in

Mengenang Kisah Antun Pogacnik, Pelatih Berjasa Timnas yang Dikhianati Pemain Sendiri

Dari deretan pelatih yang sempat menukangi Timnas, tentunya apa yang dicapai oleh Atun Pogacnik layak disebut menjadi salah yang terbaik. Diakui atau tidak, di eranya melatih bisa dikatakan sepak bola nasional tengah pada priode emas. Beberapa torehan bagus seperti, menembus Semifinal Asian Games 1954 dan menggondol perunggu di ajang sama tahun 1958 adalah sekelumit bukti kehebatannya.

Mengenang mantan pemain Yugoslavia dan Kroasia ini, pastinya tidaklah lengkap kalau kita tidak mengulas juga tentang kisah kelamnya kala melatih Timnas. Ketika itu ia harus merasakan pahitnya sebuah pengkhianatan yang dilakukan oleh pemain-pemain sendiri. Luka saat itu tentu sangat parah, bila melihat bagaimana kerja kerasnya membangun olahraga ini di tanah air. Lalu seperti apakah kisah pengkhianatan kepada Atun pogacnik itu? Simak ulasannya berikut.

Atun Pogacnik ditikam oleh anak didiknya sendiri lewat suap

Pemain-pemain Indonesia [Sumber Gambar]
Bila dihitung-hitung lagi, kejadian kasus ini sudah terjadi dalam jangka waktu yang tergolong sangat lama yakni 57 lalu. Satu Pogacnik dikhinati oleh anak-anak didiknya sendiri lewat sebuah praktek pengaturan skore. Dari penelusuran penulis, saat itu para bandar menyuap 10 pemain dari total 30 pesepakbola yang mengikuti training camp dipimpinnya. Hatinya semakin hancur, tatkala, saat itu mereka yang terlibat match fixing adalah pesepakbola telah lama ia bina. Pesan yang keluar daru mulutnya untuk tidak melakukan hal semacam itu kepada pemain juga terbuang sia-sia.

Alasan Ekonomi menjadi penyulut hal tersebut terjadi

Ramang rokok [Sumber Gambar]
Seperti halnya pepatah tidak ada kebakaran kalau tidak api, pengkhianatan pedih yang dialami oleh Atun Toni Pogacnik bukanlah tanpa sebab. Dilansir Boombastis.com dari PanditFootball, kondisi ekonomi rupanya menjadi biang keladi terciptanya hal tersebut. Dari penelusuran penulis saat itu memang bayaran profesi sepak bola nasional sangatlah minim. Kabarnya saat itu pemain-pemain yang ada di skuad Garuda mendapatkan upah hanya 25 rupiah per-harinya. Jumlah minimalis yang sukses membuat para anak asuh Pogacnik tergiur untuk mendapatkan uang lebih banyak dengan jalan pengaturan skore.

Buah dari kisah ini adalah kegagalan Asian Games

Asian Games 1962 [Sumber Gambar]
Selain 10 pemain yang harus dipulangkan lantaran aib keji ini, enam pemain juga terpaksa dicoret lantaran masalah teknik belum diketahui penyebabnya. Dengan kondisi ini dan hati Toni hancur berkeping-keping, persiapan menyambut Asian Games 1962 juga berantakan. Alhasil mimpi besar sang pelatih, torehkan hasil terbaik untuk Indonesia juga hanya berakhir pada babak fase grup saja. Padahal bila tidak ada aib tersebut, menurut Atun yang dikutip dari Sport.Detik.com, tim itu (Baca:Timnas) dapat mencapai standar internasional. Level yang mungkin hingga saat ini terus dicari oleh Timnas.

Cedera menjadi jalan Pogacnik keluar dari kenyataan pahit

Pogcinak melatih [Sumber Gambar]
Setelah luka yang meluluhlantakkan perasaan tersebut, niat Pogacnik pergi dari Tim Sepak Bola Nasional bisa dikatakan sangat kuat. Hal ini dibuktikan dengan acap kali ia melepaskan jabatannya sebagai pelatih Timnas. Namun, kabarnya terus saja ditolak oleh PSSI, hingga akhirnya setahun setelah tour di China tahun 1963 dirinya akhirnya keluar lantaran dihantam cedera pada lututnya. Luka pada kakinya mungkin tidak dirasa sakit, tapi disyukuri sebagai jalan untuk lepas dari kenyataan pahit pengkhianatan tersebut.

BACA JUGA: 5 Pelatih Kelas Dunia yang Sempat Melatih Timnas Indonesia, Bukti Sepak Bola Kita Diakui

Melihat kisah tadi rasanya hati ini menjadi was-was penyebab krisis gelar Timnas adalah disebabkan oleh hal-hal seperti tadi. Namun, besar harapan kalau cerita yang dialami oleh Pogacnik menjadi satu-satunya dan tidak terulang lagi.

Written by Galih

Galih R Prasetyo,Lahir di Kediri, Anak pertama dari dua bersaudara. Bergabung dengan Boombastis.com pada tahun 2017,Merupakan salah satu Penulis Konten di sana. Lulusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Malang. Awalnya ingin menjadi pemain Sepak Bola tapi waktu dan ruang justru mengantarkan Ke Profesinya sekarang. Mencintai sepak
bola dan semua isinya. Tukang analisis Receh dari pergolakan masyarakat Indonesia.

Leave a Reply

Menilik Potensi Bisnis yang Tersembunyi di Tengah Nestapa dan Bencana di Indonesia

Di Balik Kostum Lucu Badut Jalanan, Ada Kehidupan Pahit dan Menguras Peluh