Holywings menuai kontroversi setelah mengeluarkan minuman beralkohol dengan nama Muhammad dan Maria secara gratis. Minuman ini sendiri sebagai bahan promo untuk pengunjung bernama Muhammad dan Maria. Hal ini membuat Holywings disebut menisatakan agama.
Akhirnya, buntut dari masalah ini adalah dicabutnya izin operasional Holywings dan penutupan kedai. Sampai saat berita ini ditulis, terhitung sudah ada 36 kedai yang tutup dan tak lagi beroperasi. Berikut perjalanan Holywings, yang awalnya hanya kedai kecil hingga menjadi bar yang punya pelanggan tetap.
Holywings berawal dari kedai nasi goreng
Terkenal dengan nama Holywings, bisnis ini awalnya hanyalah kedai nasi goreng. Menurut Co-Founder Holywings, Ivan Tanjaya, bisnis tersebut dirintisnya bersama Eka Setia Wijaya. Kedai nasi goreng tersebut diberi nama Kedai Opa. Sayang, Kedai Opa hanya bertahan selama 3 bulan saja.
Belajar dari konsep restoran China

Sebagai Co-Founder, Ivan mengatakan bahwa konsep makan, minum, dan musik yang dipakai dipelajarinya dari kedai-kedai di China. Berdiri pada tahun 2014, Holywings sendiri mempunyai 3 fasilitas berbeda, yakni Holywings Bar dengan outlet paling banyak, 26 outlet, Holywings Bar Club sebanyak 10 outlet, serta Holywings Beach Resort yang terletak di Bali. Dari hari ke hari, Holywings semakin sukses dan ramai dikunjungi oleh berbagai golongan.
Berhasil menggaet pemegang saham dari kalangan entertainer Indonesia
Sederet kontroversi yang dilakukan oleh Holywings
Pengeroyokan yang dilakukan oleh oknum polisi
BACA JUGA: Kafe Kematian, Tempat Nongkrong Unik di London yang Membicarakan Seputar Sakaratul Maut
Mengenai kasus promosi miras Muhammad dan Maria, pihak Holywings sudah mengeluarkan permintaan maaf secara terbuka. Pihak berwajib juga sudah menentukan 6 orang tersangka dalam kasus ini.