Beberapa dari kalian mungkin pernah mendengar berbagai cerita seram tentang suku-suku yang ada di pedalaman. Kanibalisme, ritual kejam, dan banyak kisah mengerikan kerap membuat kita berpikir panjang untuk memasuki wilayah pedalaman. Walau kerap dianggap fiktif, nyatanya kisah kejam suku pedalaman memang benar-benar nyata, bahkan terjadi di Indonesia.
Adalah suku Naulu, yang punya peradaban sangat mengerikan untuk dibahas. Masyarakat yang mendiami pedalaman Pulau Seram, Maluku ini diketahui memiliki tradisi memenggal kepala manusia untuk persembahan. Tak hanya itu, korban yang diambil kepalanya itu juga dimutilasi untuk diambil beberapa bagian tubuhnya.
1. Tentang Suku Naulu
Suku Naulu tersebar di dua wilayah Pulau Seram, yaitu Dusun Nuanea dan Dusun Sepa. Karena lokasi yang jauh dari pusat kota, masyarakat suku ini pun masih hidup dengan cara tradisional. Seperti manusia pedalaman, suku ini hidup dengan cara berladang dan berburu. Beberapa di antaranya masih nomaden (hidup berpindah-pindah).
2. Tradisi Penggal Kepala
Sebagaimana dijelaskan di atas, suku ini memiliki tradisi yang cukup mengerikan yaitu berburu kepala manusia sebagai persembahan untuk nenek moyang. Tradisi inilah yang membuat mereka dianggap sebagai suku primitif. Tentu saja tidak ada penjelasan logis di balik aksi penggal kepala ini, namun mereka yakin bahwa ini adalah tradisi yang mutlak harus dilakukan agar terhindar dari bahaya atau musibah. Selain itu, penggal kepala juga dianggap sebagai kebanggaan dan simbol kekuasaan.
3. Filosofi Sadis
Kepala manusia memang memiliki arti yang sangat penting bagi suku ini. Ada banyak momen di mana masyarakat suku ini merasa perlu berburu kepala manusia. Salah satunya adalah alasan pernikahan. Raja-raja suku Naulu zaman dulu menggunakan cara ini untuk memilih seorang menantu laki-laki. Sebagai bukti kejantanan, si pria harus membawa kepala manusia sebagai mas kawin.
4. Sempat Dilarang, kemudian Kembali Terjadi
Tradisi mengerikan ini awalnya sudah dinyatakan hilang sejak awal 1900an. Namun beberapa sumber menyebutkan bahwa tradisi ini masih berlanjut hingga tahun 1940an. Akhirnya, setelah bertahun-tahun ritual ini sudah tidak terdengar lagi.
Setelah diselidiki, tenyata korban dibunuh oleh suku Naulu untuk persembahan kepada leluhur. Pelakunya adalah warga dengan marga Sounawe yang bermaksud melakukan ritual untu memperbaiki rumah adat mereka. Kedua kepala tersebut diyakini akan menjaga rumah mereka dari berbagai bahaya. Tak hanya kepala, pelaku juga mengambil jantung, lidah, dan jari untuk diasapi. Sisa bagian tubuh yang tidak diambil dihanyutkan di sungai Ruata, hingga akhirnya ditemukan oleh penduduk lain.
5. Akhir Pembantaian
Karena kejadian ini, para pelaku mendapat hukuman yang cukup berat. Patti Sounawe, Nusy Sounawe, dan Sekeranane Soumorry dijatuhi hukuman mati. Sedangkan tiga pelaku lainnya, Saniayu Sounawe, Tohonu Somory, dan Sumon Sounawe dipenjara seumur hidup. Kejadian yang sama sebenarnya juga pernah terjadi pada tahun 1990an, di mana dua orang pemburu dibunuh dan menjadi persembahan.
Kondisi Indonesia yang terdiri dari banyak pulau menciptakan keanekaragaman unik yang menambah kekayaan bangsa Indonesia. Salah satu contoh dari keanekaragaman itu adalah keberadaan berbagai suku yang mendiami berbagai wilayah di Indonesia, lengkap dengan berbagai tradisi, budaya, dan adat masing-masing, termasuk suku Naulu. Walau mungkin memiliki kisah sadis, namun suku Naulu adalah salah satu bentuk keanekaragaman yang membuat tanah air kita semakin kaya.