Bagi para wanita Indonesia, sosok pendobrak untuk masalah batasan-batasan kaum hawa adalah Kartini. Namun untuk versi dunia kita akan menemukan banyak nama, sebut saja Indira Gandhi, Margaret Thatcher, sampai Benazir Bhutto. Semua wanita-wanita ini luar biasa dan benar-benar melangkahi border tentang wanita yang selalu diremehkan dan dianggap tahunya cuma urusan kasur dan dapur.
Sebenarnya tokoh wanita pendobrak versi dunia tak hanya itu saja. Ada satu nama yang juga luar biasa. Ia adalah Margaret Bourke White. Kamu mungkin tidak tahu sosok ini, tapi di tahun 1945an namanya sangat terkenal bak artis. Margaret sendiri adalah seorang fotografer, namun ia sama sekali bukan yang biasa-biasa. Kalau kamu bertanya siapa wartawan yang berhasil meliput keseluruhan Perang Dunia II, maka dialah orangnya.
Ya, dari banyaknya prestasi yang dimiliki Margaret, yang satu itu adalah capaian terbaiknya. Tentu ini sukses bikin banyak orang terhenyak dan akhirnya sadar kalau perempuan bisa melakukan hal-hal hebat. Termasuk meliput Perang Dunia II di mana ini adalah kejadian paling menakutkan sepanjang sejarah.
Putri dari Joseph White dan Minnie Bourke ini sebenarnya mengambil konsentrasi Zoologi di Columbia University. Tapi ia berhenti setelah ayahnya meninggal dunia. Kemudian, ia transfer ke beberapa universitas di antaranya University of Michigan, Purdue University di Indiana, Western Reserve University, sampai akhirnya menyelesaikan Bachelor of Arts dari Cornell University, tempatnya mendalami fotografi.
Margaret adalah seorang wartawan yang menyaksikan PD II dengan mata kepalanya sendiri. Sekitar satu dekade, wanita yang kerap tampil dengan rambut pendek ini sukses mendokumentasikan setiap detail dari kejadian paling memilukan sepanjang sejarah manusia itu.
Margareth merupakan fotografer professional Amerika Serikat yang amat terkenal. Hasil fotonya yang brillian membuatnya dijuluki Maggie Indestructable atau dalam bahasa Indonesianya adalah Maggie yang tak bisa dihancurkan.
Saat terjun untuk meliput PD II, saat itu Margaret bekerja untuk majalah LIFE. Di majalah tersebut, wanita kelahiran 14 Juni 1904 merupakan fotografer wanita pertama. Sampai saat ini pun ia masih tetap menjadi wanita legendaris sepanjang berdirinya majalah LIFE.
Kecintaan Margaret pada dunia fotografi memang tidak bisa mengalahkan apapun. Bahkan saat ia divonis mengidap penyakit Parkinson (degenerasi sel saraf secara bertahap pada otak bagian tengah yang berfungsi mengatur pergerakan tubuh), Margaret masih sempat meliput perang Korea.
Wanita mungkin secara fisik lebih lemah. Tapi, berbekal tekad, mereka bisa melakukan apa pun bahkan merekam kejadian paling mencekam dalam sejarah macam Perang Dunia II. Setelah membaca ini harusnya sudah tidak ada lagi wanita yang merasa dirinya lemah.
Sedang ramai dibicarakan oleh masyarakat Negeri Tirai Bambu, China, seorang pria yang ditangkap gara-gara menyamar…
Bagi aktor kelas dunia, Bruce Willis, dunia terus berputar dan waktu akan terus berjalan. Umur…
Di balik fenomena dan polemik Sound Horeg yang menggemakan Indonesia, muncul sosok yang kini ramai…
Babak baru perjuangan Thomas Trikasih Lembong atau Tom Lembong dalam menghadapi putusan majelis hakim dalam…
Di media sosialnya setiap minggu selalu pamer mampu lari 5 kilometer, tapi saat di kantor…
Satuan Pemadam Kebakaran (Damkar) bagaikan pelita di dalam kegelapan. Selalu yang terdepan dalam mendengarkan dan…