kuno menjadi tahlilan 7 hari dan sebagainya itu.
3. Memberikan Jajanan Pasar Sebagai Simbol Tertentu
Kita mengenal jajanan tradisional sebagai khasanah kekayaan budaya saja. Padahal banyak dari mereka ternyata dibuat oleh Walisongo, tentunya dengan maksud dan tujuan tertentu. Ya, beberapa jajanan kuno memiliki filosofi yang sangat dalam.
4. Wayang Kulit Bernafaskan Islam
Sunan Kalijaga sebagai satu-satunya Wali keturunan Jawa memang sangat dekat dengan kebudayaan Jawa. Beliau punya cara unik tersendiri untuk menyebarkan agama Islam kepada masyarakat. Salah satunya lewat wayang kulit. Ya, acara ini memang tidak ada matinya mulai dulu hingga saat ini.
5. Selamatan 4 Bulanan
Ketika seorang wanita hamil, maka sudah barang pasti ia akan melakukan ritual 4 bulanan. Ritual ini konon sudah ada sejak zaman dulu, tujuannya agar si jabang bayi dan ibunya bisa tetap sehat serta selamat saat lahiran nanti. Hal ini kemudian dikemas ulang oleh Walisongo dengan menyematkan hal-hal keislaman.
Kebiasaan-kebiasaan ini masih sering kita jumpai di tengah-tengah masyarakat, bahkan mungkin dilakukan oleh keluarga sendiri. Tak masalah untuk melanjutkan hal-hal yang semacam ini. Selain untuk melestarikan budaya, toh inti dari kebiasan-kebiasaan di atas juga baik. Bahkan bisa merekatkan ukhuwah atau persaudaraan antara Muslim. Bahkan mungkin lewat deretan kebiasaan di atas, leluhur kita akhirnya memeluk Islam dan akhirnya turun temurun hingga ke zaman kita. Jadi, kesimpulannya, kita bisa beragama Islam sejak lahir mungkin lantaran deretan hal-hal di atas.