Di bulan Ramadan ini, mungkin sebagian besar orang akan menyiapkan makanan yang spesial untuk menu sahur dan berbuka puasa. Dan mungkin juga, kamu malas makan sahur kalau lauknya cuma tempe. Bisa bersantap sahur dengan nasi dan lauk, bukankah itu sudah nikmat yang tak ternilai? Mungkin kita kerap melupakan itu.
Sepenggal kisah yang dibagikan oleh salah seorang netizen ini mungkin bisa bikin kita sadar. Cerita ini tentang seorang kakek penjual abu gosok yang hanya bisa sahur dan berbuka dengan air putih saja. Setidaknya, perjalanan si kakek ini yang akan menampar kita, bahwa selama ini kita masih begitu kurang bersyukur. Lebih dekat mengenal si kakek, berikut ini adalah kisah selengkapnya.
Kakek yang enggak mengemis meski telah sepuh, lebih memilih bekerja
Seorang netizen bernama Fauziah Ulfa adalah yang pertama kali membagikan kisah pilu dari kakek renta ini. Menurut yang ditulis Fauziah, kakek ini merupakan pedagang abu gosok keliling yang biasanya berjualan sekitar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.
Kakek yang tinggal jauh dari anaknya
Fauziah bercerita, bahwa ia tanpa sengaja bertemu kakek tersebut ketika berangkat kuliah. Melihat si kakek yang duduk lemah di pinggir jalan, Fauziah jadi tak tega. Ia berniat membeli satu bungkus abu gosok, sebab jika hanya memberinya uang, takut membuat si kakek tersinggung.
Tinggal numpang di rumah orang, sahur dan buka hanya air putih saja
Menurut cerita si kakek, selama ini ia tinggal numpang di rumah orang. Sementara anaknya sendiri tinggal di Cikarang. Selama puasa, kakek tersebut hanya bisa sahur dan berbuka dengan air putih saja. Selama obrolan pun, si kakek terlihat menahan tangis.
Mengunggah foto dan cerita si kakek di media sosial
Dari pertemuan tersebut, Fauziah merasa tertampar. Ia takjub sekaligus terkesan pada seorang kakek setua itu namun masih terus berpuasa dan bekerja. Padahal saat ini masih begitu banyak anak muda yang kerap menyepelekan makanan, sedangkan si kakek buat makan saja susah.
Cerita pilu sang kakek tersebut setidaknya membuat kita sadar, betapa beruntung orang-orang yang bisa menikmati santap sahur dan berbuka dengan berbagai menu. Semoga kisah kakek penjual abu gosok ini membuat kita lebih bersyukur.