in

Cerita di Balik Berdirinya Museum ‘Sisa Hartaku’, Saksi Kedahsyatan Letusan Sang Merapi

Tulisan di Museum Sisa Hartaku [sumber gambar]

Letusan Gunung Merapi menjadi sejarah tersendiri. Kalau kamu punya kesempatan untuk mengunjungi Kota Yogyakarta, kamu bisa menyaksikan sisa-sisa dari dahsyatnya letusan Sang Merapi. Ada Museum Mini Sisa Hartaku yang sampai sekarang terbuka untuk dikunjungi turis dan wisatawan.

Lokasi Museum Mini Sisa Hartaku terletak di Jl. Petung, Petung, Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Museum ini sendiri sebenarnya merupakan rumah salah seorang warga (Pak Kimin) yang tidak rusak, sehingga bisa menampung semua barang yang sudah terkena lava gunung.

Cara menuju Museum Sisa Hartaku

Jeep dan depan museum [sumber gambar]
Untuk bisa sampai ke tempat ini, kamu harus melewati medan yang cukup menantang. Jika tak menyewa jeep, maka pengunjung bisa mengaksesnya dengan motor namun harus memastikan bahwa kondisi motor benar-benar prima. Pasalnya, jalur menuju ke tempat ini menanjak dan berpasir. Biaya tiket masuk ke dalam museum adalah gratis alias enggak bayar. Namun, ada biaya parkir kalau kamu membawa sepeda, Rp2000 untuk motor dan Rp5000 untuk mobil.

Merapi yang tak pernah ingkar janji

Merapi tak pernah ingkar janji [sumber gambar]
Berbeda dengan museum yang berdiri tegak di atas bangunan kokoh, Sisa Hartaku ini memang berdiri dari atas sisa letusan Gunung Merapi 2010 silam. Di bagian depan, terdapat hewan yang tinggal tulangnya, serta motor-motor usang yang tinggal rangkanya dengan tulisan “Sisa Hartaku”. Di sana para pengunjung juga bisa melihat ember, gelas, dan berbagai peralatan rumah yang nyaris meleleh.

Foto Mbah Maridjan di bagian dalam rumah

Isi Museum Sisa Hartaku [sumber gambar]
Letusan ganas Merapi kala itu memakan korban hingga 200 orang, termasuk juru kuncinya sendiri, Mbah Maridjan. Di salah satu sudut ruangan juga ada lukisan wajah Mbah Maridjan, mungkin sebagai pengingat bahwa orang yang paling paham akan Gunung Merapi juga meninggal saat gunung api ini mengamuk. Uniknya lagi, di dalam museum ini ada jam dinding yang masih terpajang, menurut sopir/guide jarum waktunya menunjukan pukul berapa letusan menerjang rumah tersebut.

Beberapa tulisan yang membuat hati dan mata berair

Tulisan di Museum Sisa Hartaku [sumber gambar]
Yang paling sedih dari mengunjungi museum ini adalah kita dibawa ke masa lalu, 5 Nov 2010 di mana saat itu aliran wedhus gembel membuat banyak warga panik. Beberapa tulisan yang ada di museum juga membuat hati kita basah. “Habis Sudah Semua”, “Bencana Bukan Akhir Segalanya”, “Merapi Tak Pernah Ingkar Janji”, dan “Sisa Hartaku”. Tulisan itu bercerita bahwa dulu di sana pernah ada kehidupan, sebelum akhirnya semua hanya menjadi kenangan.

BACA JUGA:  Misteri Ki Juru Taman, Sosok Ghaib Penjaga Letusan Merapi Agar Tidak Sampai Makan Korban

Untuk kamu yang mau datang ke tempat ini, kamu bisa berkunjung dari pukul 08.00-16.00 WIB. Melihat semua yang ada di sini memang gratis, hanya saja ingat medannya cukup berat, tetapi ada banyak agen yang menyewakan jeep untuk bisa kamu pakai.

 

Written by Ayu

Ayu Lestari, bergabung di Boombastis.com sejak 2017. Seorang ambivert yang jatuh cinta pada tulisan, karena menurutnya dalam menulis tak akan ada puisi yang sumbang dan akan membuat seseorang abadi dalam ingatan. Selain menulis, perempuan kelahiran Palembang ini juga gemar menyanyi, walaupun suaranya tak bisa disetarakan dengan Siti Nurhalizah. Bermimpi bisa melihat setiap pelosok indah Indonesia. Penyuka hujan, senja, puisi dan ungu.

Leave a Reply

Kisah Anak Kernet Bus yang Berhasil Jadi Dokter Gigi Ini Penuh Perjuangan Mengharukan

Fakta Miris Kemiskinan di Malaysia Ini Ternyata Lebih Parah Daripada yang Dibayangkan