in

Polemik HAM saat Ferdian Paleka Dibully di Penjara, Dianggap Karma karena Ngeprank Transpuan

Ferdian Paleka mencuat jadi nama yang bikin geregetan masyarakat akibat aksi pranknya pada transpuan di Youtube. Empat transpuan jadi korban keisengan ngawurnya di Jl. Ibrahim Adjie, Bandung. Ia pun menjadi DPO dan sempat kucing-kucingan dengan aparat. Namun sepandai-pandai tupai melompat, Ferdian tertangkap juga.

Tak lama setelah membuat ulah, pemuda itu dan dua rekannya, Aidil dan Tubagus Fahddinar, ditetapkan sebagai tersangka oleh polisi. Layaknya drama prankster yang dihujat massa, ketiganya menyesal, meminta maaf dan mengaku hanya iseng. Bagi warganet, hal ini bagai lagu lama.

Tentu saja banyak yang ikut geram dan mengutuk perbuatan Ferdian Paleka. Termasuk, warga rutan yang siap merisak youtuber itu.

Bullying Ferdian Paleka dalam rutan dianggap karma

Video prank donasi sampah pada transpuan, bukan menjadi kali pertama ulah Ferdian dan teman-teman. Sebelumnya, ia pernah membuat konten ‘gelap-gelapan’ dengan PSK Bogor. Namun video tersebut sudah lenyap, tak lama dari waktu diunggah ke Youtube. Konten-konten negatif ini bikin banyak orang ingin memburu dirinya, bahkan tak rela kalau ia hanya sekedar ditangkap polisi. Lebih baik dihajar massa daripada sekedar dipenjara.

Ferdian Paleka cs ditangkap

Ternyata, nasib Ferdian Paleka di penjara seolah menjawab kegeraman warganet yang ingin pemuda itu kapok. Tak lama setelah dibui, Ferdian dikabarkan dirisak oleh penghuni rutan. Mulai dari digunduli, dilucuti pakaiannya, disuruh push up, hingga berendam di bak sampah.

Baru masuk rutan, Ferdian Paleka dibully penghuni sel lama

Atas kejadian viral yang diunggah di medsos tersebut, Kapolrestabes Bandung Kombes Ulung Sampurna Jaya, memberikan penjelasan bahwa Ferdian cs sudah dipisahkan dari sel tersebut. Ia tak membenarkan sikap bullying tersebut, namun ‘sambutan’ penghuni rutan itu memang bukan pertama kali terjadi dan seolah menjadi ‘hukum rimba’ di dalam sana.

Warganet ada yang tak setuju pembully-an di rutan karena melanggar HAM

Video pembully-an Ferdian Paleka cs menjadi ramai di media sosial. Warganet yang satu suara geramnya terhadap prankster itu, kemudian terbelah opininya. Ada yang malah mengapokkan para pelaku video prank itu karena seolah mendapat karma.

Apa yang diterima Ferdian cs dianggap sebagai konsekwensi atas perbuatannya sebelum ini. Apalagi rutan sering diidentikkan dengan senioritas, di mana pendatang seringkali harus ‘disambut’ dengan cara yang tidak menyenangkan, dan sebenarnya tidak dibenarkan.

Pendapat netizen yang menolak perundungan pada Ferdian Paleka

Namun, ada banyak juga warganet yang tidak setuju perisakan tersebut karena tetap tidak sesuai dengan nilai HAM. Meski Ferdian cs telah melakukan kejahatan, cara perundungan dianggap tidak sesuai dengan penegakan hukum yang sebenarnya. Pendapat ini dianggap sebagian warganet seolah membela Ferdian.

Walaupun sebenarnya yang digarisbawahi oleh tim yang tak setuju perundungan Ferdian adalah bahwa, budaya membully adalah salah meski ditimpakan pada orang yang melakukan kesalahan, karena sudah ada hukum resmi yang mengatur sanksi-sanksi.

Menengok budaya bully di Indonesia

Terlepas dari kasus Ferdian Paleka cs, Indonesia memang sudah sejak lama memiliki PR tentang perundungan atau bahasa kerennya bullying. Salah satu contoh nyata yang hampir terjadi setiap tahun adalah pada OSPEK atau orientasi mahasiswa/siswa baru. Di mana senior merasa boleh melakukan order pada juniornya, namun beberapa di antaranya bukannya memberi manfaat, malah bisa merenggut nyawa.

Budaya keroyokan dan perploncoan di Indonesia

Bullying di negeri ini terjadi ketika satu pihak merasa punya kekuatan maupun senioritas untuk menindas lainnya, atau ketika tersulut emosi sehingga butuh menyalurkannya, misalnya pada kasus suporter bola yang tewas akibat dihajar massa satu stadion. Setelah ditelusuri, ternyata ada provokator yang ‘menyiram bensin’ di antara rivalitas suporter sehingga membuat kita tidak lagi melihat rival tersebut sebagai manusia. Korban dihantam batu, diinjak tanpa ampun hingga meninggal, meski pelaku tak benar-benar punya masalah dengannya.

BACA JUGA: Akhir Cerita Ferdian Paleka Youtuber Prank ‘Sampah’ Setelah Kucing-kucingan dengan Polisi

Persoalan seperti ini selalu menimbulkan silang pendapat yang tak berujung. Berawal dari penindasan masa lalu, kemudian diikuti oleh generasi berikutnya, lantas membudaya hingga hari ini. Namun, sekarang sebagian dari kita sudah melek mengenai efek samping bullying atau perundungan yang tidak bisa kita jadikan warisan untuk generasi mendatang.

Memisahkan Ferdian cs di sel tersendiri merupakan salah satu langkah aparat yang perlu diapresiasi. Tapi pengawasan terhadap ‘budaya sambutan’ dengan perundungan juga perlu diawasi lagi. Siapa tahu, ke depannya rutan benar-benar menjadi tempat menyiapkan napi jadi lebih bermanfaat seperti yang diterapkan di Norwegia dan Swiss.

Written by Orchid

Leave a Reply

5 Resep Sahur Praktis 10 Menit Jadi, Masih Bisa Makan Sebelum Imsak Berkumandang

Jadi Kontroversi di Tengah Pandemi, Inilah Penyebab Tenaga Kerja Asing Cina Dibutuhkan oleh RI