in

Nurcholis Agi, Pemilik Mal yang Menjual Barang Bekas dengan Omzet Ratusan Juta Per Bulan

Sebagian besar masyarakat Indonesia, lebih senang membeli barang baru ketimbang barang lama. Itulah yang membuat banyak orang tak mau bergelut dengan bisnis rongsokan. Selain lusuh, barang rogsokan seringnya memiliki harga jual rendah. Sehingga kurang diminati para pebisnis yang ingin meningkatkan taraf ekonominya.

Namun, tidak sama halnya dengan pria asal Depok bernama Nurcholis Agi (54), yang justru sukses berkecimpung di bisnis rongsokan. Rongsokan yang terkesan murahan, ia sulap jadi barang yang selalu diburu konsumennya. Bahkan, ia sudah memiliki beberapa pegawai dengan omzet ratusan juta. Bagaimana kisah Nurcholis memulai bisnis ini? Simak kisahnya yuk!

Sudah bergelut dengan rongsokan sejak kecil

Nurcholis Agi, pria kelahiran Banyuwangi yang kemudian dibesarkan di Depok ini, bukanlah berasal dari keluarga berada. Ia lahir dari keluarga sangat sederhana, di mana pekerjaan ayahnya adalah seorang pencari dan penjual barang bekas. Sejak usia belia, Nurcholis sudah membantu ayahnya mencari nafkah dengan bisnis tersebut. Saat kecil, ia memiliki cita-cita besar sebagai seorang pilot. Sayang, faktor ekonomi tak membuat cita-cita itu dapat terpenuhi.

Nurcholis Agi, pemilik Mal Rongsok [sumber gambar]
Di usia 12 tahun, hobinya telah beralih ke rongsokan. Dari hobi itu, ia mulai berbisnis jual beli rongsokan dan mendapat tambahan uang jajan. Menginjak remaja, ia menekuni berbagai macam bisnis, mulai dari buka toko kelontong, bengkel HP, jadi karyawan apotek, studio musik, salon, dan berbagai pekerjaan lainnya. Tujuannya satu, ia mendapatkan pengalaman untuk mengembangkan bisnis rongsokan.

Mendirikan mal khusus barang bekas

Ide membuat mal rongsok dimulai sejak tahun 1998. Kala itu, ia memiliki hobi nongkrong di tempat rongsokan, sembari mencari barang yang dapat diservis dan dijual kembali. Hobi ini ia lakukan rutin setiap hari. Selain asyik, ia juga mendapat keuntungan dari penjualannya. Peluang usaha rongsokan, ia dapatkan dari masalah tumpukan limbah perkantoran yang terus meningkat setiap tahun.

Potret Mal Rongsok milik Nurcholis di Depok [sumber gambar]
Di tahun 2006, Nurcholis memiliki toko rongsokan sendiri yang ia namai Adi Elektronik. Kala itu, luasnya hanyalah 100 meter. Sementara, barang-barang rongsokan yang didapat kebanyakan berasal dari hasil lelang barang rongsok yang diadakan oleh perusahaan dan restoran. Seiring waktu, bisnisnya makin berkembang hingga akhirnya pada tahun 2010, ia mengganti nama tokonya dengan Mall Rongsokan. Luas tokonya pun mencapai 800 meter dan 3 lantai.

Punya berbagai barang bekas yang cukup lengkap

Mall Rongsok berdiri di sebuah bangunan semi permanen berbahan kayu, seng, hingga triplek. Di luar bangunan, tertulis Mal Rongsok pada sebuah papan berwarna merah. Meski menjadi mal untuk barang bekas, Nurcholis tetap menata rapi tokonya hingga terlihat nyaman bagi para pengunjung. Di bagian dalam ruangan, tergantung berbagai barang rongsokan yang telah diwadahi plastik bak kelelawar yang bergelantungan.

Kondisi bagian dalam Mal Rongsok [sumber gambar]
Lantai 1 dimanfaatkan sebagai tempat barang elektronik. Sementara bagian langit-langit ia gunakan untuk etalase berbagai pernak pernik, seperti kabel, mainan anak, bagian komputer, dan lainnya. Di area lantai 2 dan 3 berjejer macam-macam furnitur, seperti meja, kursi, lemari, sofa, sepeda anak, dan ragam furnitur lainnya. Mall Rongsok milik Nurcholis terbilang sangat lengkap. Maka wajar jika konsumennya bukan hanya dari daerah Depok, tapi juga dari Semarang, Sulawesi dan kota lainnya.

Omzet hingga ratusan juta per bulan

Mall Rongsok kini memiliki dua cabang di Cinere dan Bogor. Sayangnya, usaha di Cinere ditutup karena habis masa sewa tempat. Sementara, toko yang berlokasi di Jalan Bungur Raya, Depok, masih buka dan justru mengalami peningkatan omzet. Jika dulu di awal usaha ia hanya mampu mengantongi ratusan ribu rupiah, kini bisnis itu mampu menghasilkan omzet hingga ratusan juta rupiah per bulannya.

Mal Rongsok juga memiliki pegawai sebagai tukang servis dan kasir [sumber gambar]
Sayang, di masa pandemi itu bisnis Nurcholis sempat ambruk. Nurcholis tak lantas diam, ia mencoba memanfaatkan marketplace yang kini sedang digandrungi masyarakat Indonesia. Ia juga memanfaatkan berbagai sarana digital yang dapat menunjang bisnisnya. Beruntung, semua kemudahan digital tersebut membantu dirinya memulihkan usaha.

BACA JUGA: Kampung Youtuber Bondowoso, Pendapatan Warga Tinggi sampai Bisa Lunasi Utang dan Beli Kendaraan

Nurcholis merupakan sosok yang pandai melihat peluang. Bukan seberapa mahal barang tersebut, melainkan manfaat yang diberikan. Wajar saja jika bisnis rongsokan Nurcholis justru sukses. Ia tahu bahwa peluang menjual barang bekas ternyata sangat dibutuhkan oleh banyak orang.

Written by Dessy Humairoh

Ariel Noah sampai Chef Juna, Ini Lho 4 Artis Indonesia yang Jadi Pria Idaman Miyabi

Uniknya Molossia, Negara Kecil Berukuran Tak Sampai 1 Hektar dengan Penduduk Cuma 32 Orang