Alfry
Direktur Utama PT PLN Sofyan Basir mengatakan bahawa pada tahun ini perseroan akan mengalokasikan anggaran dana sebesar Rp 70 triliun untuk belanja modal. Dana tersebut dibutuhkan untuk mencicil pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 10.000 MW yang ditargetkan akan selesai dalam 5 tahun ke depan.
Untuk memenuhi anggaran belanja modal tersebut, PLN akan menggunakan kas internal perusahaan, pinjaman bilateral dan multilateral, penyertaan modal negara (PMN), kredit perbankan, maupun penerbitan obligasi.
Sofyan mengatakan untuk pembiayaan pembangunan pembangkit listrik itu, PLN juga akan dianggarkan dari dari pinjaman pihak swasta dan penerbitan obligasi serta Penyertaan Modal Negara (PMN).
“Sekitar Rp70 triliun. Itu rencana, baru akan didiskusikan secara detail. Kita akan menggodok kembali dengan tim direksi. Obligasi bisa dalam negeri, bisa juga luar negeri. Sekitar 3 bulan ke depan lah, kuartal II/2015,” katanya di kantor Wakil Presiden RI, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (6/1).
Dana yang diperoleh dari penerbitan obligasi tersebut akan digunakan untuk membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan jaringan transmisi listrik di seluruh Indonesia. Sebagai perusahaan pelat merah, PLN menjadi BUMN yang diandalkan pemerintah untuk mencapai target pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW dalam 5 tahun ke depan.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Kordinator Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan pihaknya akan memastikan kebutuhan yang diminta PLN terpenuhi. Menurutnya saat ini yang terpenting adalah semua proyek PLN yang dibiayai bisa berjalan sesuai rencana.
“Sehingga target yang dibebankan untuk membangun pembangkit listrik dan memperluas jaringan listrik bisa tercapai,” jelasnya.
Untuk 2015, pemerintah menargetkan akan ada sekitar 10-15 proyek PLN yang akan dibiayai oleh PMN, yang akan diajukan dalam rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara perubahan (APBN-P).
