Bahagia, itulah kata yang tepat untuk mengabarkan perasaan para pencinta atau pemain klub asal Inggris tersebut. Kepastian lolos Final setelah puasa bertahun-tahun menjadi penyebab rasa itu muncul. Sebagai kesebelasan yang layak berada di partai puncak, Liverpool tunjukkan permainan memikat di babak semifinal kamis dini hari waktu Indonesia. Lewat trio penyerang andalannya dan kerjasama kolektif tim, mereka sukses meredam Roma yang bermain di kandang.
Kesuksesan ini mengulangi kembali pencapaian hebat di tahun 2005 dan 2007. Namun dari deretan partai puncak Liga Champions jelas Final di Istambul adalah yang terhebat untuk kesebelasan berksotum merah itu. Bahkan lewat hal tersebut, Liverpool bisa mengubah dunia lewat kegigihan menolak menyerah yang kini banyak meginspirasi kesebelasan lain. Seperti apakah kisahnya simak ulasan berikut.
Hancur lebur di babak pertama dengan selisih gol besar
Bangkit di babak kedua dengan bermodalkan harga diri

Seperti yang digambarkan laman Goal, kondisi pemain Liverpool saat itu hancur lebur dengan tidak pemain yang mampu menegakkan kepalanya. Rasa kalah dan menyerah bercampur menjadi satu membuat bayangan akan kegagalan jelas nampak di benak mereka. Kondisi tersebut semakin bertambah saat teriakan kegembiraan para pemain AC Milan terdengar dengan jelas. Namun berkat 15 menit istirahat inilah kebangkitan Liverpool diam-diam disusun. Lewat ucapan pembakar semangat sang pelatih yakni Rafael Benitez, kesebelasan asal Inggris ini terlahir kembali di babak kedua. Bermodalkan harga diri mereka menatap babak kedua lebih semangat.
Mujikzat itu datang di babak kedua yang dramatis
Kisah heroik itu Mengubah dunia lewat sepak bola
Kisah heroik tim identik kostum merah ini jelas bukan cerita biasa. Ada harapan dan perjuangan tanpa mengenal lelah untuk menirukannya. Dari sini kita juga bisa belajar apabila tidak ada kemenangan sebelum pertandingan itu berakhir dan hanya kerja keraslah nasib orang dapat dirubah.