in

Fakta Ninoy Karundeng, Penulis dan Aktivis Sosial Media yang Dianiaya Hingga Babak Belur

Menekuni profesi sebagai aktivis di sosial media, terkadang memang penuh tantangan dan resiko. Terlebih bila bahasannya sudah masuk ke dalam ranah politik, salah-salah malah bernasib apes seperti sosok Ninoy Karundeng. Dilansir dari Detik, pria yang menjadi relawan Jokowi diculik dan dianiaya sekelompok orang saat berada di tengah aksi di Pejompongan, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.

Saat kejadian, Ninoy tengah memotret orang-orang yang terkena gas air mata saat demo. Hingga tak lama kemudian, seseorang tiba-tiba memeriksa ponselnya dengan kondisi media sosial Facebook terbuka. Di sinilah petaka terjadi. Karena dianggap memojokkan salah seorang tokoh, ia pun diteriaki sebagai penyusup, intel, musuh, polisi, dan dianiaya hingga babak belur. Lantas, siapa Ninoy Karundeng sebenarnya.

Menekuni profesi sebagai penulis sekaligus aktivis sosial media

Ninoy Karundeng diketahui merupakan seorang pegiat atau aktivis di sosial media, sekaligus relawan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Menurut Jack Lapian yang dilansir dari Detik, dirinya merupakan penulis yang aktif membuat artikel mengenai isu-isu politik yang ada di Indonesia.

Sosok yang merupakan penulis dan aktivis sosial media [sumber gambar]
Tak hanya itu, Ninoy juga disebutnya banyak mem-posting isu-isu berkaitan dengan orang-orang yang memiliki pandangan politik yang berseberangan dengan dirinnya. Setiap artikel yang ada, kerap diunggahnya melalui Facebook. Tak hanya itu, bahasa yang ‘tegas dan tajam’ juga menjadi ciri khasnya dalam menulis.

Diundang ke Istana Kepresidenan dan sempat bermasalah dengan PSI

Sebagai pegiat sosial media sekaligus relawan Jokowi, Ninoy menjadi salah satu dari 13 penulis yang diundang ke Istana Negara pada 19 Mei 2015 silam. Jika dilihat dari rekam jejak digitalnya, Ninoy sangat aktif menulis pada platform Kompasiana yang merupakan wadah bagi media warga (citizen media) dan media sosial Twitter.

Diketahui pula, Ninoy Karundeng sempat bermasalah dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI), terkait tulisannya yang berjudul ‘Kasihan. Grace Natalie bukan pemilik PSI’, yang dianggap memfitnah Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Alhasil, ia pun kemudian meminta maaf dan memberikan klarifikasi mengenai tulisannya tersebut.

Sosoknya viral di rekaman video dalam kondisi babak belur

Beberapa waktu lalu, sosok Ninoy kembali menjadi sorotan atas peristiwa penganiayaan yang menimpa dirinya. Saat itu, dirinya tengah menangkap situasi demo dengan kamera telepon genggamnya. Sayang, beberapa pihak yang curiga kemudian memeriksa isi ponselnya. Ia pun dianiaya sejumlah orang yang membuat dirinya babak belur.

Tak lama, video Ninoy yang tampak benjol tersebar di dunia maya. Alhasil, peristiwa penganiayaan ini pun sontak membuat masyarakat heboh. Dilansir dari Detik, Polisi kembali mengamankan tersangka baru dalam kasus penyekapan relawan Jokowi, Ninoy Karundeng, di mana ada 11 orang yang ditetapkan sebagai tersangka namun hanya 10 yang ditahan.

BACA JUGA: Polisi Juga Bisa Jadi Korban Penganiayaan Lho, Ini 4 Kisahnya

Apa pun alasannya, penganiayaan terhadap seseorang memang tidak dibenarkan secara hukum. Termasuk kasus di atas, toh meskipun jika ada masalah tertentu yang menyangkut profil seseorang, tentu bisa diselesaikan dengan secara bijaksana tanpa harus disertai kekerasan. Ya, mudah-mudahan saja kejadian serupa tidak terulang kembali di masa depan.

Written by Dany

Menyukai dunia teknologi dan fenomena kultur digital pada masyarakat modern. Seorang SEO enthusiast, mendalami dunia blogging dan digital marketing. Hobi di bidang desain grafis dan membaca buku.

Leave a Reply

Rayakan Ulang Tahun Teman, Dua Mahasiswa UIN Lampung Tewas Tenggelam

Mengenal ‘Ilmu Pelindung Kehidupan’, Ajaran Sesat yang Tak Wajibkan Salat 5 Waktu