in

4 Fakta Di Balik Isu Penculikan Anak Hingga Penjual Organ Tubuh yang Bikin Masyarakat Heboh

Dampak terburuk dari perkembangan teknologi yang pesat adalah mudahnya penyebaran hoax. Jika dulu, berita palsu lebih lamban tersebar karena tidak ada gadget. Jaman sekarang? Dengan beberapa klik, hoax bisa langsung disebarkan pada grup-grup yang kita masuki. Tentu saja pesan berantai itu akan terus menyebar bahkan bisa sampai seluruh Indonesia.

Mirisnya, begitu banyak masyarakat yang suka menelan informasi bulat-bulat, tanpa menyaring apakah info tersebut benar atau tidak. Salah satu yang paling heboh belakangan ini adalah isu penculikan demi mendapatkan organ tubuh anak-anak. Berita tersebut sudah banyak diketahui oleh banyak masyarakat. Benarkan kabar tersebut? Berikut adalah beberapa faktanya.

Isi dari isu

pelaku pencurian yang dituduh penculik [sumber gambar]
Nyatanya, si penyebar berita tak hanya sukses bikin satu kota di Indonesia gelisah. Kecepatan penyebaran di WAG alias WhatsApp Grup memang sangat menguntungkan bagi mereka yang punya misi menyebarkan isu. Isi dari kabar tersebut sendiri merupakan tulisan singkat yang menjelaskan jika warga berhasil menggagalkan pelaku percobaan penculikan. Tak hanya meyakinkan melalui pesan singkat, pesan tersebut juga dilengkapi dengan foto yang diklaim sebagai pelaku. Foto pria dengan kondisi babak belur juga terpampang jelas. Terlebih, ada foto lainnya yang dituding sebagai pelaku yang belum tertangkap. Keterangan itu jelas bikin para orangtua khawatir ya.

Pria dalam foto bukanlah penculik

pria yang difitnah penculik [sumber gambar]
Berkat pesan berantai, foto pria babak belur tersebut pun tersebar ke seluruh Indonesia. Semua bergidik, bahkan mengutuk pria yang dianggap penculik itu. Nyatanya, laki-laki berusia 41 tahun tersebut sama sekali tidak pernah melakukan penculikan. Iya, beliau memang babak belur. Namun hal itu dikarenakan kedapatan mengambil ponsel di sebuah warung. Karena aksinya diketahui warga lain dan diteriaki, makanya kasus pengeroyokan pun terjadi. Walhasil, pria yang sebelumnya modus ingin makan di warung di Kampung Cipambuan, Desa Cipambuan, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor dihadiahi bogem mentah warga.

Nyebar hoax bisa memicu kejahatan baru

ilustrasi WhatsApp [sumber gambar]
Pernah nggak sih, kalian negur seseorang di grup yang telah ikut menyebarkan hoax? Biasanya orang tersebut malah dongkol, dengan alasan: bener nggaknya berita tersebut, itu cuma buat nambah kewaspadaan. Iya, nggak masalah kalau kita pengen meningkatkan kewaspadaan. Tapi, dengan ikut-ikutan menyebarkan berita palsu, sama saja kita menebarkan ketakutan dan itu nggak ada bedanya dengan bikin pemicu kejahatan baru. Contoh kasus mirisnya ada di tahun 2017 lalu, ada seorang kakek di Sadaniang, Kabupaten Mempawah yang dikeroyok massa karena dituduh sebagai penculik. Padahal warga cuma kemakan hoax. Kalau udah kayak gini, siapa yang salah?

Ada pihak yang pengen bikin kekacauan di negeri ini

Kepala dinas pendidikan [sumber gambar]
Setelah dianalisis oleh Hoax Crisis Center (HCC), diketahui bahwa ada pihak yang pengen bikin chaos di negeri ini. Menyebar ketakutan melalui dunia maya hingga ketakutan tumbuh subur di tiap titik kota padat penduduk di Indonesia, itu jelas bikin polisi kualahan. Alhasil, muncul kekacauan dan muncullah tudingan buruk atas kinerja polisi. Dari sini, diharapkan agar masyarakat nggak lagi mudah terpancing dengan adanya isu-isu yang disebarin melalui WhatsApp. Jika kita dapat berita dari teman, mending nggak usah deh ikutan nge-forward.

Itulah beberapa fakta tentang kasus hoax penculik anak hingga pencuri organ tubuh. Sebenarnya, sejak maraknya penggunaan smartphone, juga diiringi dengan mudahnya pertumbuhan hoax. Mengetahui itu, alangkah baiknya kalau kita tak menelan informasi bulat-bulat, dan jangan kebiasaan langsung menyebarkan info yang kita dapat.

Written by Nikmatus Solikha

Leave a Reply

4 Lambang Unik Klub Sepak Bola Dunia yang Siap Membuat Kita Gagal Paham

Perjalanan Karir Pasha Ungu : Mulai dari Musisi Terkenal Hingga Rasakan Kursi Pejabat Daerah