in

Mengenal Pulau Sebira, Si ‘Penjaga Utara’ Jakarta yang Diselimuti Banyak Kisah Mistis

Antara Pulau Seribu dan Pulau Sabira atau lebih sering disebut ‘Sebira’, mana yang lebih familiar terdengar? Ya, Pulau Sebira terdengar masih sangat asing di telinga beberapa orang. Kendati dijadikan sebagai objek wisata, pulau ini masih ‘perawan’ dan hampir tidak pernah disentuh para pelancong. Berada di wilayah paling utara di Kabupaten Kepulauan Seribu, makanya kerap disebut sebagai ‘Pulau Penjaga Utara’.

Jika mau dibandingkan dari segi keindahan alam, Sebira sebenarnya tak kalah menawan dari beberapa pulau yang ada di kepulauan Seribu, hanya saja anggapan mistis yang melekat di pulau ini membuat pengunjung ogah menjadikannya destinasi. Nah, informasi lebih lengkapnya bisa Saboom simak dalam uraian berikut ini.

Jarak tempuh yang terlampau jauh dari pelabuhan

Kebanyakan objek wisata yang masuk dalam kepulauan Seribu bisa ditempuh dalam beberapa puluh menit saja, berbeda halnya dengan Pulau Sebira. Pulau ini terletak di paling ujung garis pantai utara Jakarta. Meski memiliki keindahan yang luar biasa, Sebira jarang dilirik wisatawan lokal ataupun asing.

Pulau Sebira [Sumber gambar]
Pulau yang berpenduduk 1.000 warga ini berjarak enam jam dari Pelabuhan Kamal Muara ke Jakarta, sedangkan dari Lampung bisa lebih dekat, satu jam perjalanan saja. Untuk bisa dijangkau oleh pengunjung, hanya ada kapal yang beroperasi satu minggu sekali. Selain jauh, biaya ke Pulau Sebira juga sama mahalnya dengan ongkos berwisata ke Bali.

Wilayah terlarang yang tak boleh dimasuki nelayan

Pulau Sebira sebenarnya terlampau luas untuk hanya dihuni oleh 1000 orang (9,5 Hektare). Dulunya pulau ini hanya berupa hutan yang tak berpenghuni dengan sebuah mercusuar peninggalan Belanda era Raja Willem III. Mercusuar ini difungsikan sebagai pengawas kapal asing yang hendak singgah. Karena hasil ikan yang menggiurkan dari pulau inilah yang membuat para nelayan mulai berdatangan dan tinggal di Sebira.

Nelayan Pulau Sebira [Sumber gambar]
Walaupun sebelumnya dilarang oleh petugas navigasi untuk tinggal di Sebira, salah satu nelayan bernama Johan nekat berusaha dengan mendirikan tenda dan memberikan 10% dari hasil tangkapan ikannya. Hasilnya, sedikit demi sedikit penduduk mulai berdatangan untuk kemudian menjadikan nelayan sebagai mata pencarian utama mereka.

Misteri Mercusuar yang disebut sebagai ‘Sang Penjaga’

Sang Penjaga Utara, itulah nama yang disematkan untuk mercusuar yang sudah berdiri sejak tahun 1869 ini. meski sudah berumur beberapa abad, menara setinggi 42 meter ini masih tegak berdiri, hanya saja sudah digerogoti karat dan cat nya mengelupas. Di balik fisik yang masih gagah, menara ini ternyata menyimpan kisah mistis yang sudah dipercaya warga sejak lama.

Mercusuar [Sumber gambar]
Konon, menara ini dihuni oleh satu keluarga Belanda yang sering berkeliaran di sekitar mercusuar. Ada warga yang mengaku pernah melihat sesosok noni-noni Belanda, serta sering terdengar anak kecil yang menangis. Kondisi mercusuar yang kotor dan tak terawat menambah kesan angker bangunan ini.

Penuturan pengunjung yang pernah ‘digoda’ oleh penghuni mercusuar

Mengenai hantu keluarga Belanda yang menghuni mercusuar, berita tersebut bukan sekedar mitos semata karena para pengunjung sering sekali diganggu. Menurut Ali, sesepuh penduduk asli Sebira, penghuni tersebut hanya mengganggu pelancong asing, karena dinilai mengusik mereka. Pernah suatu ada salah satu pengunjung yang ngotot ingin naik ke atas menara (mercusuar) ketika menjelang magrib.

Penunggu Sebira [Sumber gambar]
Namun, baru ketika tiba di pintu menara, ia melihat sesosok makhluk perempuan dengan rambut pirang yang disebut masyarakat sebagai noni Belanda. Kejadian semacam itu bukan hanya sekali atau dua kali dialami oleh para pelancong, siapapun yang penasaran dan ingin menaiki menara pasti mengalami hal yang tak jauh berbeda.

Keindahan Pulau Sebira seolah tidak ada artinya karena tertutupi oleh mitos keangkeran yang disandangnya. Menara yang sering disebut Noordwatcher ini lebih dikenal dibanding eksotisnya Sebira. Namun, menara tersebut sebenarnya bisa dijadikan sebagai objek wisata jika dibersihkan dan dijaga dengan baik.

Written by Ayu

Ayu Lestari, bergabung di Boombastis.com sejak 2017. Seorang ambivert yang jatuh cinta pada tulisan, karena menurutnya dalam menulis tak akan ada puisi yang sumbang dan akan membuat seseorang abadi dalam ingatan. Selain menulis, perempuan kelahiran Palembang ini juga gemar menyanyi, walaupun suaranya tak bisa disetarakan dengan Siti Nurhalizah. Bermimpi bisa melihat setiap pelosok indah Indonesia. Penyuka hujan, senja, puisi dan ungu.

Leave a Reply

10 Status ‘Receh’ Bocah SD yang Lagi Kasmaran di Sosmed, Bikin Enek Sekaligus Ngakak

Bertemu Beberapa Tahun Sekali, Inilah 10 Potret Haru Reuni Masyarakat Korut dan Korsel