in

5 Etika Saat Naik Gunung, Bawa Pulang Sampah Hingga Tak Hidupkan Api Sembarangan

Mendaki gunung adalah salah satu hobby sekaligus olahraga yang banyak digemari oleh generasi muda zaman sekarang. enggak cuma mereka para lelaki saja, perempuan pun banyak yang kuat mendaki. Selain melepas penat, memperbagus feed, naik gunung bisa menjadi pembuktian diri kalau kamu adalah orang yang kuat –meski hal ini sebenarnya enggak penting sama sekali.

Nah, masalahnya, banyak yang masih belum tau aturan dan etika yang baik saat naik gunung. Sehingga enggak heran, setelah didatangi oleh para pendaki, gunung menjadi kotor, rusak dan tidak terawat. Padahal sebelumnya tempat tersebut asri dan sejuk. Nah, sebelum kamu mendaki, ada baiknya deh melihat list do dan don’t’s ketika berada di gunung.

Bawa pulang sampahmu

Bawa sampahmu turun ya [sumber gambar]
“Take nothing but picture, leave nothing but footprint, kill nothing but time”, kata-kata itu adalah pegangan seorang pendaki. Jangan meninggalkan apapun kecuali jejak, termasuk jangan buang sampah sembarangan. Kalau memang kamu membawa banyak makanan, botol, tissue, maka pastikan kamu juga membawa plastik sampah yang besar. Gunung adalah alam, jika saat ini dijaga keindahannya, maka ia bisa dinikmati oleh anak cucumu kelak. Please, jangan menjadi pendaki yang egois, ya!

Jangan sembarangan mengambil dan merusak tanaman

Jangan merusak tanaman di gunung [sumber gambar]
Sebelum manusia berbondong-bondong ke gunung, ia adalah tempat tinggal banyak flora dan fauna. Kalau status kita sebagai tamu atau pendatang, maka hendaknya harus hormat kepada penghuni asli. Jangan merusak, menebang, atau mengambil pohon yang dilarang oleh para petugas hutan. Contoh kecilnya adalah bunga edelweiss. Seperti yang kita ketahui, banyak sekali pendaki yang turun dengan setangkai bunga untuk diberikan kepada mereka yang disayang. Alangkah enggak sopannya, jika hanya untuk kepuasan hati, kamu sampai merusak keanekaragaman hayati hutan, kan?

Jangan menghidupkan api sembarangan

Jangan sembarangan membuat api [sumber gambar]
Kebakaran hutan di daerah pegunungan bukan hal yang aneh. Api yang melahap hutan itu datang dari ulah manusia yang dengan pongahnya sembarangan menyalakan api unggun. Saking nikmatnya, kadang api tersebut merembet dan membakar hutan. Untung, beberapa gunung kini sudah melarang adanya kegiatan menyalakan api. Kalau mau kehangatan ya enggak usah ke gunung, tidur saja dengan nikmat di kamarmu.

Hindari tindakan vandalisme

Contoh Vandalisme [sumber gambar]
Selain sering membuang sampah sembarangan, merusak tanaman, tangan pendaki juga sering gatal dan merusak papan petunjuk arah, batu, atau kayu yang ada di jalur pendakian. Sekali lagi, stop vandalisme! Jika kamu merasa ingin keren dengan menunjukkan bahwa dirimu pernah mampir ke suatu gunung atau tempat indah, maka kamu salah. Hal tersebut malah menjadikan kamu norak dan tidak paham etika saat mendaki. Tidak hanya kurang sopan saja, vandalisme juga merusak fasilitas yang ada.

Hormati dan junjung adat istiadat setempat

Hormati tradisi warga [sumber gambar]
Ada peribahasa “di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”, ini berlaku banget kalau kamu mau mendaki gunung, ya Sobat. Karena, pasti ada norma, adat, yang masyarakat sekitar sudah anut dari nenek moyang mereka dahulu. Norma ini tidak boleh dilanggar, jika masih nekat maka siap-siap saja akan konsekuensinya. Ada banyak sekali pendaki jahil yang tertimpa hal yang tak diinginkan karena nekat melanggar hukum adat warga setempat.

BACA JUGA: 4 Tragedi Para Pendaki Hilang di Gunung, Ada yang Tak Pernah Pulang Hingga Kini

Jadi, mulai sekarang jadilah pendaki yang baik. Yang bukan hanya datang ke gunung untuk sekadar pamer foto bagus ke teman, tapi pendaki yang tau tujuan mendaki dan tetap menerapkan etika saat menginjakkan kaki sejak langkah pertama.

Written by Ayu

Ayu Lestari, bergabung di Boombastis.com sejak 2017. Seorang ambivert yang jatuh cinta pada tulisan, karena menurutnya dalam menulis tak akan ada puisi yang sumbang dan akan membuat seseorang abadi dalam ingatan. Selain menulis, perempuan kelahiran Palembang ini juga gemar menyanyi, walaupun suaranya tak bisa disetarakan dengan Siti Nurhalizah. Bermimpi bisa melihat setiap pelosok indah Indonesia. Penyuka hujan, senja, puisi dan ungu.

Leave a Reply

Kisah Konglomerat Tertua di Indonesia yang Jadi Miliarder Berkat Bisnis Sabun

Balap Kursi, Turnamen Rutin di Jepang yang Hadiahnya Cuma 90 Kg Beras