in

[OPINI] Kidung Wahyu Kolosebo, Syair Sunan Kalijaga yang kerap Disalahartikan Sebagai Hal Mistis

Jika mencoba mencoba mengetikan kata kunci “topeng gerak sendiri’ di kotak pencarian platform video YouTube, konten yang ditampilkan kebanyakan memuat tentang topeng-topeng yang biasa digunakan dalam kesenian tari-tari khas masyarakat Jawa. Memang, video tersebut sejatinya ingin menonjolkan hal-hal mistis berupa topeng yang terlihat bergerak-gerak sendiri.

Bukan masalah topengnya yang ingin penulis bahas di sini. Tapi beberapa dari video yang ada, kerap menyertakan lagu Kidung Wahyu Kolosebo sebagai latar belakang musik pengiring. Hampir semua konten yang menayangkan topeng bergerak tersebut, memakai lagu (kidung) yang sejatinya sangat bertolak belakang dengan hal-hal ghaib yang disajikan.

https://youtu.be/QDK3-tm_igs

Terlebih, Kidung Wahyu Kolosebo merupakan syair yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga. Tentu hal tersebut bukanlah ciptaan yang bisa sembarangan digunakan sesuka hatinya. Terlebih dikait-kaitkan dengan hal mistis seperti topeng-topeng yang bergerak dengan kekuatan supranatural.

Dalam perjalanannya, lirik-lirik yang terkandung dalam Kidung Wahyu Kolosebo sejatinya bermuatan berupa pesan-pesan, harapan dan doa secara spiritual yang dibalut dengan nilai-nilai religius. Jika penulis melihat lirik dan artinya yang diposting oleh akun dafford pada laman kaskus.co.id, terlihat Kidung Wahyu Kolosebo merupakan bentuk munajat dan kepasrahan yang dilakukan oleh seorang hamba pada Tuhannya, meminta agar dijauhkan dari sifat angkara murka dalam kehidupan duniawi.

Seperti petikan lirik “mekak hawa, hawa kang dur angkara (dengan mengendalikan hawa, hawa nafsu yang diliputi angkara murka), “Senadyan setan gentayangan, tansah gawe rubeda” (walaupun setan gentayangan selalu membuat gangguan). “Enggo pupusing zaman” (hingga akhir zaman),”, terlihat jelas bahwa syair yang dibawakan merupakan bentuk permohonan kepada Yang Maha Tunggal agar untuk senantiasa bersikap mawas diri.

Tak hanya sebagai bentuk permohonan agar dijauhkan dari sifat mengumbar nafsu angkara dan hal-hal merusak lainnya, tapi juga bentuk kepasrahan diri agar diberikan ilmu berupa kebaikan (batin dan pikiran), dan rasa kasih sayang kepada sesama. Hal ini terekam pada lirik “Memuji ingsun kanthi suwito linuhung” (aku memuji dengan menghadap Maha Tinggi) dan “Ginulah niat ingsun, hangidung sabdo kang luhur” (Mengolah Hati, Tekad, & Niat, mengkidung kata kata luhur (tinggi).

Kidung Wahyu Kolosebo yang memuat syair religius [sumber gambar]
Menurut penulis pribadi, Kidung Wahyu Kolosebo merupakan syair-syair bernafaskan Islam yang mengagungkan kalimat tauhid sebagai dasar keimanan bagi seorang muslim. Di mana pada beberapa liriknya, tersemat kata-kata “Mugiyo den sedyo pusoko Kalimosodo” (semoga karena ucapan pusaka kalimat syahadat), yang digunakan oleh umat Silam yang mengakui keesaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala Maha, sebagai yang Maha Tinggi (Memuji ingsun kanthi suwito linuhung).

BACA JUGA: Inilah 3 Nasihat Sunan Kalijaga yang Disampaikan Lewat Lakon Pewayangan Semar

Meski pada akhirnya banyak dari mereka yang asal comot Kidung Wahyu Kolosebo sebagai latar musik untuk mengiringi konten-konten berbau mistis, bisa jadi karena kurangnya pemahaman akan makna dan lirik dari kidung yang dibawakan. Disiniah, pentingya untuk kembali menguri-uri (menggali) khazanah budaya yang ada di Indonesia. Terutama Kidung Wahyu Kolosebo yang merupakan karya legendaris dari Sunan Kalijaga untuk generasi penerus, agar senantiasa mawas diri serta eling lan waspodo (ingat dan waspada).

Written by Dany

Menyukai dunia teknologi dan fenomena kultur digital pada masyarakat modern. Seorang SEO enthusiast, mendalami dunia blogging dan digital marketing. Hobi di bidang desain grafis dan membaca buku.

Leave a Reply

Jual Lahan Hingga Pulau, 4 Hal Ini Dilakukan PM Malaysia Demi Lunasi Utang Negara

Ariel NOAH Buka-bukaan Soal Tipe Wanita Idaman, Luna Maya Masuk?