in

Gara-Gara 5 Komoditas Dagang Indonesia Kuno Ini Bangsa Asing Jadi Datang untuk Mengusik

komoditas dagang

Di masa lalu, Nusantara yang kini kita tempati ini memiliki banyak sekali komoditas unggulan dalam perdagangan. Banyak kerajaan besar menguasai sektor itu lalu menjualnya hingga keluar negeri. Komoditas-komoditas unggulan itu pun akhirnya kondang hingga membuat banyak bangsa asing ingin datang untuk membeli atau pun merebutnya dengan paksa.

Di masa Kerajaan Sriwijaya atau pun Majapahit, kekuatan militer di Nusantara belumlah terlalu kuat. Akibatnya, saat kapal dari negara lain menyerang, penduduk tak siap hingga mengalami kekalahan. Akibat hal ini, banyak sekali komoditas dagang dari Indonesia yang dirampas hingga negeri ini pun harus tunduk selama ratusan tahun. Gara-gara 5 komoditas ini Indonesia jadi incaran banyak sekali bangsa asing.

1. Lada dari Sumatra dan Jawa

Lada hitam adalah salah satu komoditas unggulan dari Sumatra dan Jawa di awal abad ke-11. Di pasaran dunia, komoditas ini benar-benar laku keras terutama untuk dipasok ke wilayah Eropa yang sangat dingin. Penanaman besar-besaran terhadap lada akhirnya dilakukan untuk terus memasok kebutuhan yang meningkat meski di India, lada juga dihasilkan cukup banyak.

Perkebunan Lada [image source]
Perkebunan Lada [image source]
Harga lada di pasaran dunia sangat tinggi. Bahkan kerap dijadikan alat tukar pengganti uang. Sayangnya, eksistensi lada dari Sumatra dan Jawa harus sedikit redup lantaran dikuasai oleh bangsa Eropa yang ingin mencari untung. Di abad ke-17 hingga ke-19 Belanda mewajibkan semua perkebunan menyetor lada ke gudang mereka dengan harga rendah.

2. Pala dari Kepulauan Banda

Pala adalah komoditas jenis rempah-rempah lain yang sangat laku keras di dunia. Sebelum pala dari Banda terkenal hingga penjuru Eropa, bangsa di benua itu mendapatkan suplai dari pedagang Arab. Selanjutnya karena punya nafsu besar ingin menguasai komoditas ini di kancah internasional, ekspedisi pun dilangsungkan dengan sangat cepat.

perkebunan Pala [image source]
perkebunan Pala [image source]
Setelah berlayar selama beberapa bulan di lautan, akhirnya mereka sampai di Banda dan menemukan rempah-rempah yang mereka cari. Oh ya, pelayaran ke Banda di lakukan oleh bangsa Portugis selanjutnya Belanda ikut-ikutan hingga akhirnya terjadi konflik. Gara-gara pala ini, dua bangsa besar yang suka berlayar ini terlibat perang sengit hingga korban nyawa tak bisa dihindarkan.

3. Cengkih dari Maluku

Selain mendapatkan pala yang sangat berharga. Bangsa Portugis juga mendapatkan cengkih yang di abad ke-17 harganya jauh lebih mahal dari emas. Bayangkan saja, 1 kilogram cengkih bisa dihargai dengan 6 gram emas murni. Semua orang mencari cengkih hingga mau melakukan apa saja termasuk melakukan penyerangan terhadap daerah penghasil seperti Maluku.

Cengkih [image source]
Cengkih [image source]
Setelah kedatangan Belanda yang jumlahnya sangat besar. Praktis cengkih yang ada di Maluku dikuasai oleh mereka. VOC mengambil alih semuanya hingga Portugis tak bisa melakukan apa-apa. Akibat Cengkih, Belanda mendapatkan banyak sekali keuntungan sedangkan bangsa lokal tak mendapatkan apa-apa karena komoditas ini dibeli dengan harga yang murah.

4. Kayu Wangi dari Nusa Tenggara

Indonesia memiliki dua jenis kayu wangi unggulan yang sangat diminati oleh banyak bangsa di masa lalu. Pertama adalah kayu cendana dan yang kedua adalah kayu gaharu. Keduanya berasal dari daerah Nusa Tenggara dan susah sekali dibudidayakan di daerah lain. Kayu cendana dan kayu gaharu memiliki wangi yang sangat kuat dan awet. Kelebihan ini membuat banyak bangsa terobsesi untuk memilikinya dan dijual dengan harga mahal di Eropa.

pohon cendana [image source]
pohon cendana [image source]
Kedua kayu ini memiliki manfaat sebagai pewangi meski tanpa diolah. Selanjutnya di kawasan Eropa, kayu ini diolah menjadi minyak wangi yang sangat mahal dan berkelas. Di masa penjajahan dulu, Belanda dan Jepang menguasai sektor ini dan menjadikannya sebagai komoditas unggulan yang tak bisa diremehkan begitu saja.

5. Gading atau Cula Binatang Liar

Salah satu penyebab habisnya populasi gajah dan badak di Indonesia adalah adanya perburuan liar. Di masa lalu, banyak orang mengambil cula dan gading karena memiliki harga yang sangat tinggi. Komoditas itu dijual kepada pengepul yang akan mendistribusikannya ke pedagang besar di Jawa dan Sumatra.

Gading gajah [image source]
Gading gajah [image source]
Komoditas gading dan cula ini banyak dimanfaatkan sebagai obat atau pun hiasan yang sangat berharga. Gading gajah banyak diekspor ke Arab sedangkan cula badak banyak diminati oleh di Tiongkok. Saat Belanda menguasai negeri ini dengan penuh, sontak populasi hewan bercula dan bergading itu kian habis.

Inilah lima komoditas dagang Indonesia kuno yang membuat banyak bangsa asing datang untuk mengusik. Dari lima hal di atas saja, kita bisa tahu jika Indonesia kaya akan sumber daya alam yang berharga. Sayangnya, kejayaan itu sudah luntur seiring dengan perkembangan zaman. Kira-kira Indonesia  mampu lagi jadi juragan cengkih, pala, atau lada dunia enggak, ya?

Written by Adi Nugroho

Leave a Reply

Yuyun di Antara 7 Kasus Pembunuhan yang Pantik Reaksi Keras Masyarakat Indonesia

5 Kendaraan Tempur Zeni Canggih Milik NATO Ini Membuat Amerika Kian Besar Kepala