Sosok Nadiem Anwar Makarim sempat mengejutkan banyak pihak saat terpilih sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), di Kabinet Indonesia Maju jilid II Presiden Joko Widodo beberapa waktu. Sebutan ‘Mas Menteri’ pun disematkan pada mantan CEO Gojek tersebut.
Sebagai tokoh publik, sosok Nadiem tak lepas dari sang ayah, Nono Anwar Makarim yang merupakan pejabat sekaligus praktisi hukum ternama di Indonesia. Keduanya juga lulus dan menjadi alumni dari kampus ternama Indonesia dan luar negeri. Selengkapnya, simak ulasan Boombastis berikut ini.
Dikenal sebagai salah satu praktisi hukum di Indonesia
Latar belakang pendidikan hukum yang dipelajarinya di Indonesia dan Amerika Serikat, membuat Nono dikenal sebagai salah satu praktisi di bidang tersebut. Selepas lulus kuliah di AS, ia sempat bekerja Kantor Hukum Adnan Buyung Nasution. Namun pada 1980, ia mendirikan kantor hukum sendiri bersama rekannya, Frank Taira Supit, dengan nama Makarim & Taira S.
Alumni perguruan tinggi yang sama dengan Nadiem Makarim
Nono menamatkan pendidikan hukumnya di Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta pada 1973, yang kemudian dilanjutkan ke Harvard University, Amerika Serikat (1973-1974). Pada 1975, ia berhasil meraih gelar master hukum (LLM) dari Harvard Law School. Sama dengan Nadiem Makarim, yang juga merupakan alumni Universitas Indonesia dan Harvard University namun dengan jurusan yang berbeda.
Pernah menjadi atasan pengacara kondang Hotman Paris Hutapea
Sebagai pendiri Makarim and Tiara Consellor At Law, Nono sempat menjadi atasan pengacara kondang Hotman Paris Hutapea. Dalam sebuah postingannya di Instagram, pria yang dijuluki sebagai pengacara ‘bling-bling’ tersebut membagikan momen-momen saat dirinya bekerja di Makarim & Taira S selama 20 tahun.
Masuk tim etik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Nama Nono Anwar Makarim sempat masuk sebagai anggota Komite Etik di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), pada 2011 silam. Bersama Buya Syafii Maarid, Nono menjadi bagian dari lembaga anti-rasuah itu menggantikan dua pimpinan KPK sebelumnya, yakni Busyro Muqooddas dan Haryono Umar.
Sempat duduk sebagai anggota dewan di era 1960-an
Selain dikenal sebagai salah satu ahli hukum di Indonesia, Nono Makarim pernah menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR), dari tahun 1967 hingga 1971. Nono juga pernah menulis beberapa buku, salah satunya adalah Aspek-aspek Hukum Dalam Perdagangan dan Investasi Internasional Menghadapi Globalisasi (1995).
BACA JUGA: Prestasi Nadiem Makarim Setelah Setengah Tahun Menjabat Menteri Pendidikan
Di luar profesinya sebagai praktisi hukum, Nono aktif di berbagai kegiatan sosial dengan mendirikan beberapa yayasan seperti Yayasan Biodiversitas Indonesia dan Yayasan Bambu Indonesia (1993), juga Yayasan Aksara. Rekam jejaknya itu kini diteruskan oleh sang anak, Nadiem Makarim, yang berkiprah di jalur bisnis bersama Gojek sekaligus sebagai Mendikbud pada saat ini.